Edgar terbangun dari tidurnya. Matanya menyipit tatkala sinar matahari memasuki retina mata miliknya yang belum sepenuhnya bisa menerima sinar itu pagi ini. Dipandangnya sosok wanita yang semalam membuatnya begitu sempurna. Iryana tengah tertidur dengan memeluk tubuh Edgar.
Pria itu bangkit dan tanpa membuat Iryana terbangun karena pergerakan tubuhnya. Kini di bawah shower kamar mandi, Edgar menatap dirinya pada cermin di depannya.
Pria brengsek! Pria brengsek! Pria brengsek!
Sederet kata-kata itu bersarang di kepalanya. Dia benar-benar pria brengsek yang meniduri kakak beradik sekaligus dengan wajah yang sama. Apa yang ada difikirannya? Hampir dua bulan ini dia mampu menahan hawa nafsu untuk tidak menyentuh Iryana karena dia tidak ingin menjadi pria brengsek yang sudah meniduri dua orang kembar itu.
Salahkan Iryana, karena kenapa tadi malam dia berkata akan memberikan malam yang panas untuknya hingga seharusnya malam yang panas bersama Angel dia relakan untuk membuat Angel tersadar dan kembali dengan cepat ke kamar hotelnya, tempat Iryana menunggunya.
Sejujurnya, siapa yang tidak tergoda dengan sosok Angel yang hampir semupurna itu? ditambah pakaian tipis yang dia pakai semalam membuatnya tambah terlihat sangat menggairahkan. Tapi, semua angan itu musnah sudah, ketika Iryana menawarkan malam yang panas untuk Edgar.
Edgar tergiur, sudah lama dia ingin melakukannya dengan Iryana tapi lagi-lagi dia tidak ingin menjadi pria brengsek. Dia hanya akan melakukan ketika hatinya benar-benar memilih, entah dorongan dari mana hingga akhirnya dia menyatukan tubuhnya dengan tubuh Iryana semalam.
Percintaan yang membuatnya merasa berbeda, yang menurutnya benar-benar sempurna dan di tempat itulah dia menemukan 'rumah'nya.
**
Seminggu setelah kepulannya dari Singapura, Edgar tidak banyak berubah atau bahkan pria itu seakan menghindar dari Iryana. Edgar berubah menjadi Edgar yang dulu, yang suka berangkat kerja saat dirinya belum terbangun dan pulang kerja setelah dirinya tertidur seperti itu terus. Tapi, kali ini tidak seratus persen seperti dulu ketika Edgar pulang dengan bau parfum wanita lain ataupun alat kontrasepsi yang berada di celananya, kini setiap dia akan mencuci pakaian Edgar, pakaian pria itu terasa bersih tanpa ada alat kontrasepsi ataupun bau parfum.
Lalu, apa yang dilakukan Edgar?
Edgar benar-benar menyibukan dirinya dengan pekerjaan. Pria itu memilih berdiam diri di dalam kantornya sampai waktu yang dirasa tepat untuk pulang, dia akan pulang. Pria itu menghindari Iryana. Sebuah ketakutan terus saja bersarang dihatinya. Dia takut kelepasan, dia takut meniduri Iryana lagi dan dia takut menyakiti wanita itu lagi.
"Kau belum pulang?" Victor memasuki ruangannya yang hanya dengan penerangan sebuah lampu meja. Pria itu menaruh beberapa berkas yang sudah dia selesaikan untuk bahan presentasinya besok.
Edgar menggeleng pelan, "Nanti. Ini baru saja jam 8 malam."
"Biasanya kau selalu pulang awal. Kenapa? Apa yang terjadi, hmm? Kurasa ini ada sesuatu karena setelah pulang dari Singapur kemarin kau benar-benar gila kerja." Victor menghujani Edgar dengan pertanyaan-pertanyaan yang ingin sekali dia ketahui. "Bicara padaku, dude! Kita teman." Rajuknya.
Edgar menghela nafasnya dengan berat, "Aku sudah tidur dengan Iryana."
Pernyataan Edgar bukan sebuah kejutan bagi Victor tetapi lebih seperti lelucon dan sekarang pria itu tengah tertawa keras.
"Apa yang salah, bodoh?" tanya Victor, pria ini masih tertawa walau mengetahui perubahan wajah Edgar ketika Victor bertanya. Atau karena Victor mengatainya 'bodoh'?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt Me, Like You Do
RomanceMungkin jika aku tidak terlalu takut untuk di tinggalkan oleh kakakku, ini tidak akan pernah terjadi. Hatinya yang dulu menghangat sekarang dingin bagikan bongkahan es yang tidak akan mencair. Semua karena kebodohanku! Semua karena aku! -Iryana H...