Keluarga Najwa

5.4K 327 1
                                    

Najwa terbangun dari tidurnya. Kebiasaannya setiap malam dia akan terbangun disepertiga malam terakhir untuk bersujud kepada Sang Pemilik Hidup. Menghabiskan sepertiga malamnya untuk lebih dekat dengan penciptanya. Najwa kaget ketika ada tangan kekar yang memeluk pinggangnya posesif. Hawa panas tiba-tiba menjalar ditubuhnya. Najwa membalikkan badannya, wajahnya langsung bertemu dengan wajah suaminya. Najwa tersenyum singkat. Menatap wajah suaminya sungguh membuat hatinya tenang. Dibelai lembut wajah tampan itu. Abdullah mulai terusik.

"Ai apaan sih? Aku masih ngantuk." Gumam Abdullah dengan mata masih terpejam sembari mengeratkan pelukannya.

"By sesek tau. Lepasin ah. Aku mau bangun sholat malam. Kalau kamu mau tidur, tidur aja lagi tapi lepas ini tangan." Kata Najwa mulai kesal karena Abdullah semakin mengeratkan pelukannya. Abdullah tidak menggubrisnya. Matanya masih terpejam dan tersenyum jahil.

"By... ayolah. Aku gak bisa napas ini. Kamu meluknya kenceng banget." Kata Najwa meronta tapi tenaga Abdullah lebih kuat darinya

"5 menit aja Hum. Aku nyaman begini." Kata Abdullah sambil membawa Najwa lebih dalam. Najwa pun akhirnya mengalah. Rasa nyaman juga menyambar dihati Najwa. Najwa mencari tempat ternyamannya. Dan mereka kembali terlelap.

"Astagfirullah!" Pekik Najwa saat adzan subuh berkumandang.

"Kamu kenapa Na?" Tanya Abdullah khawatir

"Gara-gara mas Al aku gak jadi sholat malam tadi. Malah ketiduran." Gerutu Najwa sambil bangkit dari tidurnya. Pelukan mereka telah terlepas

"Gara-gara itu." Kata Abdullah sambil nyengir tak bersalah.

"Ihhh nyebelin. Bukannya minta maaf malah nyengir." Gumam Najwa jengkel.

Abdullah menghampiri Najwa yang hendak keluar kamarnya, memeluknya dari belakang. Menaruh kepalanya pada pundak istrinya

"Maaf ya istriku. Tadi aku gak bermaksud menghalangi kamu buat sholat. Aku juga udah berencana buat ikut sholat tadi. Tapi mana aku tau kalau aku malah ketiduran lagi tadi. Maaf ya?" Kata Abdullah memelas

"Iya aku maafin. Tapi jangan diulangi lagi by. Rugi banget kan kalau sampek gak sholat malem. Yaudah aku mau wudhu dulu. Tuh udah adzan. Lepasin Hubby."

"Barengan ya?" Kata Abdullah mulai melonggarkan pelukannya.

"Ogah." Kata Najwa sambil berlari membuka pintu kamarnya.

"Bisa awet muda kalau tiap hari senyum liat polah istriku. Masyaallah." Gumam Abdullah sambil menyusul Najwa

Pagi itu Abdullah dan Najwa sholat berjamaah dimasjid karena masjid dan rumah Najwa memang sangat dekat. Inilah kebiasaan keluarga Najwa untuk berjamaah dimasjid untuk subuh, magrib dan isya'.

"By... mau aku buatin kopi, teh atau apa?" Tanya Najwa sambil melipat mukenanya. Abdullah sedang memainkan hpnya sambil kembali berbaring ditempat tidur.

"Kopi aja deh Hum." Kata Abdullah dengan mata masih terpaku pada layar hpnya.

"Liatin aja terus itu hp." Gumam Najwa sambil berlalu keluar kamar. Abdullah yang samar-samar mendengar gerutu Najwa hanya bisa menampilkan wajah tak memgertinya

"Adek loe labil juga ternyata Fan." Batin Abdullah dengan mata mulai terpejam kembali.

Najwa berjalan menuju dapur untuk menyiapkan kopi untuk suami menyebalkannya itu. Ada ibunya yang tengah menyiapkan sarapan.

"Ibu." Kata Najwa sambil memeluk ibunya dari belakang

"Apa Najwa? Tumben pagi-pagi udah meluk ibu gini?" Tanya Bu maryam gemas pada putri sulungnya

"Gakpapa bu. Pengen aja. Ibu mau masak apa hari ini?" Kata Najwa sambil menyiapkan kopi

"Cuma ngangetin masakan sisa kemarin aja kok Na. Masih banyak. Sayang kan kalau mubadzir. Suamimu mana Na?"

"Ada dikamar bu. Tidur lagi kayaknya." Kata Najwa dengan nada kesal

"Kenapa Na?"

"Gakpapa ibu. Yaudah Na kasih kopi ini buat mas Al dulu ya bu." Kata Najwa sambil berlalu.

"Bapak gak dibuatin juga nih Na?" Tanya pak Khoirul saat berpapasan dengan putrinya

"Kan ada ibu pak. Bapak minta ibu aja yang buatin." Kata Najwa melangkah lagi.

"Kenapa sama putrimu bu?" Tanya Pak Khoirul pada istrinya. Bu maryma hanya menaikkan bahunya tanda tidak tahu

"Kopi bapak ada dimeja makan pak." Kata bu Maryam sambil mengangkat masakan yang baru dihangatkannya

"Makasih bu. Oh iya Kalla sama Difan mana bu? Tidur lagi?" Kata pak Khoirul sambil meminum kopinya.

"Iya pak. Kecapekan pak mereka. Kemarinkan mereka habis-habisan buat kelancaran acara kemarin. Mantu bapak juga tidur lagi pak." Kata ibu sambil menyiapkan makanan dimeja makan

"Bapak kesawah hari ini?" Tanya ibu sambil duduk dimeja makan

"Iya bu. Nanti habis sarapan bapak berangkat. Ibu masuk hari ini?"

"Iya pak. Kan ibu cuma ngambil cuti dua hari."

"Duh bapak sama ibu nih pagi-pagi udah berduaan." Kata Difan sudah rapi dengan kemeja dan dasinya. Disusul Kalla yang sudah rapi dengan seragamnya.

"Ibu kira kalian belum masuk."

"Pak boss tuh seenaknya aja ngambil cuti mendadak. Ya ginilah bu alhasil Difan yang harus gantiin dia meeting pagi-pagi gini." Gerutu Difan sambil mengambil piring.

"Loh mas Al gak masuk kerja hari ini?" Tanya Najwa sambil duduk disebelah ibunya disusul Abdullah disampingnya. Najwa memberikan piring pada Abdullah

"Enggak Na. Kakak ipar bisa menghendel semuanya kok." Kata Abdullah sambil memberikan piringnya pada Najwa untuk diambilkan nasi dan lauk. Disusul Difan dan Kalla. Difan hanya mendengus pelan.

"Kal??? Nih hpnya." Kata Abdullah sembari memberikan hpnya pada Kalla. Kalla tersenyum penuh kemenangan.

"Harusnya kamu gak perlu ngasih anak ini hp. Hpnya masih bagus." Kata pak Khoirul

"Gakpapa kok pak. Kan saya memang sudah janji sama Kalla kemarin." Kata Abdullah sopan. Kalla tersenyum penuh kemenangan

"Harap maklum ya Dul, dari kecil dia memang selalu begitu. Selalu minta imbalan." Kata bu Maryam

"Iya bu. Khadijah biasanya juga gitu kok."

"Khadijah itu???"

"Adiknya Abdullah bu. Seumuran sama Kalla." Jelas Difan.

"Berapa bersaudara kamu Dul?" Tanya Pak Khoirul.

"Ada 4 pak. Yang pertama yang kemarin malam sambutan itu, yang kedua namanya Rizal sekarang kuliah S2 di Kairo mesir. Dan yang terakhir khadijah masih kelas 2 SMA pak."

"Kalla berangkat pak. Bu. Bang Difan, pinjem motor ya."

"Motormu kemana emangnya Kal?" Tanya ibu

"Ada digarasi sih bu. Bensinnya habis. Kalla gak sempet beli. Udah siang nih. Assalamualaikum." Kata Kalla berlalu.

"Dul konci motor loe." Kata Difan saat pak Khoirul dan Bu Maryam sudah meninggalkan meja makan

"Lah? Buat apaan Fan?"

"Gue pinjem motor loe. Lagi bukek nih."

"Na... tolong ambilin kunci motorku dikamar ya."

"Biar ngambil sendiri deh mas. Aku mau nyuci piring nih."

"Yaudah biar aku yang ngambilin. Bentar Fan." Kata Abdullah bangkit.

"Nih Fan. Oh ya jangan lupa nanti hasil meeting loe bawa pulang kasih in gue." Kata Abdullah sambil memberikan kunci motornya

"Ok siap boss. Yaudah gue berangkat. Loe baik-baik disini. Banyakin sabar aja. Jangan kepancing emosi kalau adek gue nyebelin." Kata Difan sambil berlalu.

"Hum... aku tunggu kamu dikamar." Kata Abdullah dingin.

Karena Sepenggal Cerita Lalu (tersedia Dalam Bentuk Pdf)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang