13

13.8K 965 60
                                    

Everglow, Coldplay


"Keita... Keitaaaaaa...." Suara teriakan itu membuat Keita menutup kedua telinganya.

Ia berguling ke kanan dan kiri agar matanya mau terpejam dan melanjutkan mimpi yang tertunda.

"Keitaaaaa...." Lagi, suara nyaring itu terdengar seakan ingin merusak gendang telinganya.

Tidak biasanya Farel mau merepotkan diri untuk berteriak membangunkan Keita.

Biasa juga Keita yang membangunkan bocah itu. Tunggu dulu— "FAREEL!" Keita membelalakkan kedua matanya saat menyadari sesuatu.

Farel membangunkannya hari ini? Ini sangat mustahil. Dengan cepat Keita menjauhkan selimutnya ke samping tempat tidur. Kemudian ia berlari ke arah balkon.

"Farel? Kenapa kamu teriak-teriak?"

Di sebrang sana Farel melebarkan senyum saat melihat kedatangan Keita. "Ayo kita main sepeda," ajaknya tanpa menjawab pertanyaan Keita.

Kerutan-kerutan di dahi Keita semakin terlihat. Ia curiga bila Farel benar-benar mengidap bipolar.

Namun mau tak mau Keita menjawab, "Sekarang?" Dan langsung dibalas anggukan oleh Farel.

.
.
.

Keita memandang langit yang tak lagi berwarna cerah. Hari ini ia berdiri di balkon untuk melihat indahnya matahari.

Hanya saja keadaan cuaca tak mendukung untuk mengubah mood buruknya. Malah, cuaca kali ini ikut membantu mewakili hati dan perasaan Keita. Yang tak lain dan tak bukan, mendukung kegalauannya.

Ia mendengus. Kemudian menjatuhkan pandangannya ke kamar Diego. Keita tak bisa menyebut kamar itu sebagai milik Farel lagi.

Ia hanya berpikir, mungkin inilah saatnya untuk melangkah ke depan. Berpikir untuk melupakan janji itu.

Mungkin memang sulit, tapi Keita yakin segera terbiasa akan hal itu. Hanya masalah waktu, dan siapa nantinya yang akan membantunya untuk melupakan Farel.

Keita merasa bersalah pada Diego, juga penghuni rumah sebelumnya. Tapi, perasaan bersalah itu lebih banyak ke Diego. Aneh bukan? Laki-laki itu memang membawa dampak yang besar untuk Keita.

Keita tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Diego. Sepertinya laki-laki itu tidak berada di kamarnya.

Ia menyesali percakapannya saat Keita menyuruh Diego ngebut karena hampir telat.

Sebenarnya bukan itu yang ingin dikatakan Keita.

Lidahnya mendadak kelu saat ingin mengucapkan 1 kalimat penuh makna. Setelah mendengar perkataan Diego tentang kepindahannya, ia mulai ciut nyali dan tak berani mengatakan yang sebenarnya.

"Padahal kemarin timing-nya pas buat minta maaf."

Keita mengusap wajahnya kasar.

"Lo sih, Kei. Sok-sokan gengsi." Keita mencoba bermonolog.

"Terus sekarang gimanaaa." Ia berjalan mondar-mandir sesekali menghentakan kaki.

"Gue akan pindah."

Kalimat itu kembali muncul di pikiran Keita. Rasa bersalahnya semakin membuat dirinya tak bisa bernapas. "Ya Allah, gue jahat banget selama ini."

"Mau bilang maaf tapi sangat susah. Bilang tidak ya, tapi gengsi ya." Keita menyanyikan salah satu lagu yang sedang populer saat ini. Dengan sedikit mengotak-atik lirik, jadilah lagu orang dengan lirik versi diri sendiri.

Flower Crown [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang