DI PERNIKAHAN TRIO BUJANG

5.1K 315 3
                                    

Trio bujang baru bisa bernafas lega setelah mereka satu persatu berhasil melafalkan ijab kabul. Terlihat dari sorot mata mereka kebahagiaan dan kelegaan yang tiada terkira. Tidak ada lagi bulian untuk mereka. Status tombol yang melekat pada mereka kini telah luntur hilang.

"Kini tinggal kamu dek yang masih jomblo." kata Abdullah pada adik bungsunya Khadijah saat melihat kebahagiaan saudara-saudara mereka.

"Duh mas Dul jangan mancing orang buat ngebully adek deh. Lagian adek kan emang masih kecil. Sekolah aja belum kelar. Semua orang pasti maklumlah." kata Dijah tak mau kalah.

"Ya siapa tau aja kamu mau nikah muda. Habis dapet ijasah terus ijab sah deh. Hehe" kata Abdullah puas.

"Mbak... Liat tuh suamimu mulai lagi." adu Dijah pada Najwa yang berada tak jauh dari mereka

"Suamiku masmu lho jah. Lagian bener lagi kan emang cuma kamu yang jomblo disini." kata Najwa disambut kekehan suaminya. Dasar suami istri.

"Kata siapa? Kalla sama Seno juga masih jomblo." kata Dijah saat Kalla dan Seno berjalan didepannya.

"Eh ngapain mbak Ijah bawa-bawa namaku dan Seno?" tanya Kalla saat merasa namanya disebut.

"Ijah-ijah. Namaku Dijah. Khadijah. Bukan Ijah." kata Khadijah tak terima dengan panggilan Kalla.

"Lah salah dimana mbak?" tanya Kalla tak mau kalah.

"Mbak Dijah sama Mas Kalla gak bosen tiap ketemu berantem terus? Gak dirumah, gak di pondok gak disekolah berantem terus?" tanya Seno heran.

"Diem!" kata Kalla dan Dijah kompak.

Abdullah dan Najwa hanya menggeleng melihat tingkah kedua adiknya.

"Mas mending kita pergi deh dari sini daripada liat tom jerry berantem. Bosen." kata Najwa menarik tangan suaminya pergi menjauh. Menghampiri ketiga mempelai yang tengah menyalami undangan.

"Masya Allah... Aku seneng banget liat Trio bujang udah ketemu jodoh masing-masing. Selamat ya Mas Imam dan mbak Zizah. Mas Rizal dan Mbak Sania. Mas Difan dan Mbak Liza. Barakallah ya. Semoga kalian jadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah." kata Najwa pada ketiga mempelai.

"Makasih ya iparku yang paling cerewet. Semua ini kan juga berkat kamu. Doain kami biar cepet nyusul kamu sama Dul." kata Imam diamini semua orang.

"Najwa makasih ya. Semua ini juga berkat kamu. Jangan panggil aku mbak lah. Kita kan seumuran." Kata Zizah.

"Kan kamu sekarang udah jadi kakak iparku mbak. Jadi udah wajib aku manggil kamu mbak."

"Wajib ya?"

"Aturannya gitu mbak. Aku pun harus manggil kamu mbak mulai sekarang." kata Abdullah menambahi.

"Iya deh. Jadi ikutan tua deh." kata Zizah di sambut gelak tawa semua orang. Najwa memeluk Zizah sedang Abdullah memeluk Imam.

"Selamat bro akhirnya loe nikah juga. Penantian panjang loe berbuah manis juga. San.... Yang sabar ya kalau ngadepin anak ini. Kadang sifat nyebelinnya masih sering kumat." kata Abdullah beralih pada Rizal dan Sania.

"Makasih Dul. Berkat istri loe pernikahan gue jadi unik gini."

"Bukan unik mas. Rame." kata Najwa membenarkan.

"Terserah loe lah."

"Mbak Sania selamat ya. Gak menyangka aku kalau kita bakal jadi ipar gini."

"Mbak Najwa jangan manggil mbak lah. Kan harusnya aku yang manggil mbak."

"Tapi udah terbiasa sih."

"Dibiasain Na. Istri gue belum tua."

"Jangan bawa-bawa umur. Gue tersinggung." sahut Imam. Lagi-lagi semua orang tertawa.

Karena Sepenggal Cerita Lalu (tersedia Dalam Bentuk Pdf)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang