Keluarga Abdullah

6K 343 11
                                    

Seminggu setelah pernikahan Najwa dan Abdullah, keluarga Abdullah mengadakan tasyakuran untuk pernikahan mereka. Dan inilah saatnya Najwa mengenal keluarga barunya. Dan tinggal bersama mereka.

Acaranya dimulai dengan sholawatan dari santri pesantren milik keluarga Abdullah. Setelah itu dilanjut dengan acara sambutan dari perwakilan keluarga Najwa dan Abdullah. Sampai akhirnya ditutup dengan tausiyah dari Kyai Rasyid ayah Abdullah.

"Umi.... mbak Najwa ternyata cantik banget ya mi. Duh pantesan aja mas Abdullah ngebet banget nikahin mbak Najwa." Ucap Khadijah adik bungsu Abdullah saat Abdullah mengenalkan Najwa pada keluarganya

"Ijah!" Kata Abdullah memperingatkan adhiknya untuk diam.

"Ya begitulah sayang Khadijah, adhik bungsu Abdul. Dia emang cerewet. Gak tau deh nurun siapa." Kata Umi Shafa

"Iya pasti nurun umilah. Kan Dijah anak umi. Lagian apa yang Dijah bilang bener kok, Mbak Najwa emang cantik banget. Natural gak kayak cewek-cewek jaman sekarang yang cantiknya buatan. Iya kan mbak."

"Tapi ini mbak juga di make up loh dijah." Kata Najwa disambut gelak tawa semua orang yang ada disana.

"Iya tapi mbak Najwa masih terlihat natural. Kalau mereka itu, alisnya dicukur terus digambar, make upnya tebelnya gak ketulungan, bulu matanya dilentik-lentikin. Padahal kan dalam islam yang berlebih-lebihan kayak gitu. Kalau mbak Najwa kan meskipun make up tapi gak berlebihan mbak. Dan aku seneng banget mbak liatnya." Kata Khadijah sambil memeluk Najwa. Najwa membalas pelukan Khadijah dengan sayang.

"Eh... main peluk-peluk istri orang." Kata Abdullah membuat Khadijah cemberut.

"Ihh mas Abdul nih. Gak mau banget liat Dijah seneng akhirnya dirumah ini tambah makhluk cantik lagi. Bukan cuma Dijah sama Umi aja. Kan Dijah lagi seneng ceritanya dapet mbak cantik baru." Kata Khadijah masih tetap memeluk Najwa.

"Eh... bilang aja deh dek kalau loe mau nambah sekutu buat lawan kita para cowok." Kata Rizal, adik Abdullah.

"Duh mas Ijal diem deh."

"Udah-udah kalian ini gak malu sama mantu abi. Udah besar masih aja kayak anak kecil. Malu sama umur." Kata abi Rasyid menengahi.

"Dul, ajak istrimu istirahat dikamar. Kalian pasti capek." Kata Umi Shafa

"Iya umi. Ayo Na." Kata Abdullah sambil mengajak Najwa menuju kamarnya.

"Udah ngeliatinnya mas Ijal. Makanya cepet nikah biar ada yang digandeng." Kata Khadijah dibalas jitakan oleh Rizal

"Harusnya kata-kata loe itu buat mas Imam bukan gue. Tuaan juga mas imam daripada gue." Kata Rizal saat melihat Imam bergabung

"Kenapa nih kok namaku disebut-sebut?" Tanya Imam sambil duduk disamping umi Shafa.

"Adik-adik kamu tuh lagi debat kayak biasanya mam. Kamu taulah mereka itu kan saudara kandung yang gak pernah bisa akur."

"Kan emang anak umi ini gak akan pernah akur tiap ketemu, tapi kalau gak ada salah satu sok-sok an rindu."

"Iya itulah adik-adik kamu mam. Kapan kamu nyusul adik kamu mam?"

"Umiku tersayang... nanti kalau imam udah ketemu jodoh imam, pasti imam nikah kok. Udah ah mi Imam mau ke kamar aja. Pusing dengerin kucing tikus ini." Kata Imam sambil berlalu pergi.

Khadijah dan Rizal tetap saja berdebat entah kini soal apa yang mereka debatkan. Umi Shafa telah pergi begitu juga abi Rasyid. Di dalam kamar Najwa sedang menata baju-baju di almari. Sedang Abdullah hanya memandangi istrinya yang sedang sibuk.

"By... berhenti ngliatin aku kayak gitu ya??? Aku risih tau gak." Kata Najwa saat sudah selesai

"Emang ada yang ngelarang suami buat ngeliatin istrinya? Udah halal ini." Kata Abdullah sambil menarik Najwa dalam pelukannya.

Karena Sepenggal Cerita Lalu (tersedia Dalam Bentuk Pdf)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang