10

15K 943 79
                                    

Kid in Love, Shawn Mendes

Keita meletakkan kedua tangannya di depan dada. Ia mengeluarkan seringai kecil untuk Diego. "Pergi dari rumah itu secepatnya."

"Apa?"

"Lo nggak bisa? Baik. Gue sendiri yang akan bikin lo pergi dari rumah itu."

Diego kembali meraih tangan Keita saat gadis itu hendak pergi. Jelas itu membuat Keita kesal. Karena Diego telah menghambat waktunya untuk melakukan hal yang lebih bermanfaat.

"Lepas!" ancam Keita dengan tatapan tajam miliknya.

Diego mengangkat kedua tangannya yang menandakan bila ia tak lagi memegang tangan Keita. "Oke. Gue lepas."

"Tapi, kenapa lo pengin gue pergi?"

"Karena...," Keita maju selangkah ke arah Diego, "lo udah salah milih tempat tinggal."

"Kalau gue pergi, berarti gue nggak ketemu lo lagi. Sama aja dong, kita nggak pernah temenan."

"Setidaknya rasa benci gue ke lo berkurang."

"Tapi, gue juga punya alasan buat tinggal di situ."

"Gue juga lebih, lebih, lebih punya alasan buat ngusir lo dari sana," keukuhnya.

"Jangan-jangan," Diego memincingkan mata, "lo orang yang udah ngusir penghuni rumah selama ini?

"Nah itu tau!" jawab Keita setengah berteriak tanpa tahu dampak dari ucapannya.

Diego tersenyum puas mendengar pengakuan Keita. Sedangkan Keita yang melihat perubahan ekspresi laki-laki di depannya segera menutup mulutnya dengan kedua tangan dan bergumam merutuki ucapannya. "Mati gue."

"Gue akan pertahanin rumah itu," ujar Diego sungguh-sungguh.

"Dan gue... akan buat lo gagal buat pertahanin rumah itu."

"Sedangkan gue, nggak akan biarin lo ngusir gue."

Keita tersenyum sinis. "Tapi, gue akan buat lo pergi dari rumah itu secepatnya."

Diego menghela napas sambil mengarahkan pandangan ke arah lain. "Gue akan pergi dari rumah itu dengan sukarela. Gimana kalau kita buat sebuah permainan."

"Maksud lo?"

"Siapa guru fisika lo?"

"Bu Suci."

"Satu juta rupiah dipotong kepala," ujar Diego yang berusaha melucu.

Namun, ketika melihat ekspresi Keita dengan alis terangkatnya, Diego menyadari bila usahanya gagal untuk mencairkan suasana.

"Guru kita sama. Maksud gue barusan, kita bermain secara sehat dan bermanfaat untuk kelangsungan nilai rapot kita."

"Langsung ke inti. Gue ngantuk," Keita pura-pura menguap.

Diego menggelengkan kepala melihat Keita. Kemudian melanjutkan ucapannya, "Caranya gampang kok, kalau lo yang dapat nilai lebih tinggi di ulangan fisika, gue akan pergi dengan sukarela dari rumah itu."

"Oke gue setuju," ucap Keita dengan semangat.

"Tunggu dulu, belum gue lanjut, Kei," keluh Diego. "Tapi, kalau nilai gue yang lebih tinggi dari lo...," Diego sengaja menggantung kalimatnya agar Keita penasaran.

"Cepetan Guguk, tinggal ngomong gitu aja ribet."

"Gue akan tetep tinggal, kita temenan, dan gue akan sering-sering datang ke rumah lo."

"Oke, deal!" Keita mengajak Diego bersalaman hingga masing-masing dari mereka menyadari sesuatu.

"Lo manggil gue Guguk?"

Flower Crown [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang