Boss yang (selalu) Menyebalkan

7.7K 461 5
                                    

Aku tengah memasuki bangunan rumah mewah yang telah disulap pemiliknya menjadi kantor majalah islami terbesar dikota ini. Senyumku membalas setiap sapaan rekan rekan kerjaku. Dengan pakaian dan hijab sederhanaku, aku memasuki ruanganku. didalamnya telah ada dua rekan kerjaku, Acha dan Metha. keduanya sama cantik, Acha selalu dengan hijab syar'inya dan Metha dengan hijab modernnya. Berbeda untuk tampilannya namun sama dalam visi dan misi.
"Assalamualaikum." Kataku saat memasuki ruanganku
"Waalaikumsalam." Kata kedua rekan sekaligus sahabatku bersamaan
"Naj... dicari boss tuh." Kata Metha saat aku hendak duduk dikursiku
"Sepagi ini? Ngapain?" Tanyaku bingung
"Iya mana kita tau. Tadi boss cuma pesen kalau loe udah dateng suruh langsung keruangannya." Kata Acha
"udah mending loe cepet kesana daripada pagi-pagi kena semprot si boss." Kata Metha menambahkan. Disetujui oleh anggukan kepala Acha. Aku pun hanya bisa mendengus pelan tanda kekesalanku.

Dengan langkah gontai aku berjalan menuju ruangan diujung lorong ini. Hati-hati ku ketuk pintu ruangan itu. Dan perlahan aku masuk kedalamnya.
"Boss manggil saya?" Tanyaku dengan sopan dan ragu
"Duduk Naj" katanya dengan santai
"Ada apa boss? Ada masalah sama penyuntingan artikelku? atau apa?"
"Bukan masalah itu gue manggil loe kesini. Gue ada tugas buat loe."
"Tugas? Tugas apaan boss?" Tanyaku penasaran. Tumben tumben dia memberiku tugas selain editor artikel
"Kamu besok ikut saya ke Surabaya untuk menghadiri meeting. Nanti siang kita berangkat." Kata Mas Abdullah santai
"Kita boss?? Boss sama saya? Kenapa bukan yang lain aja sih boss? Kenapa bukan Mas Diffan? Atau siapa gitu? kenapa mesti saya??"
"Kenapa? Kamu keberatan?"
"Jelas saya keberatanlah."
"Kenapa?"
"Iya pokoknya saya keberatan boss. Saya belum ijin kedua orang tua saya, saya juga gak mungkin bepergian jauh tanpa mahram saya. dalam agama kan tidak diperbolehkan. Maaf bukan saya menggurui tapi itulah prinsip yang saya pegang saat ini."
"Dalam agama memang dilarang bepergian berdua orang yang bukan mahram, gue tau itu. Sangat tau. Tapi kita pergi dengan tujuan baik, dengan hanya satu niat, MEETING Najwa. Cuma itu."
"Kenapa bukan Mas Diffan yang pergi?"
"Diffan lagi ada seminar diluar kota. Loe lupa kalau kakak sepupu loe itu tengah jadi pembicara seminar di Bandung. Iya terserah kalau loe tetep bersikeras buat menolak. gampang kok bikin surat pemberhentian loe."
Pemberhentian? Maksudnya aku dipecat??? Seenaknya aja mecat karyawan. Duh bagaimana ini??? Masak iya aku kesurabaya cuma berdua sama Mas Abdullah? Apa kata orang nanti
"Udah jangan mikirin kata orang terus. Belum tentu orang mikirin loe juga." Lah darimana dia bisa baca pikiranku?
"Gimana? Kerjaan gue juga masih banyak nih."
" iya udah aku mau berangkat, tapi kamu bawa supir ya. Setidaknya kita tidak cuma pergi berdua."
"Ok gampang kalau masalah itu. Sekarang loe silahkan pulang buat persiapan disana. Nanti jam 2 loe udah harus ada disini. Tiap menit waktu terlambat kamu menentukan pemotongan gaji kamu." Kata Abdullah masih dengan wajah dinginnya
Masih mau dipotong gajiku? ini orang tadi pagi sarapan apa sih? Pagi-pagi udah bikin orang mau darah tinggi aja.
"Yaudah sekarang loe boleh keluar."
"Iya boss saya permisi dulu. Assalamualaikum." Kataku sambil berlalu pergi
"Jangan lupa loe bawa file file artikel loe yang dulu belum sempat dimuat dimajalah." Kata Abdullah semakin membuatku bingung
"Artikel? Seingatku semua artikel yang pernah aku buat sudah dimuat dimajalah semua boss. Kecuali cerita-cerita isengku dulu. Apa itu yang boss maksud?"
"Iya terserah deh. Pokoknya yang belum pernah dimuat dimajalah."
"Buat apa?"
"Banyak nanya ya. Udah siapin aja. Pasti ada gunanya nanti. Sekarang loe keluar." Kata abdullah lagi. Dan dia tengah mengusirku.

terkadang aku heran kenapa lakilaki didepanku ini bisa bersahabat karib dengan sepupuku itu. Sifat mereka jelas sangat berbeda. sepupu dengan sifat santun sedangkan dia, boss yang selalu saja menyebalkan. Dingin sikapnya semakin membuatku tak bisa berlama-lama satu ruangan dengannya. Akupun tanpa berfikir panjang langsung bergegas meninggalkan ruangan itu.

Sekian part kedua ini. Ditunggu vote dan komentarnya ya. Makasih

Karena Sepenggal Cerita Lalu (tersedia Dalam Bentuk Pdf)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang