Bagian Delapan

10.7K 896 21
                                    

Putar mulmednya. Ini lagu yang sering menemaniku menulis cerita Edgar-Ana 😁😁

Happy reading dear :)

Author POV

Kedua pasangan itu memasuki ballroom di sebuah kapal pesiar yang mewah. Banyak pasang mata yang memperhatikan mereka berempat, khususnya Edgar. Pria yang memang terkenal di kalangan kampus saat di kuliah di London. Pria yang terkenal mempunyai tatapan mata yang tajam yang mampu membuat jantung wanita berhenti berdetak beberapa detik ketika melihat pemandangan mata indah itu.

Kali ini pria most wanted mereka telah menjadi milik seseorang yang sedang berjalan berdampingan dengan tangan sang wanita berada di lengan sang pria. Mereka berjalan menghampiri pengantin pria yang berada di depan pintu masuk.

"Wow-siapa yang datang? Sandjaya?" ucap pria yang menggunakan stelan texudo dengan bunga kecil yang menghiasi saku jasnya.

Edgar terkekeh mendengar sang mempelai pria menggodanya, "Selamat untukmu, Gio."

Pria bernama Gio itu menjabat tangan Edgar. "Terimakasih." Ucapnya, pandangannya beralih pada wanita yang berada di samping Edgar. "Cantik. Kau memang pandai memilih wanita, Ed." Guraunya.

"Tentu saja. Karna aku juga tampan." Jawabnya bangga.

"Dasar narsis." Desis Gio tajam. "Silahkan duduk, tuan Sandjaya. Buatlah dirimu senyaman mungkin."

Simbari tersenyum menawan, Edgar berjalan dengan memantapkan langkahnya dan Iryana yang berada di sampingnya untuk menuju ke meja dimana dia akan duduk. Tamu-tamu mulai beradatangan dan memadati semua meja yang tersedia.

Pesta orang kaya pastilah mewah, itu yang difikirkan oleh Iryana ketika dia menaiki kapal pesiar yang seumur hidupnya baru pertama kali dia rasakan.

"Kenapa? Kau gugup?" tanya Diana pada Iryana yang berada di sampingnya.

Pertanyaan Diana dia jawab dengan anggukan kepala oleh Iryana.

"Jangan gugup. Kau juga pernah merasakan pesta seperti ini bukan? Waktu pesta ulangtahun perusahaan." Ingat Diana.

"Tapi aku merasa sangat gugup, baik sekarang maupun dulu. Ini seperti berada di dalam sebuah tempat dimana tidak seharusnya kau berada." Papar Iryana.

"Sejujurnya aku juga tidak begitu dekat dengan mereka-mereka." Diana menunjukan beberapa gerombolan yang berseberangan dengan meja mereka, disana pula terlihat Edgar dan Victor yang sedang bercengkrama dengan teman seberang meja mereka. "Aku terlalu dekat dengan Edgar dan Victor karena kami memang benar-benar satu negara dan hanya mereka yang mengerti aku."

Iryana mencoba memahami situasi yang juga dialami oleh Diana hingga di merasa ada seseorang yang berada di belakangnya dan seketika itu dia menoleh.

Wanita itu tersenyum manis pada Iryana dan Diana. Wanita cantik yang mungkin banyak pria tak mampu untuk menolaknya.

"Boleh aku bergabung?" seketika mendengar suara itu Edgar dan Victor menoleh dan mempersilahkan wanita itu untuk duduk di satu kursi yang memang masih kosong disana.

"Lama tidak bertemu. Bagaimana kabar kalian?" tanya wanita itu setelah duduk dengan anggun di tempatnya.

"Cukup baik, Angel. Kudengar sekarang kau banyak mendapat tawaran film?" tanya Victor dengan ramah.

Sebuah cubitan gemas bersarang di perut kiri Victor, dan pria itu hanya menahan sakitnya tanpa menunjukan ekspresi yang begitu tertera.

"Yah-cukup banyak. Tapi, aku harus memilih-milih mana yang cocok dengan kemampuanku."

Hurt Me, Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang