[]
Diary of an Unseen One
01 : Payah8 Maret 2016
11.20AM
Halo, Diary.
Um, maaf, aku bukan orang yang pandai dalam menulis hal seperti ini, jadi tolong maklum dengan kata pembuka yang payah.
Omong-omong soal payah, aku akui aku adalah orang yang payah di kehidupan yang juga payah.
Yah, lebih tepatnya, aku bosan menjalani rutinitas yang sama dari hari ke hari. Aku penasaran, apakah orang-orang di luar sana juga sama bosannya denganku?
Maksudku, ayolah, aku hanya hidup satu kali dan setelah itu entah apa yang akan terjadi setelah kematianku. Lalu, aku hanya tunduk pada perkataan guru dan orang tua untuk bersusah payah mencari universitas? Toh, pada akhirnya, aku hanya akan diperbudak atasan di kantor nanti.
Benar-benar terdengar payah dan membosankan.
Tetapi tenang saja kok, aku tetap menghargai hidupku. Aku tidak sebodoh itu untuk self-harm apalah itu, karena aku tahu di luar sana masih banyak yang membutuhkan darah, jadi untuk apa aku membuang-buangnya hanya untuk alasan bosan hidup?
Itu benar-benar terdengar payah, oke.
Yang aku inginkan hanyalah sebuah warna baru dalam hidupku yang begini-begini saja. Tetapi tentunya, bukan warna baru yang akan mempermalukan diriku sendiri--aku sudah cukup sering mempermalukan diriku sendiri, oke--.
Kadang-kadang, aku menulis cerita di dunia oranye ini karena kupikir, menyenangkan juga menjadi tokoh utama dalam cerita sendiri meskipun menggunakan nama yang berbeda.
Tokoh utama pastilah seorang protagonis. Aku senang menjadi protagonis itu karena--oh, kenapa font italic tidak berfungsi disini? anggap saja aku mengitalic kata 'karena'--tokoh protagonis selalu disukai semua orang.
Serius, deh. Siapa juga yang tidak suka disukai semua orang? Itu impian hampir semua orang yang ada di dunia ini, oke. Atau mungkin semua orang berangan-angan sama sepertiku?
Tetapi akhir-akhir ini, aku menyadari. Tetap saja akan ada rasa 'kosong' dalam diriku walaupun aku berangan-angan menjadi tokoh utama dalam ceritaku sendiri. Rasanya ... apa, ya? Itu. bukan. diriku.
Nah.
Karena hampir semua tokoh utama yang kubuat, adalah kebalikan dari diriku sendiri.
Omong-omong tentang diriku sendiri, aku akan menjelaskan sedikit tentang hal itu. Aku hanyalah anak introvert yang payah dalam bersosialisasi. Yah, sebenarnya kata introvert itu sendiri sudah mendeskripsikan keseluruhan diriku, 'kan?
Karena sekarang sedang liburan untuk anak kelas sepuluh--kelas duabelas sedang ujian sekolah--rutinitas harianku hanyalah membaca tumpukan novel baru dan menyantroni webtoohn--kau tahu itu bukan? kalau tidak, biar kujelaskan sedikit, webtoohn adalah aplikasi dari LHINE untuk membaca komik yang ada di sana--.
Yah, yang paling kusukai sih, menyantroni webtoohn itu. Karena ada cukup banyak webtoohn yang kutunggu untuk update--yang mana hanya terjadi seminggu sekali--.
Setidaknya, warna lama di hidupku yang satu ini tidak terlalu payah--menurutku--jadi kurasa, aku masih punya sedikit motivasi untuk tetap hidup.
Oke, aku mulai terdengar menyeramkan.
Dan omong-omong soal webtoohn, kalau kau membaca DHICE, akan ada tokoh bernama Mhio, tenang, aku hanya ingin bilang kalau aku tidaklah segendut dan sejelek itu--maaf Mhio--tetapi aku juga tidak sepintar itu.
Jadi, tolong jangan langsung menjauh kala aku mengatakan kata introvert sebelumnya.
Oh ya, dan mungkin di bab-bab berikutnya, aku akan menceritakan tentang hidupku dalam bentuk narasi dan dialog yang meyakinkan. Serius.
Jiwa penulisku rasanya masih meluap-luap meskipun hanya dalam menulis diary ini.
Baiklah, kurasa hanya itu yang bisa kuceritakan tentang hidup dari seorang gadis 15 tahun yang payah ini. Maaf, aku memang sedang mengalami krisis percaya diri.
-Dengan ... entahlah, aku tak kreatif-
Anindita S
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary of an Unseen One [END]
Teen FictionAku menatap lamat-lamat teman-temanku dari Komunitas Pena yang asyik bercengkrama satu sama lain. Diam-diam, aku bersyukur karena dipertemukan dengan mereka. Mereka tidak menyadari kalau sebenarnya, mereka telah menghapuskan empat kata di dalam hidu...