Bagian Empatbelas

13.3K 800 25
                                    

Tidak butuh waktu lama untuk seorang Edgar Sandjaya bertemu dengan Andre Kurnia. Dan malam ini, mereka berdua bertemu disalah satu tempat yang sedang digandrungi oleh anak-anak remaja sebagai tempat berkumpul ataupun berkencan.

"Sudah lama menunggu?" Edgar menarik kursi di depan Andre saat pria itu sedang mengotak-atik ponsel pintarnya.

Andre yang merasa seseorang yang ditunggunya telah datang, dia bangkit dan mempersilahkan Edgar duduk.

"Tidak, aku juga baru sampai." Edgar mengangguk mengerti. "Mau pesan apa? Cocktail? Mocktail? Atau minuman ringan?" tawarnya.

Edgar menyunggingkan senyumnya sekilas, "Cocktail, cukup." Jawabnya.

Andre mengangguk dan memanggil waiters yang kebetulan melewati mejanya, lalu memesan pesanan yang diinginkan Edgar.

Tanpa basa-basi lagi, Andre mengajukan proposal yang telah ia bawa sejak tadi. Sejak telfonnya berdering saat makan siang, Andre sangat bersemangat karena sekretaris Edgar lah yang menyuruhnya untuk bertemu Edgar dan membicarakan tentang proyeknya bersama Iryana dan itu langsung disambut baik oleh Andre yang dengan cepat menyiapkan proposalnya.

Edgar membalik-balikkan setiap halaman proposal yang di pegangnya. Dengan teliti, Edgar membaca detail-detail keuangan yang akan dibutuhkan dan apa saja gunanya, serta meneliti dengan cermat kapan uangnya itu akan kembali.

"Kau yakin dalam waktu kurung dari satu tahun modal itu kembali?"

Andre langsung mengangguk pasti, "Ya. Sejujurnya untuk bahan-bahan tidak terlalu mahal karena itu kita gunakan selalu continue, aku juga punya teman seorang distributor tanaman organik jadi aku bisa menego harganya."

Waiters itu datang dengan membawakan cocktail pesanan Edgar dan pria itu menyesapnya sedikit.

"Sejujurnya, modal ini lebih berat ke dekorasi. Aku dan Iryana menginginkan restoran yang seperti ini." Andre menunjuk seisi restoran yang penuh dengan kalangan anak muda. "Restoran ini mengusung konsep chic dan cool, cocok untuk anak-anak muda. Tapi, aku dan Iryana menginginkan restoran yang bertema sama tetapi lebih pada warm and cozy."

"Seperti restoran bintang lima tapi harga medium. Target kami memang anak-anak muda karena mereka lebih suka berkumpul dan jajan tentunya." Andre terkekeh pelan. Edgar menatap tajam, Andre terdiam lalu berdehem pelan.

"Lalu? Kau sudah mendapatkan tempat untuk membuka restoran seperti yang kau dan isteriku inginkan?" Edgar menekankan bagiannya saat berkata 'isteriku'. Dia hanya ingin menunjukan bahwa Iryana adalah miliknya, milik Edgar Sandjaya.

"Aku dan satu lagi temanku sedang mengusahakan menego tempat yang akan kami gunakan. Ah, ya, aku juga bekerja sama dengan seorang temanku lagi."

Edgar langsung waspada, "Apa dia pria?"

"Hah?" Andre terkejut mendengar pertanyaan Edgar, "Tidak, dia wanita."

Kali ini Edgar berdehem pelan. Dadanya luar biasa lega mendengar bahwa teman si Kunyuk Andre adalah wanita. Menghindari tatapan aneh dari Andre, Edgar meneguk cocktailnya hingga habis tak tersisa.

"Baiklah, akan kukirimkan besok uangnya. Tapi, aku punya syarat." Ucap Edgar dengan enteng.

"Syarat? Apa?"

"Iryana hanya harus kerja menurut aturanku karena dia tetap menjadi isteriku dan kau tidak harus mengganti uangku." Akhirinya.

**

Edgar dan Iryana berjalan bersama dengan tangan wanita itu yang sedang merangkul mesra di lengan Edgar. Pria itu tidak keberatan bahkan terlihat sangat senang. Hubungannya dengan sang isteri bertambah baik dan sangat baik, setiap malam merupakan kegiatan wajib mereka untuk 'menghangatkan badan' dan itu juga berdampak baik bagi hubungan mereka yang semakin dekat.

Hurt Me, Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang