29

14.1K 873 69
                                    

Sherina Munaf,
Simfoni Hitam

"Maaf, Kei. Maaf."

Keita menutup mulutnya dengan tangan. Ia tidak percaya dengan apa yang ada di depannya.

Untuk tahu apakah Diego bercanda atau tidak, gadis itu menatap kedua mata Diego. Sayangnya, laki-laki itu menghindari tatapan Keita dengan melihat sesuatu yang ada di depan mereka.

"Kenapa lo lakuin ini, Go? Kenapa!"

Ingatan kejadian tentang pertengkaran mereka tadi masih tergambar jelas di pikirannya.

"Gue—"

Keita mendorong Diego dengan kasar. Siratan kemarahan juga kekecewaan tergambar jelas di wajah ayu itu.

"Apa salah gue, Go! Kenapa lo tega ngelakuin ini ke gue."

"Nggak mungkin, ini nggak mungkin." Keita menggelengkan kepala dengan kuat. Apa yang ia lihat bukan ilusi semata. Tapi benar-benar nyata.

"Gue akan cerita, tapi nggak di sini, Kei."

Senyum sinis di wajah Keita tercetak jelas untuk ditunjukan ke Diego. "Kenapa gue harus percaya sama lo?"

"Kei gue mohon, kali ini aja. Gue akan jelasin semuanya di sana." Keita menepis tangan laki-laki itu saat ia hendak menyentuh lengannya.

"Ke mana?"

"Lo akan tau, Kei. Dan gue janji, di sana gue akan cerita alasan gue ngelakuin ini."

"Diego, bilang kalau lo bohong sama gue."

Diego hanya diam. Ia tahu hasilnya akan seperti ini. Keita tak dapat menahan lebih lama lagi air matanya.

Saat Diego menarik perempuan itu ke pelukannya, tangis Keita semakin pecah. Ia memukul berulang kali pundak Diego, masih tidak percaya pada kenyataan.

Keita menunjuk sesuatu di depannya. "Bilang sama gue kalau yang di bawah sana bukan Farel. Bilang sama gue, Go!"

"Keita, Keita dengerin gue." Diego berusaha menenangkan Keita. Tapi nampaknya gagal, mengingat reaksi Keita yang jauh dari kata baik-baik saja.

Mata merah nan berair nampak jelas di wajah Keita. "Lo pasti becanda, kan? Nggak mungkin Farel ada di bawah sana. Nggak mungkin Farel—"

"Keita gue tau ini sakit buat lo, tapi," ada jeda sejenak sebelum Diego melanjutkan, "tapi inilah kenyataannya. Farel ... Farel udah nggak ada."

"Farel nggak mungkin meninggal Diego! Farel nggak mungkin ninggalin gue, dia udah janji buat balik ke Indonesia. Tapi Farel ... gue bener-bener nggak percaya."

"Gue akan cerita semuanya, Kei. Lo inget kan janji gue pas ngajak lo ke sini?" Keita menganggukkan kepala lemah. "Bagus. Sekarang tugas lo dengerin cerita gue, dan lo akan tau yang sebenarnya."

Tak ada pilihan lain, Keita pun mengangguk mengiyakan untuk tahu keseluruhan cerita dari Diego.

.
.
.

"Ma? Kenapa Farren sama Papa nggak tinggal sama kita? Kenapa Papa nggak pernah nganterin Farel sama Farezz ke sekolah?"

Sendok dan garpu yang tadi dipegang Mama Farel terpaksa ia jatuhkan ke piring kembali. Mungkin memang tidak terdengar dentingan saat sendok, garpu dan piring saling bergesekan. Tapi Farel dapat melihat ekspresi mamanya yang berubah sendu.

"Farel salah ngasih pertanyaan ya, Ma?"

Diani menggelengkan kepala. Ia tersenyum ke kedua putranya sambil berkata, "Papa ada bisnis di Jepang, makanya Farren ikut."

Flower Crown [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang