PENYEMPURNA HIDUP

6K 324 5
                                    

Usia kehamilan Najwa telah mencapai usia 39 minggu. Ya… Tafsiran persalinannya memang masih satu minggu. Meskipun Najwa pernah bersekolah di Kebidanan, nyatanya dia tetap takut menghadapi persalinan yang sebentar lagi akan ia alami. Abdullah, jangan ditanya seberapa khawatirnya dia. Bahkan kini dia telah menjadi suami yang sangat posesif menurut Najwa. Najwa tak hanya dilarang untuk mengerjakan pekerjaan rumah, bahkan Abdullah kini telah mengambil cutinya untuk menemani sang istri. Menjadi suami siaga katanya. Imbasnya tentu kepada sang kakak ipar, Difan. Semua pekerjaan Abdullah kini ia limpahkan kepada sahabat sekaligus kakak iparnya. Bahkan Difan yang memiliki rencana untuk berbulan madu harus rela menundanya terlebih dahulu karena permintaan Abdullah.

“By… kalau misal anak kita kembar gimana?” Tanya Najwa pada suaminya saat mereka akan tidur.

“Kembar? Ya Alhamdulillah dong yang. Bonus dari Allah double berarti buat kita. Kenapa emangnya yang? Anak kita kembar ya?”

“Dari hasil pemeriksaan Rasti sama USG anak kita kembar By. Aku udah tau lama sih sebenernya tapi aku sengaja gak kasih tau kamu. Pengennya sih buat kejutan. Tapi setelah aku fikir-fikir kamu harus tau. Bahwa disini bukan hanya ada dia tapi mereka.”

“Masya Allah sayang. jadi aku beneran akan punya anak kembar? Alhamdulillah. Kalian baik-baik ya disana nak.”

“By sekarang waktunya buat surat yusuf dan maryam. Abi gak lupa kan?”

“Hampir aja lupa aku yang. Udah mau merem aja ini mata. Hehe. Yaudah sekarang kamu tiduran gih. Aku bacain surat Yusuf dan Maryam. Istirahat ya nak.” Kata Abdullah sembari mencium kening dan perut istrinya bergantian.

Abdullah memulai murottalnya dengan membaca surat Yusuf. Sembari membaca murottalnya, tangan Abdullah membelai perut Najwa. Kebiasaan yang selalu ia lakukan sampai selesai murottalnya. Namun kali ini rasanya perut Najwa berbeda. Terasa tegang. Abdullah memandang wajah istrinya khawatir. Keringat dingin mulai membasahi wajah Najwa.

“Yang kamu kenapa? Kamu sakit?” Tanya Abdullah khawatir.

“Perutku berkontraksi By. Gakpapa kok. udah biasa ini kalau kehamilannya udah mau mendekati tafsiran persalinan. Kamu lanjutin ya murottalnya.”

“Yakin?”

“Iya hubby sayang.”

Abdullah memandang istrinya meyakinkan. Ada gurat kesakitan diwajah istrinya. Namun dia melanjutkan membaca murottalnya. Hingga tiba-tiba Najwa pamit untuk ke kamar mandi.

“Yang kamu kenapa?” tanya Abdullah khawatir. Najwa keluar dengan wajah menahan sakit.

“By… sepertinya mereka udah gak sabar ingin melihat kamu.”

“Mereka? Mereka siapa yang?”

“Anak kamulah by. Mulai deh lemotnya.”

“Jadi maksud kamu, kamu mau lahiran sekarang?” tanya Abdullah terkejut.

“Iya… kamu inget kan tanda-tanda mau ngelahirin apa aja?”

“Kayaknya sih masih inget yang. Perut kamu berkontraksi, keluar lendir darah, adanya pembukaan sama ketubannya pecah.”

“Nah… perutku sekarang sedang berkontraksi by tapi masih belum terlalu sering. Masih sekitar 3 kali dalam 10 menitnya lamanya juga masih 30 detik tiap kontraksi. Tadi juga udah ada lendir darah. Kamu gak perlu panik. Sekarang kamu siapin barang-barang yang aku perlukan untuk bersalin. Semuanya ada di dalem almari yang bawah. Kamu masukin semuanya ya.” Kata Najwa menjelaskan.

Abdullah pun hanya mengangguk dan menuruti perkataan istrinya. Abdullah hanya bisa percaya pada istrinya yang memang seorang bidan. Jadi dia yang lebih tau semuanya. Sedangkan Najwa, dia hanya berjalan bolak-balik didalam kamar, sesekali berhenti ketika perutnya berkontraksi lagi. Najwa sudah menelpon Rasti sahabatnya untuk memberi kabar bahwa dia telah mengalami pembukaan. Masih pembukaan 3 menurut pemeriksaan Najwa sendiri.

Karena Sepenggal Cerita Lalu (tersedia Dalam Bentuk Pdf)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang