Bagian Sepuluh [rated]

12.2K 873 36
                                    

Minggu pagi cerah di langit kota Singapura. Mereka memang akan kembali pada senin pagi dengan penerbangan paling pagi, ini semua karena Diana yang merengek masih ingin berada di Singapura karena wanita itu dari kemarin belum membelanjakan uangnya.

Alhasil disinilah mereka, menikmati sarapan pagi di hotel bersama dan dengan Diana yang bersemangat untuk berbelanja pada hari ini.

"Posisi hotel kita sangat pas di Orchard Road, disini adalah surganya belanja barang-barang bermerek di Singapur." Racaunya pada Iryana. Sedangkan Iryana hanya mengangguk-anggukkan kepala dengan gaya sok paham, padahal dia tidak begitu mengerti tentang fashion.

"Sudahlah, Sayang. Ana tidak gila belanja sepertimu." Victor berusaha untuk mengentikan ocehan Diana tentang belanja sejak tadi.

"Kenapa? Kau tidak suka?" Sinisnya pada Victor. Diana beralih pada Iryana yang hanya tersenyum kecil mendengar pertengkaran dirinya dengan Victor. "Setelah belanja, kita ke Universal Studio. Kau mau kan, Ana?"

Iryana mengerutkan dahinya. Universal Studio? Bahkan itu hanya di mimpinya dan sekarang akan menjadi kenyataan.

"Mau! Aku mau!!" pekiknya girang. Diana hanya memandangn Iryana dan tertawa geli melihat tingkah Iryana yang seperti anak kecil mendapat hadiah jalan-jalan dari orang tuanya. Senyum manisnya terukir di wajahnya. Iryana benar-benar terlihat seperti anak kecil.

Disamping Iryana, Edgar yang sedang meminum kopi paginya terasa akan tersedak ketik melihat senyum manis Iryana. Wajah yang sama dengan senyum yang berbeda. Sungguh, kenapa ini bisa terjadi? Iryana dan Irana adalah kembar indentik, tapi kenapa cara tersenyum mereka sangat berbeda?

**

"Ah—aku lelah!" Desah Diana. Hari sudah menjelang petang dan mereka baru saja kembali dari acara jalan-jalan mereka. "Aku harus istirahat dan bersiap-siap untuk pulang besok." Lanjutnya.

"Kata siapa kau boleh istirahat?" Victor menyela ketika mendengar ucapan Diana yang bilang akan beristirahat ketika wanita itu hampir menghabiskan seluruh isi dompetnya dengan belanjaan yang menumpuk di tangannya.

Diana memincingkan matanya. Dia tahu arah kemana Victor akan membawanya. Tentu saja Victor ingin mendapakan tanda 'terima kasih' dari kekasihnya.

"Vic!" pekiknya. Disampingnya Victor hanya tertawa dengan menggenggam tangan Diana kedalam saku jaket yang dia pakai.

Akhirnya mereka berpisah ketika lift sudah membawa kedua orang itu ke lantai 5 dimana kamar Victor dan Diana berada. Sedangkan kamar Edgar dan Diana berada di lantai 8.

"Kami duluan." Pamit Diana.

"Malam ini jangan ganggu kami." Pamit Victor. Dan pria itu mendapat cubitan gemas dari Diana yang bersarang di perutnya.

**

"Kau mau mandi dulu, Ed? Aku sudah menyiapkan air hangat untukmu." Tawar Iryana pada Edgar. Pria yang sejak tadi bermain dengan ponsel pintarnya.

"Hm..." hanya itu jawaban yang berasal dari mulut Edgar. Selanjutnya pria itu bangkit dan berjalan menuju kamar mandi untuk segera membersihkan tubuhnya karena sejak tadi terasa sangat lengket dan panas.

Iryana menatap dirinya pada cermin rias yang berada di depannya, dia mengeringkan rambut basahnya dengan hairdryer. Tiba-tiba, kegiatan terhenti ketika mendengar ponsel Edgar yang berbunyi.

Satu kali...

Mati.

Dua kali...

Mati.

Tiga kali...

Mati.

Dan ini keempat kalinya ponsel Edgar berbunyi. Mau tidak mau Iryana harus mengangkatnya, sejak tadi dia mengurungkan niatnya tetapi dia takut jikalau ini adalah telepon yang penting. Diraihnya ponsel Edgar yang berada dimeja samping tempat tidur.

Hurt Me, Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang