20

11.3K 830 56
                                    

Out of The Woods, Taylor Swift

"Selamat pagi, Keita."

Keita menoleh dengan cepat ke belakang saat suara misterius itu memasuki gendang telinganya.

"Gue bilang, pagi Keita," laki-laki itu mengulangi kalimatnya, tapi kali ini diikuti sebuah senyum lebar.

Keita tertawa. "Fem, biarin gue lewat dulu napa. Kayak preman tau nggak ngehalangin jalan gue."

"Mungkin maksud dari kata lewat adalah kabur, bukan begitu saudara Keita?" Kini ia melebarkan matanya namun tetap memasang senyum.

Efek sampingnya, Keita bergidik takut melihat ekspresi wajah Femma. "Fem, gue merinding lihat lo kayak gitu."

"Jadi kapan lo mau ngejalanin misi itu?" Tangannya bersedekap di depan dada. Berharap Keita segera menjawab.

"Gue...." Karena bingung Keita hanya menggaruk tengkuknya. Beratnya beban yang ia tanggung akhir-akhir ini membuatnya melupakan tentang janji yang dibuatnya pada Femma.

"Kapan, Kei?"

"Secepatnya," sambar Keita sambil memasang wajah meyakinkan. "Secepatnya gue akan cari tau semua info tentang Jessica. Itu kan yang lo mau?"

Femma manggut-manggut mengerti, kemudian berkata,  "Lebih cepat, lebih baik."

Melihat Femma pergi dari hadapannya membuat Keita bisa bernapas dengan lega. Setidaknya ia masih bisa bertanya tentang Jessica pada Nata.

.
.
.

"Nata." Keita berlari masuk kelas dan duduk di bangku depan Nata. Ia menopang dagunya dengan kedua tangan sambil memasang senyum manis.

Melihat sikap Keita yang aneh dari biasanya, Nata meletakkan kembali pensil itu ke meja. Kemudian, ia mengangkat tangannya untuk diletakkan di dahi sahabatnya.

"Nggak anget kok."

"Ish," Keita menepis tangan Nata untuk menjauh dari dahinya. "Lo lagi apa?"

Nata menghela napas dan lanjut menulis, mungkin lebih tepatnya menyalin pekerjaan rumah temannya. "Langsung ke inti deh, lo mau apa?"

Keita manyun. Nata memang bisa dengan mudah menebak kemauannya. "Nggak asik lo, Nat."

"Bener, kan? Lo kaya gini pasti ada apa-apanya."

"Yang disukai Jessica apa aja sih?" tanya Keita to the point.

Nata menatap Keita tak percaya. Tumben-tumbenan ia menanyakan perihal Jessica.

"Hm." Nata mengetuk-ngetuk pensilnya ke dahi. Seakan pertanyaan itu adalah pertanyaan tersulit yang pernah ia temui.

"Nata, please." Keita memasang tampang paling melas, sambil menyatukan telapak tangan kanan dan kiri seperti orang memohon.

Bahkan orang-orang yang melihatnya bisa ikut terenyuh. Apalagi ekspresi yang ditampilkan Keita adalah ekspresi yang membuat orang menjadi tidak tega untuk menolak keinginannya.

Tapi tidak untuk Nata. Dengan jahat ia meraup wajah Keita dan tertawa sesudahnya. "Jibang gue, Kei!"

Keita mendelik. "Gue udah masang tampang kayak tadi nggak berlaku apa-apanya nih buat lo?"

"Sayangnya enggak tuh." Nata mulai jahil dengan menarik hidung Keita. Tawa jahatnya seolah menggelegar di seluruh kelas yang hanya ada beberapa orang penghuninya.

Flower Crown [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang