Sepi adalah ramai yang dinikmati seorang diri. Nyatanya, cahayanya, silaunya meneduhkan hati yang terbelenggu oleh kenang....
***
Beberapa menit lalu langit masih cerah, tidak menampakkan mendung yang menandakan hujan. Namun kali ini, dinginnya air yang turun membuat bulu-bulu halus perempuan itu meremang.
Valen menutup pintu balkon. Dia beranjak turun ke bawah. Sekarang sudah hampir pukul 7 pagi. Jelas saja rumah ini sepi. Mereka pasti sedang beraktivitas masing-masing. Sedangkan Valen masih harus menunggu karena Riyandi sedang mengurus surat kepindahan kuliahnya.
Valen memasuki dapur dan melihat Utari di sana. Valen mendekat. "Pagi, Tante."
Utari menengok ke belakang. Perempuan itu membalas senyumnya Valen kemudian melepas apron dan menggantungnya. "Mau sarapan, Va?"
"Nggak Tan. Nanti aja. Saya biasa sarapan agak siangan kalau libur. Saya mau ambil minum."
Utari mengangguk. Valen mengambil gelas di rak dan menuangnya dengan susu kemasan yang dia ambil dari kulkas. Utari berjalan ke meja makan. Menunggu kue yang dia buat siap.
"Gimana sama kuliah kamu, Va?"
"Lagi diurus, Tan. Rencananya mau pindah di kampusnya Ray. Tapi beda jurusan. Tapi Papa ngabarin, kalau mulai minggu depan saya udah bisa kuliah lagi." Valen mencuci gelas yang baru saja dia gunakan dan meletakkannya kembali di rak.
"Berarti di kampusnya Raga, juga. Kamu ambil jurusan apa omong-omong?"
"Saya ambil jurusan fashion." Valen tersenyum rikuh. Dia masih merasa asing dengan keadaan ini sebenarnya. Tak ingi berlama-lama, cewek itu segera pamit undur. "Saya permisi ke kamar, Tan."
Utari mengangguk dan tersenyum tipis. Mata wanita itu mengikuti langkah Valen. "Dia melupakan semuanya."
***
Valen melipat-lipat kertas origaminya frustasi. Dia sudah lebih dari setengah jam terpaku menghadap laptop dan puluhan origami, tapi belum ada satupun yang berhasil dia buat. Berbagai tutorial, mulai dari taraf paling sulit sampai termudah, tidak membuat cewek itu memahami bagaimana cara membuat sebuah bangau kertas.
Dinginnya angin akibat hujan tidak membuat cewek keturunan Amerika itu malas-malasan. Maka untuk menghalau suhu yang mungkin sudah setara dengan suhu di lemari pendingin, Valen menyampirkan selimut menutupi punggungnya. Setidaknya dia harus punya kegiatan untuk dikerjakan. Daripada dirinya hanya tidur bergelung dalam selimut.
"Ck!" Dan akhirnya lama-lama Valen kesal sendiri. Perempuan itu meletakkan kertas origaminya sembarangan. "Padahal kalau ditutorial gampang banget kayaknya."
"Va?"
Pintu kamarnya terbuka dan sesaat kemudian ada suara yang memanggil namanya. Valen jelas mengenali suara itu. Dia menoleh ke belakang dan sedikit terkejut melihat Ray di sana. Tengah tersenyum dan membawa dua buah cangkir di tangannya.
"Loh Ray? Kok lo udah pulang?" Tanya Valen dibalas anggukan oleh Ray.
Ray memberikan satu cangkir ditangannya kepada Valen. Yang setelah dilihat ternyata cokelat panas. Laki-laki itu kemudian memilih duduk dipingiran ranjang Valen. Berhadapan dengan Valen sendiri yang duduk menyamping.
"Lagi ngapain sih?"
Ray sedikit melirik laptop Valen yang menyala dan kertas-kertas origami kusut yang berserakan di meja. Valen cemberut mendengar pertanyaan dari Ray. Dia jadi teringat dengan usahanya yang tidak membuahkan hasil sejak tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA ✔
Teen FictionAmazing cover by Kak @rishapphire I am tired of this place I hope people change I need time to replace what I gave away And my hopes, they are high, I must keep them small Though I try to resist I still want it all ? Troye Sivan - Fools ? #913 in T...