Bagian Empat

10.9K 869 4
                                    

Tatapan matamu yang begitu dalam membuat hatiku berdesir. Indahnya bola matamu, Tuhan begitu tidak adil, dia menciptakanmu sungguh indah dan tanpa cela. Sedangkan aku? aku hanya wanita biasa yang beruntung mendapatkanmu.

**


Aku berdampingan dengan Diana, wanita ini melangkah dengan anggun. Sedikit mengangkat gaun panjangnya untuk memperlihatkan betapa panjang dan mulus kaki miliknya. Senyum selalu terukir di wajahnya tatkala beberapa blitz kamera membidik wajah kami berdua yang berjalan berdampingan. Dia juga sedikit melambaikan tangannya pada kru media yang akan menyiarkan berita ini.

Tentu saja Sandjaya Group adalah group terbesar di Indonesia, bahkan Sandjaya Group hampir menjadi pemegang poros ekonomi di Indonesia. Jangan salahkan media jika mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan sebuah informasi tentang Sandjaya Group.

Aku dan Diana memasuk sebuah ruangan, mungkin bisa di sebut ruangan VVIP karena ruangan disini sangat cantik. Pencahayaanya sedikit remang, dan lampu-lampu Kristal yang menggantung indah begitu sangat apik. Ruangan ini di dominasi warna merah gelap dan sedikit sentuhan warna gold.

Disana, di kursi sofa panjang berwarna merah tua telihat Edgar yang sedang membenarkan jas yang dikenakanya ketika aku memasuki ruangan ini. Disampingnya ada Victor yang tengah bercermin, pria itu membenarkan tatanan rambut klimisnya.

"Hay guys..." teriak Diana, kedua pria itu sontak menoleh kearah kami. Yang kutemui adalah tatapan indah mata Edgar. Dia melihatku. Ya! Dia melihatku, dan kurasa beberapa detik berikutnya dia tidak berkedip dan menatapku.

"Bagaimana? Sebuah maha karya?" tanya Diana bangga. Kurasa dia sedang membicarakan aku disini.

Victor berjalan mendekat kearahku dan menatapku lekat-lekat, dia menundukkan kepalanya agar bisa melihatku dengan jelas.

"Kau benar-benar Iryana??" serunya tak percaya. Oh ya Tuhan! Tentu saja aku Iryana, apa ada yang salah dengan diriku?

Diana tersenyum bangga, "Sudah ku katakan bahwa sudah sempurna dan tinggal memolesnya sedikit dia sudah menjadi wanit cantik." Aku tersipu malu mendengar ucapan Diana. Kulihat Diana melirik kearah Edgar yang sedari tadi hanya diam menatapku. "Hey Sandjaya! Apa kau tidak mengenali isterimu sendiri? kenapa kau diam saja?" sebal Diana.

Edgar bangkit dari tempat duduknya dan berjalan kearah kami, tepatnya kearahku karena setelah itu dia menggeretku dengan kasar untuk mengikutinya. Dan dari belakang aku bisa mendengar bahwa Diana berkata, "Ada apa dengannya? Kasar sekali! Tidak seperti biasanya."

**

Dengan menautkan tanganku pada lengan Edgar, kami berdua berjalan memasuki ballroom tempat dimana diadakan pesta perayaan ulang tahun Sandjaya Group ke-50. Edgar begitu tampan dengan stelan hitam yang melekat pas di tubuhnya.

"Ingat! Kau hanya perlu tersenyum dan menjawab 'ya'. Aku yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari orang-orang. Kau cukup disampingku."

Aku mengangguk mengerti.

"Dan lagi, kau harus terlihat mencintaiku."

DEG!

Seketika itu aku merasa kakiku tidak bisa bergerak, bahkan lebih berat dari biasanya. Apakah selama ini aku tidak terlihat mencintaimu, Ed? Aku hanya tersenyum kecut dan selanjutnya menyamakan langkah Edgar.

Pesta telah dimulai, banyaknya karyawan serta relasi-relasi penting dari Sandjaya Group yang diundang di acara ini. Sebagai pembukaan acara, Edgar di dapuk untuk memberikan sebuah pidato. Dia berjalan menuju kearah podium dengan langkah yang mantap dan terlihat menawan. Pria-ku yang tampan. Sayangnya, aku hanya bisa menatapnya di tempat dimana aku, Diana dan Victor duduk.

Hurt Me, Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang