Di lantai dua rumah mewahnya-kalau bisa dibilang seperti itu-, tepatnya balkon kamarnya, Valen berdiri bersandar pada besi pembatas. Kilauan yang berpendar di antara gelapnya malam mampu menghisap perhatian perempuan itu. Hal ini sudah dilakukan Valen sejak pukul setengah tujuh malam tadi, hingga sekarang sudah hampir menjejak pukul 8 malam.
Valen menarik napasnya. Bosan dan juga kesal. Setengah hari ini Valen dibuat badmood gara-gara Ray yang tiba-tiba menghilang. Padahal paginya laki-laki itu sudah bilang kalau mereka akan pulang bersama lagi.
Valen bukannya bodoh, tapi percaya atau tidak, dia pun sudah menghubungi Ray. Dari mulai sms biasa, telepon sampai chat di sosmed laki-laki itu pun. Tapi Valen tidak mendapat satu balasan pun dari Ray.
Ketika kekesalannya sudah mereda, Valen pulang dengan taksi. Perempuan itu mengira mungkin Ray sedang ada urusan jadi pulang lebih dulu. Namun harapannya itu kembali dipatahkan begitu tiba di rumah dan tidak mendapati siapapun di sana.
"Ray udah pulang, Mbak?"
Valen sengaja menemui Imel di dapur, hanya untuk menanyakan keberadaan Ray. Imel yang tengah mencuci piring segara mematikan keran agar mendengar lebih jelas lagi kalimat yang diucapkan nona mudanya. Dahi wanita berumur pertengahan kepala dua itu berkerut. Mencoba mengingat apakah dia sudah melihat Ray lagi-selain tadi pagi tentunya-.
"Kayaknya belum, Non. Saya dari tadi juga belum denger suara mobilnya Mas Ray."
Valen menarik napasnya. "Kalau Raga?"
"Apalagi Mas Raga. Mas Raga seringnya pulang malem. Biasalah, Mas Raga emang ambil banyak kegiatan di kampus."
"Raga emang sesibuk itu ya..." Valen tidak bertanya, dia hanya bergumam saja. Namun Imel yang mendengarnya langsung mengerutkan kening. Aneh juga, Valen sudah lama tinggal di sini tapi belum mengetahui Raga keseluruhan. Padahal yang calon tunangannya adalah Raga bukan Ray.
"Mas Raga nggak pernah betah di rumah sejak ada Mas Ray dan sering berantem sama Papanya."
Sampai separah itu?
Valen mengurva bibirnya ke atas sedikit. "Ya udah, Mbak. Aku mau ke kamar dulu. Mau ngerjain skripsi sambil nungguin Ray-"
-Dan Raga.
Valen mengehela napas lagi untuk kesekian kalinya pada hari ini. Gadis itu tidak memedulikan wejangan dari Omanya dulu, kalau menghela napas akan membuang satu keberuntungan. Valen merasa khawatir, entah pada siapa.
"Gue pengen bunuh mereka sekarang." Valen mendengus. Dia baru saja ingin beranjak dari balkon ketika mendengar suara klakson dari depan rumah. Perempuan itu melengoskan kepalanya ke bawah.
Melihat mobil Ray yang masuk ke pekarangan, dengan cepat Valen berlari. Dia harus memberi pelajaran pada anak itu. Karena sudah meninggalkannya dan yang terpenting sudah membuat Valen khawatir gak karuan.
***
"Ray!"
Ray yang tengah menutup pintu mobil sontak berbalik. Mendapati Valen berlari kecil ke arahnya dengan wajah masam. Seketika laki-laki itu teringat akan kesalahannya siang tadi yang meninggalkan Valen saking khawatirnya dengan Raga.
"Va,"
"Lo darimana aja?"
Ray menarik napas. Nada bicara Valen memojokkannya. Ray jadi serba salah sendiri sekarang. "Maaf buat tadi siang. Gue lupa."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA ✔
Teen FictionAmazing cover by Kak @rishapphire I am tired of this place I hope people change I need time to replace what I gave away And my hopes, they are high, I must keep them small Though I try to resist I still want it all ? Troye Sivan - Fools ? #913 in T...