Bagian Ketiga

11.4K 854 3
                                    

Mencintaimu adalah sebuah hal yang indah bagiku, tidak pernah dalam hidupku aku menyesal karena mencintai pria sepertimu. Karena hatiku selalu berpihak kepadamu dan mataku selalu menatap bayangmu.

**

Ku menatap nanar pada tubuh kedua orang itu yang sudah menjauh dari pandanganku. Dan kini mereka sudah tak terlihat. Air mataku mengalir, aku terlalu lemah ketika berhadapan dengan Irana, wanita itu mampu mengekspresikan kemarahan, kesediahan, kesenangan dan juga berkhianat. Wanita itu bahkan pintar berbohong demi mendapatkan sebuah uang dengan jumlah yang cukup fantastis, yang ku ketahui itu adalah mahar dari Edgar untuknya.

Tiba-tiba saja sebuah tangan menarikku hingga kini aku berada di pelukan seseorang dengan dada bidangnya, bisa kurasakan aroma tubuh khas milik orang itu, Edgar. Dia memelukku erat, sangat erat hingga aku sulit untuk bernafas.
Aku memberontak, melepaskan pelukkanya yang sanggup membuat kadar oksigen yang kuperlukan berkurang.

"Ayo ke kasir." Ucapnya tanpa menatap wajahku dan berjalan dengan mendorong trolley yang sudah berisi beberapa kebutuhan kami.

Sepanjang perjalan tidak ada yang kami bicarakan. Dia diam, aku diam. Entah harus mulai dari mana yang ingin aku tahu apa dia tadi melihat Irana dan juga kekasih barunya itu? Aku melihat kearahnya yang sedang berkonsentrasi menggendarai mobil, kulihat rahangnya mengeras dan sorot matanya tajam. Bisa kupastikan dia melihat Irana dan juga kekasihnya sewaktu aku bertemu dengan mereka.

Aku menundukkan kepala, terasa sangat malu hingga kata maaf-pun tidak mampu aku ucapkan untuk meminta maaf darinya atas kesalahan kakak kembarku.

Tak terasa kami sudah berada di basement, Edgar mulai menurunkan belanjaan kami dan berjalan dengan membawa belanjaan yang terlihat sangat banyak itu. Di belakangnya aku menyusul, tentu saja dengan tangan hampa. Tanpa membawa apa-apa karena Edgar sudah membawa semuanya. Pria itu, biarpun dia menganggapku tidak ada, setidaknya dia masih berlaku baik terhadapku.

**

Hening. Tidak ada percakapan diantara kami setelah menyaksikan pemandangan seperti tadi, ketika melihat Irana menggandeng pria lain. Edgar seperti biasa, pria itu tetap diam dalam makannya dan menghabiskan tanpa tersisa. Ingin rasanya aku meminta maaf kepadanya, karena dia telah disakiti oleh Irana, kakak kembarku. Tapi ada dayaku, melihatnya memancarkan sorot yang tajam bahkan lebih membahayakan membuat nyaliku menciut.

Aku mencuci piring setelah menyelesaikan makan malamku dengan Edgar, pria itu memasuki kamar setelah dia menyelesaikan makannya. Fikiranku masih terbayang-bayang dengan pertemuanku dengan Irana, wanita itu bahkan lebih terlihat bahagia dibanding dulu. Apa dia sangat mencintai pria-nya?

Jam menunjukan pukul setengah 10 malam ketika aku menyelesaikan cuci piring, segera aku menuju kamar hendak beristirahat. Di dalam kamar, aku melihat Edgar yang tengah menyemprotkan parfume di kemejanya. Terlihat dia akan pergi malam ini, kemana lagi?

"Kau mau pergi?" tanyaku seranya berjalan mendekati tepi ranjang.

Dia diam dan menyisir rambutnya kebelakang, menciptakan bentuk rapih dan tentu saja dia terlihat tampan. Sebenarnya dia lebih tampan ketika dia tidak menggunakan pakaian kerjanya.
Aku hanya mengulum senyum ketika dia tidak merespon yang aku tanyakan. "Hati-hati. Jangan terlalu malam pulangnya." Ingatku dan langsung kurebahkan tubuhku di atas ranjang berukuran king size, dengan hawa dingin di sampingnya.

Sedetik kemudian dia pergi dengan membanting pintu kamar. Dan itu membuatku kaget. Sebegitu bencikah kau kepadaku, Edgar Sandjaya?

**

Menikah dengan seorang Edgar Sandjaya tidaklah mudah. Apalagi jika dia tidak menanggapimu sebagai isterinya, hanya rasa sakit yang terasa. Dia tidak ingin menyentuhmu setelah mengetahui bahwa kau bukan seseorang yang dia inginkan, dia rela menyentuh wanita lain yang dia yakini bisa membuatnya merasa puas tanpa memperdulikan seorang wanita yang selalu berada di rumahnya yang mampu menghangatkannya. Dia tidak perduli dengan wanita itu.

Hurt Me, Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang