06

16.4K 1.3K 138
                                    

Terjebak Nostalgia, Raisa

Chapter ini aku dedikasikan buat miftaairi dan yang diam-diam ngikutin jalannya cerita ini:)

Selamat membaca:))

-----****-----

"Farel, Farel...." Keita menggoyangkan lengan bocah itu agar mau memberi respon.

Bocah laki-laki itu tidak menjawab, namun masih bisa melihat ekspresi kesal Keita dari sudut matanya.

"Aku minta maaf, Farel," ucap Keita pada akhirnya.

Farel menghentikan gerakan pensilnya kemudian menatap Keita tajam.

"Harusnya kamu minta maaf ke Jasmine, bukan aku."

"Kenapa aku harus minta maaf untuk kesalahan yang tidak aku lakukan?"

"Itu yang tidak kusuka darimu. Kamu egois, Kei!"

Keita terdiam. Kata-kata Farel sungguh menyakitkan. Belum lagi dengan nada membentak di ucapannya. Baik, Keita jujur kalau tadi ia mendorong Jasmine. Tapi, mana ada bara yang disiram minyak tanpa menghasilkan api? Begitupun dengan Keita.

Harusnya tadi ia bisa menunjukan hasil ulangannya, harusnya Farel yang membelanya, dan harus Keita akui sekarang, Jasmine benar-benar licik.

Keita menunduk. Ia tidak boleh menangis. Bukan hanya sekali Farel memperlakukannya tidak baik, tapi tiap hari. Jadi untuk apa ia menangis, harusnya ia kebal akan kata-kata menyakitkan itu.

Keita harus tegar. Ia harus mengingat sisi baik Farel. Ya, walau Farel tak pernah berkata manis di hadapannya, bocah berusia 8 tahun itu masih punya sisi baik untuk ditunjukan dengan caranya sendiri.

"Itu karena kamu lihatnya dari satu sisi, Farel," lirihnya. "Kamu bisa nuduh aku karena kamu datang disaat aku melakukannya, bahkan kamu tidak mau repot mencari tau apa yang sebenarnya terjadi. Bukan aku yang egois Farel, aku hanya membela diriku. Sedangkan kamu? Kamu marah tanpa sebab hanya karena melihat kejadian terakhir itu."

Farel terdiam. Hatinya membenarkan kata-kata Keita, tapi mulutnya belum bisa berucap seperti yang ada di dalam hati.

Karena tidak mau ambil pusing, Farel kembali mencoretkan pensil ke sketsanya. Farel memang punya hobi menggambar sejak kecil, dan Keita sudah tahu hal itu.

"Farel, kamu memaafkan aku?"

Bocah laki-laki itu masih diam. Tangannya semakin bergerak ke sana kemari hingga membentuk gambar di bukunya. Tapi, Keita tidak bisa melihat gambar itu.

"Farel, kumohon jawablah." Keita menggerakkan kembali lengan Farel, hingga tubuhnya ikut terguncang.

"Ya sudah, aku maafkan, sekarang diamlah," jawabnya tanpa menoleh.

Keita tersenyum mendengarnya. Walau nada bicara Farel masih jauh dari kata ramah, ia senang bocah laki-laki itu mau memaafkannya.

Keita duduk di depan Farel dengan pandangan mengikuti gerakan pensil di tangannya. Gadis itu ingin melihat apa yang digambar sahabatnya hingga ia mengabaikan keberadaan Keita.

Ya, walau bukan kali ini saja Farel mengabaikannya. Tapi kali ini, Keita melihat Farel begitu serius dengan pensil juga buku sketsa itu.

"Farel, apa yang sedang kamu gambar?"

"Rahasia."

"Ayolah Farel, biarkan aku melihatnya," pinta Keita yang kini memegang ujung buku itu.

Flower Crown [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang