Aromamu membuatku mabuk, candumu membuatku tak bisa menjauh. Cintaku memang gila padamu. Aku begitu menginginkanmu.
**
Aku menatap mata Edgar yang tengah menelisik kearah tubuhku. Tersadar akan tubuhku yang hanya menggunakan celana dalam tanpa bra, karena gaun yang kukenakan tidak perlu memakai bra. Aku menyilangkan kedua tanganku di depan dadaku untuk menutupi dadaku yang terekspos. Tapi bukan itu, lebih tepatnya aku hanya melindungi diriku ketika Edgar hanya memandang bahuku, bahu yang polos tanpa tanda lahir seperti milik Irana.
Satu yang aku tahu, Edgar tidak akan menyentuhku ketika dia merasa bahwa aku bukan Irana yang dia cintai. Aku hanya Iryana yang dengan kesalahan Irana bisa mendapatkan seorang Edgar Sandjaya.
Sedetik kemudian Edgar berbalik dan berjalan keluar dari kamar mandi. Tidak ada sepatah katapun yang terucap dari bibirnya ketika dia melangkah keluar. Aku menatap punggung Edgar dengan tersenyum kecut, tidak tertarikkah dia padaku?
**
Hidungku mencium sebuah bau yang sangat menggoda, bau butter and cheese. Kupaksakan mataku untuk terbuka. Harumnya mengingatkanku pada almarhum nenekku yang sangat suka membuat cake ataupun cookies kecil-kecil yang biasa aku bawa untuk kujual di sekolahan.
Aku turun menuju darimana sumber bau itu berada. Kakiku melangkah kearah dapur, dan terlihat seorang wanita paruh baya yang sedang mengeluarkan cookies keju. Kepulan asap putih yang tipis itu terlihat dari atas cookies-cookies itu.
"Sudah bangun, Nyonya?" Wanita paruh baya itu tersenyum kearahku yang kurang dua langkah lagi mendarat ke lantai dasar.
Aku mengangguk dan tersenyum menyapanya lalu berjalan menuju ke pantry. Disini aku duduk di salah satu kursi bar berwarna putih yang dimiliki oleh Edgar.
"Cheese cookies?" tanyaku dengan mata yang tidak lepas dari cookies-cookies itu.
Wanita paruh baya itu mengangguk, "Tuan Edgar sudah kembali, jadi aku ingin membuat cheese cookies kesukaannya."
Aku mengangguk dan tersenyum. Jadi Edgar juga suka dengan cheese cookies? Haha lucu sekali, paling tidak kami memiliki selera yang sama soal cookies.
"Harum sekali, Bik Mun. Cheese cookies?" suara baritone yang terdengar dari arah belakangku. Aku melihat Edgar yang menggunakan kaos putih polos dan juga celana pendek berwarna hitam, dengan rambut yang basah dan sedang dia keringan dengan handuk.
Dia terlihat tampan. Sangat tampan.
"Iya, Tuan. Hari ini adalah hari pertama tuan kembali..." Suara wanita paruh baya yang dipanggil Bik Mun oleh Edgar terhenti seketika karena deheman Edgar yang dimengerti oleh Bik Mun. "Ah, sebaiknya Tuan dan Nyonya sarapan dulu. Saya sudah siapkan sarapan untuk tuan dan nyonya dimeja makan."
Aku tidak mengerti dengan situasi seperti ini.
**
Siang ini keadaan begitu sepi, sama seperti ketika aku berada di apartermen Edgar beberapa waktu yang lalu. Bik Mun sudah pulang ketika jam menunjukan pukul 12 siang, setelah menyiapkan makan siang beliau pamit. Katanya, Edgar memang hanya memberikan jam kerja untuknya dari pagi hingga siang saja.
Aku berada di perpustakaan yang berada di rumah Edgar, sungguh ini adalah perpustakaan terinda yang pernah aku lihat. Banyaknya buku yang tersusun membuatku menggila. Aku memang menggilai buku, terutama novel romance ataupun cerita-cerita fantasi.
Aku menjelajah kearah buku-buku yang tersusun rapih. Kebanyakan koleksi buku yang dimiliki Edgar adalah tentang bisnis, ekonomi ataupun sebangsanya. Mataku melihat sebuah buku yang berbeda dengan yang lainnya, buku trilogy yang tersusun rapih berjejer.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt Me, Like You Do
RomanceMungkin jika aku tidak terlalu takut untuk di tinggalkan oleh kakakku, ini tidak akan pernah terjadi. Hatinya yang dulu menghangat sekarang dingin bagikan bongkahan es yang tidak akan mencair. Semua karena kebodohanku! Semua karena aku! -Iryana H...