Bagian Duabelas

12.9K 901 20
                                    

"Yang aku fikirkan adalah apakah kau bahagia bersamaku?" Edgar terdiam. Dia menatap lama mata Iryana. Seolah dirinya bertanya pada dirinya yang lain, apa yang diinginkan wanita ini? Dia sudah terlalu banyak menyakiti Iryana semampunya tapi kenapa wanita itu hanya memikirkan kebahagiannya?

Edgar mengalihkan pandangannya pada kolam yang tenang di bawah sana. "Aku tidak tau apa aku bahagia bersamamu atau tidak. Yang aku tahu, aku nyaman denganmu dan... takut kehilanganmu." Edgar gugup. Bahkan hal ini adalah hal yang tabu untuk dia rasakan.

"Aku ingin memulai dari awal bersamamu. Belajar bagaimana cara mencintai dan belajar tentang bahagia bersamamu." Lanjutnya.

Iryana terpaku. Rona bahagia terukir jelas di wajahnya. Edgar. Pria itu kini akan membukakan pintu hati untuknya yang bahkan dulu hanya mimpi baginya. Iryana memeluk Edgar dengan erat, sangat erat.

"Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih." Hanya ucapan itu yang berhasil keluar dari mulut Iryana. Dia bahagia. Edgar bahagia, mungkin. Tapi, pria itu akan bertekad bahwa dia akan bahagian bersama Iryana, selamanya.

**

Iryana mengerjapkan matanya. Pagi ini matahari terasa sangat tinggi ketika dia bangun, sinarnya menembus tirai putih yang menutupi kaca jendela di kamarnya. Setelah retina matanya telah menerima sinar matahari yang terik, diliriknya ranjang samping tempat dimana Edgar tertidur disampingnya semalam setelah pertarungan nikmat mereka kedua. Tidak ada Edgar disana, Iryana menyentuh tempat di sampingnya.

Dingin.

Edgar tidak ada dan tempat itu telah dingin, diperkirakan Edgar telah bangun sedari tadi. Iryana lantas langsung melihat kearah jam yang berada di samping nakasnya. Jam digital itu menampilkan angka 9 lebih 13. SIAL! Dia terbangun sangat siang! Pantas saja matahari sudah begitu sangat tinggi.

Salahkan Edgar, karena pria itu yang membuat Iryana harus tidur jam 3 dini hari setelah melayani nafsu besarnya. Iryana melihat secarik kertas yang berada di samping jam. Itu tulisan Edgar.

Aku ada rapat pagi ini. Maaf meninggalkanmu sendiri.
Selamat pagi.

-Edgar

Bibir tipis milik Iryana melengkung indah setelah membaca pesan singkat dari Edgar. Pria itu benar-benar mencoba untuk membuka hatinya dan Iryana sangat bersyukur karena itu. Dia teringat ketika percintaan mereka tadi malam, Edgar benar-benar membuatnya seperti dicintai. Pria itu menjadi lebih lembut dan berperasa, Edgar juga menyebut namanya ketika dia mengeluarkan cairannya kedalam rahim Iryana.

Tiba-tiba suara di ponselnya berdering hingga membuat Iryana kembali ke dunia nyata. Dilihatnya caller ID yang berada di layar ponselnya. Andre. Pria itu meneleponnya, dia hampir lupa bahwa dia ada project besar dengan Andre.

"Hallo..." Jawab Iryana langsung ketika dia sudah berhasil menganggkat telepon dari Andre.

"Pagi Ana." Suara Andre tampak begitu ceria pagi ini. "Apa kau lupa dengan project kita? Aku benar-benar butuh bantuanmu, An." Pintanya dari ujung seberang telepon Iryana.

Iryana menggigit bibir bawahnya, dia bahkan belum mengatakan hal ini pada Edgar. Dan bagaimana dengan Edgar? Apakah dia akan mau membantu Andre?

"Aku belum membicarakannya dengan Edgar, Ndre. Tapi akan aku usahakan."

Diseberang sana yang pasti Iryana tak akan bisa melihat, Andre menganggukkan kepalanya, dia mengerti posisi Iryana karena yang dia tahu bahwa Edgar adalah orang yang sibuk.

"Kuharap kita bisa meyakinkan dia."

"Aku juga berharap begitu." Ucap Iryana ragu.

"Baiklah. Aku tunggu kabar baikmu, jika dia membutuhkan proposal akan aku siapkan. Thankyou, my dear." Tutup Andre.

Hurt Me, Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang