Suami Sensitive, Istri tak Peka

5.7K 327 2
                                    

Najwa bingung dengan perubahan sikap suaminya yang begitu cepat. Bapaknya telah berangkat ke sawah, ibunya juga telah berangkat ke kantor dan Kalla serta Difan sudah berangkat tadi saat selesai sarapan. Kini tinggal Najwa dan Suaminya dirumah.

Setelah selesai mengerjakan semua pekerjaan rumahnya, Najwa menghampiri suaminya dikamar. Terdengar dengkuran halus dari Abdullah.

"By bangun. Katanya mau beli hp? Jadi gak? Ini udah siang." Kata Najwa lembut.

"Hmm." Abdullah hanya menggumam tanpa membuka matanya.

"Jadi apa enggak by? Kalau enggak aku mau kerumah Aliya. Mau main sama Fatiya." Kata Najwa lagi.

Abdullah mulai membuka matanya. Dengan malas Abdullah beranjak dari tidurnya, mencuci mukanya dan berganti baju.

"Ini orang kenapa sih? Diem mulu dari pagi." Batin Najwa saat Abdullah keluar dari kamarnya.

"Gak butuh kunci motornya By?" Tanya Najwa menahan tawanya. Abdullah berbalik untuk mengambil kunci motor Kalla.

"Kunci motornya dimana?" Kata Abdullah dingin.

"Kumat lagi dinginnya. Baru juga kemarin nikah udah dingin lagi sama istri. Sabar-sabar punya suami salju." Batin Najwa sambil memberikan kunci motor pada Abdullah.

"Makanya by kalau ngapa-ngapain itu jangan sambil emosi. Kunci udah tak pegang daritadi masih aja dicariin." Kata Najwa sambil menahan tawanya.

Abdullah tak menggubrisnya. Dia hanya mengambil kunci itu dan berjalan menuju garasi tanpa perduli istrinya tengah melepaskan tawanya yang sedari tadi dia tahan.

"Gak usah berangkat deh kalau Hubby masih emosi gitu. Lagian kamu emosi kenapa sih? Perasaan tadi sebelum sarapan biasa aja." Kata Najwa menyerah saat melihat Abdullah dengan emosi memanasi motor Kalla. Abdullah tak menjawab.

"By... aku sangat tau mas Difan sudah cerita banyak soal aku ke kamu termasuk aku bukan orang yang gak peka. Jadi kalau kamu marah karena aku, sebel sama aku, emosi gara-gara aku. Kamu bilang. Aku bukan orang yang gampang peka dengan kesalahanku. Aku gak bakal tau salahku apa kalau kamu gak bilang by." Kata Najwa menangis. Benar-benar kecewa pada dirinya yang tak bisa mengerti mau suaminya.

"Maaf, kalau dihari kedua kita menikah aku udah bikin kesalahan sama kamu by. Tapi tolong kalau aku punya salah, kamu bilang sama aku, kamu tegur aku bukannya malah ndiemin aku kayak gini." Kata Najwa lagi dan berlalu menuju kamarnya.

Abdullah terdiam melihat istrinya menangis. Rasa bersalah langsung menyerangnya ketika melihat airmata mengalir dipipi istrinya. Abdullahpun menyusul Najwa kekamar mereka. Istrinya sedang meringkuk dalam tangisnya. Tubuhnya bergetar.

"Jangan menangis istriku. Airmatamu sungguh menyakitkan untukku. Maaf... maafin aku ya. Gak seharusnya aku mendiamkanmu seperti ini. Kamu gak salah kok. Aku yang terlalu sensitive. Maaf sayang." Kata Abdullah sambil memeluk Najwa dari belakang. Bukannya berhenti menangis, Najwa justru semakin menangis. Abdullah membalikkan tubuh Najwa paksa. Menghapus semua air mata yang mengalir dipipi istrinya dengan kecupannya.

"Asin airmatamu yang." Kata Abdullah sambil terkekeh. Najwa menghadiahinya sebuah cubitan kecil pada perutnya.

"Aww sakit sayang." Kata abdullah meringis kesakitan

"Salah sendiri kamu nyebelin jadi suami. Lagian salah aku apa sih by, perasaan aku ya gak bikin salah pagi tadi. Tau-tau sikap dinginmu itu kumat lagi." Kata Najwa sambil membenamkan wajahnya pada dada bidang Abdullah. Mencari tempat ternyamannya.

"Sebenernya aku juga bingung yang kenapa aku bisa semarah itu sama kamu gara-gara kamu manggil aku mas tadi." Kata Abdullah sembari menciumi puncak kepalanya yang tertutup hijab. Najwa mendongak tak percaya mencari kebohongan dimata suaminya. Namun Najwa tak menemukannya.

"Hanya karena itu kamu ndiemin aku sampek kayak gitu by. Subhanallah hubby. Gimana kalau aku bikin salah yang lebih besar dari ini." Kata Najwa tak percaya

"Maaf sayang. Maafin suamimu yang sensitive ini ya." Kata Abdullah sambil mempererat dekapannya

"Iya aku maafin. Tapi sekarang jelasin ke aku kenapa alasannya kamu gak suka aku panggil mas?" Tanya Najwa menahan kesalnya.

"Aku cuma gak mau kamu samain sama Difan atau siapapun yang kamu panggil dengan embel-embel mas." Kata Abdullah tersenyum tak bersalah.

"Masyaallah hubby. Kamu sama mas Difan itu beda. Meskipun kalian sama-sama tak panggil mas tapi kan kalian beda hubby."

"Iya aku tau sayang. Tapi ya gimana dong. Aku gak suka. Aku lebih suka kamu panggil aku kayak gini."

"Tapi kan malu by kalau didepan orang. Kamu juga manggil aku Na kalau didepan orang. Jadi adil dong."

"Tapi kan..."

"Hubby jangan mempersulit diri deh ya." Kata Najwa mulai jengah.

"Jadi kamu gak mau manggil aku dengan sebutan selain mas?"

"Hmm aku panggil kak atau abang gimana by? Itu kalau didepan orang. Beneran deh by. Aku malu apalagi kalau sampek mas Difan denger. Bisa jadi bahan bullyan ntar." Kata Najwa memohon.

Abdullah tampak berfikir. Najwa semakin mengeratkan dekapannya. Abdullah terus menciumi puncak kepala Najwa.

"Iya sayang. Kamu boleh panggil aku abang. Udah puas istriku sayang? Hah?" Kata Abdullah sambil memainkan hidung Najwa dengan hidungnya.

"Makasih hubby. Nah ini jadi beli hp gak nih? Keburu siang lo ntar?"

"Jadi dong. Yuk berangkat." Kata Abdullah bangkit dari tidurnya.

"Hubby beli bensin dulu gih. Kan motornya Kalla bensinnya habis. Aku mau rapiin hijab aku dulu ya by."

"Yaudah Humairaku sayang. Nanti kamu tunggu didepan ya." Kata Abdullah sembari mencium kening Najwa.

Wajah Najwa kembali memerah. Entah kenapa dia selalu seperti itu jika Abdullah menciumnya. Padahal hal itu sudah sering Abdullah lakukan

Karena Sepenggal Cerita Lalu (tersedia Dalam Bentuk Pdf)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang