Kabar Dari Ibu

6.2K 380 2
                                    

Mas Abdullah memang selalu menyebalkan. Entahlah, aku sendiri tak pernah tau kenapa aku selalu merasa kesal saat berurusan dengan lelaki itu. Selalu saja ada tingkah atau perkataannya yang membuatku emosi.
Seperti sekarang ini. Dengan sangat terpaksa aku menyetujui paksaannya untuk ikut meeting dengan tim majalah terbesar di surabaya itu. Entah ini meeting tentang sampai sekarangpun aku tak pernah tau. Aku seakan diculik secara baik baik saat ini.
Dan disinilah aku sekarang, disebuah hotel yang menurutku cukup mewah. aku dan Mas Abdullah telah sampai didepan pintu salah satu kamar hotel itu.
"Ini kunci kamar loe. Kamar loe disebelah. nanti habis magrib kita cari makan diluar sekalian ngeprint file file yang gue bilang tadi." Kata Mas Abdullah sebelum akhirnya dia menghilang dibalik pintu. Dasar boss menyebalkan.
Aku pun hanya dapat mendengus kesal dan berlalu menuju kamarku. Aku merebahkan badanku diatas tempat tidur, melepaskan semua lelah yang sedari tadi bersarang dibadanku. Tak lama akupun bangkit untuk segera mandi karena waktu asyar akan segera habis.

Aku bersujud dan bersimpuh, mengadu dalam diamku kepada Sang Pemilik Jiwa. Ku panjatkan semua doaku kepadaNya. dan ku akhiri dengan bertilawah sebentar sembari menunggu waktu magrib datang.

"Assalamualaikum Najwa??" Kata Mas Abdullah saat aku selesai sholat magrib
"Itu orang gak bisa sabar dikit apa." Kataku sambil berjalan menuju pintu. Bodo amat dengan mukena yang masih menempel indah dibajuku
"Waalaikumsalam mas. Bentar ya aku baru aja selesai sholat soalnya. Tunggu 5 menit lagi. Tinggal pakek hijab aja kok. Bentar ya." Kataku sambil kembali kekamar tanpa menunggu responnya.
5 menit kemudian aku keluar dari kamar, dengan gamis abu-abu dan hijab senada. Mas Abdullah berdiri diseberang. Menyandarkan tubuhnya pada dinding.
"Udah?" Tanya Mas Abdullah membuatku refleks menaikkan satu alisku. Tumben boss ini tidak mengomel
"Udah mas."
"Kita makan di restourant hotel ini. Ada dibawah restourantnya. Ayo" kata Mas Abdullah sambil berjalan mendahuluiku. Aku hanya mengikutinya dibelakang. Menjaga jarak dengannya
Sesampainya direstourant kami memesan makanan tanpa ada pembicaraan diantara kami. Hanya diam. Bahkan saat makanan telah ada didepan kami masing masingpun tak ada suara yang keluar dari mulut kami. Hanya suara dentingan sendok saat bertemu piring.
"Filenya mana Naj?" Tanya Mas Abdullah saat kami telah sama-sama selesai makan
"untuk apa sih mas??" Tanyaku sambil memberikan flasdisk yang berisi file-file tulisanku.
"Besok loe juga bakal tau. Udah jangan cerewet. Inget besok jam tujuh loe udah harus siap. Sekarang loe boleh balik ke kamar. Biar gue yang ngeprint ini file." Kata Mas Abdullah sambil bangkit meninggalkanku yang masih terpaku dengan kata kata orang yang kini telah menghilang dari hadapannya

Akupun memutuskan untuk kembali kekamar saja melanjutkan istirahatku.
Drrtt drrtt. Hpku bergetar tanda panggilan masuk dari Mas Difan. Dengan malas ku tekan tombol hijau pada layar hpku.
Assalamualaikum mas Difan. Kenapa?

waalaikumsalam dek. Gitu banget jawabnya? Kenapa sih adek mas ini? Lagi sebel sama siapa sih?

Mas Difan ini pakek tanya lagi. Aku lagi sebel sama mas Difan

Lah? Salah mas apa coba???

Gara gara mas ada seminar di bandung jadi aku yg ikut ke surabaya bareng boss mas yg nyebelin itu.

kok bisa salah mas sih dek? Kan ya mana mas tau kalau jadwalnya barengan gitu.

Gak mau tau pokoknya Nana sebel sama mas Difan.

Ya jangan gitu dong dek. Iya iya mas minta maaf deh. Nanti mas bawain oleh-oleh deh kalau mas pulang. Ya? Tapi jangan ngambek lagi lah. Udah gedhe juga. Malu tuh sama umur

Ih mas Difan kok bawa bawa umur sih. nana kan masih umur 23. Mas Difan tuh yg harusnya malu sama umur.

Wanita itu cepet tua lho dek. Apalagi yg sukanya ngambek kayak kamu.

Ih mas Difan nyebelin. Kataku sambil memutuskan panggilan secara sepihak. Moodku hari ini benar-benar berantakan. Bukan hanya Mas Abdullah yang menyebalkan tapi Mas Difan pun juga ikut ikutan kompak membuat moodku hancur malam ini.

Drrttt drrttt drrtt... dengan malas ku raih hp yang berada diatas nakas. Dari ibu? Tumben ibu menelponku malam malam begini? Ada apa?
Assalamualaikum bu? Ada apa? Kok tumben malam malam nelpon na?

Waalaikumsalam Na... ibu cuma mau ngasih tau aja tadi Farhan datang kerumah. Aku hanya menghembuskan nafas kesal saat mendengar ibu menyebutkan nama yang masih asing ditelingaku. Aku tau arah pembicaraan ibu.

Farhan??? Anak siapa lagi bu ini?

Dia keponakan tante Rasti Na. Teman ibu dikecamatan. Dia seorang polisi Na.

lalu?

Iya semua terserah kamu Na. Tapi ibu berharap kali ini kamu tak menolaknya ya. Kalian bertaaruflah dulu Na.

Iya bu. Na akan mencoba mengenal dia. Semoga kali ini Na tidak mengecewakan ibu sama bapak.

Na bapak sama ibu gak akan pernah kecewa dengan keputusanmu. Ibu sama bapak percaya keputusan kamu adalah yang terbaik. Karena bagaimanapun kamu yang menjalaninya nak.

Enggeh bu. Ibu doakan saja yg terbaik untuk Na. Semoga Allah mempertemukan jodoh Na dalam waktu dekat.

Aamiin Na. Istikharah lah dulu Na. Sepulangmu nanti farhan akan datang ke rumah lagi.

Iya bu. Yasudah bu Na tidur dulu ya. Besok Na ada meeting pagi. na sayang ibu dan Bapak. Assalamualaikum

Waalaikumsalam Na. Ibu juga sayang kamu.
Aku menutuskan panggilan itu. Airmataku mengalir tanpa henti. Farhan? Siapa kah dia?? Apa dia akan menerimaku? Atau dia akan bersikap sama seperti mereka? Aku takut, sangat takut akan mengecewakan kedua orangtuaku lagi.

Akupun memutuskan untuk beristikharah. Mencoba meminta petunjuk yang terbaik untukku. Mencoba memohon Sang Pemilik Takdir memberi jawaban pada hatiku.




sampai disini dulu ya. Vote dan komentarnya ya.

Karena Sepenggal Cerita Lalu (tersedia Dalam Bentuk Pdf)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang