9 Maret 2016
17.52PM~
Halo, Diary.
Kurasa, sekarang aku sedang berada di titik terjenuh dalam hidupku. Sungguh. Rasanya ... apa ya?
Orang tuaku bahkan sampai berkali-kali menawarkan telinga untuk mendengarkan masalahku. Tetapi, sungguh deh, aku tidak punya masalah apa pun.
Selain rasa jenuh itu sendiri.
Jenuh karena ... hampir tidak pernah dianggap? Wajar saja, sih. Aku bukan orang yang cantik, apalagi pintar. Aku hanya seorang dengan tampang rata-rata--hey, aku berusaha mengabaikan krisis percaya diriku--yang berusaha keras untuk tetap menjadi tokoh protagonis.
Tetapi, sepertinya aku akan mencoba sedikit warna baru dalam hidupku.
Kemarin, salah satu temanku menawarkan sebuah perkumpulan menarik. Tetapi mungkin perkumpulan ini tidak akan terdengar menarik bagi kalian.
Perkumpulan orang-orang yang suka menulis. Haha, tidak terdengar menarik bagi kalian, bukan?
Tentunya, basecamp yang ditawarkan temanku ini--omong-omong, dia tidak se-introvert diriku--adalah perpustakaan.
Hell, mendengar kata perpustakaan saja, yang terbayang di benak hampir semua orang adalah anak-anak berkacamata tebal, bergigi pagar, dan berwajah dengan bintik-bintik, 'kan?
Tetapi tenang saja, mereka tidak sepayah itu, kok. Hanya sekumpulan anak-anak berkacamata--tidak seluruhnya, sih--yang suka menulis angan-angan dalam bentuk narasi dan dialog.
Oh iya, omong-omong tentang narasi dan dialog, aku akan menepati janjiku kemarin-kemarin. Aku akan sedikit menceritakan tentang kehidupanku, termasuk perkumpulan itu.
Nah, sambil menulis ini, aku tengah berjalan dengan temanku--bagaimana aku bisa tetap menulis sambil berjalan? Tidak sulit kok, silahkan coba sendiri--untuk melihat perkumpulan itu, omong-omong sekarang sudah jam pulang sekolah, jadi tidak ada masalah.
Baiklah, here we go!
Anindita S
~
"Gue yakin lo bakal suka sama komunitas yang satu ini, Nin."
Anin hanya tersenyum tipis, sekedar berusaha menghargai usaha Lira, yang notabenenya adalah salah satu sahabatnya untuk memperluas lingkaran pertemanan Anin.
"Nah, selamat datang di basecamp Komunitas Pena!"
Seperti biasa, pemandangan perpustakaan adalah rak-rak buku. Memang apa yang bisa diharapkan?
"H-hai, gue Anindita, panggil aja Anin," Susah payah, Anin berujar sambil mengulas senyum pada delapan orang lainnya.
'Sedikit banget.'
Beberapa anak laki-laki maupun perempuan yang hampir semuanya berkacamata, menyapanya dan menyuruhnya untuk duduk di atas karpet hijau perpustakaan.
Semenit kemudian, mereka mulai sibuk membicarakan tentang plot cerita salah satu anak yang Anin baru kenal bernama Laras. Yah, tidak ada salahnya juga menambah sedikit teman meskipun dengan cara yang membosankan, bukan?
Anin hanya memberi komentar seperlunya jika Lira bertanya pendapatnya tentang project Laras. Setelah itu, Anin bangkit dan mulai meneliti buku-buku yang mungkin ia bisa baca untuk mengusir kebosanan.
Setelah menemukan sebuah novel yang dianggapnya menarik, Anin menuju salah satu sisi perpustakaan dan mencari posisi ternyaman untuk duduk di karpet.
"Nin, lo udah pernah buat novel sendiri?" Anin mendongak dan menemukan Laras tengah tersenyum padanya.
Patah-patah, Anin mengangguk yang disambut sorakan pelan dari yang lainnya.
"Kita mau baca dong! Di Komunitas Pena, biasanya kita saling baca karya masing-masing dan ngasih masukan gitu, besok bawa print-out-nya bisa? Kebetulan besok jadwal kegiatan saling baca-kasih-masukan itu, gimana?"
Anin berusaha mencerna kalimat Laras yang kelewat cepat dan berpikir sejenak.
"Tapi belum selesai ceritanya--"
"Nggak papa, cuma Eno sama Resta yang pernah nyelesain ceritanya kok," Seorang cowok berkacamata bernama Alvin menyela Anin. Alvin menunjuk Eno--seorang cewek berhijab-- dan Resta--cowok yang sedari tadi diam mendengarkan--. Mereka berdua terkekeh pelan berusaha menyembunyikan kegugupan.
Anin menaikan alisnya. Tertarik.
"Oh ya? Jarang-jarang gue nemu orang-orang yang sama kayak gue." Sedikit merasa rileks, Anin mulai tertarik dengan anak-anak Komunitas Pena.
Sepertinya meskipun warna baru dalam hidupnya terdengar membosankan, tetapi toh, ini salah satu hobi Anin. Dan dia menyukainya.
~
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary of an Unseen One [END]
Novela JuvenilAku menatap lamat-lamat teman-temanku dari Komunitas Pena yang asyik bercengkrama satu sama lain. Diam-diam, aku bersyukur karena dipertemukan dengan mereka. Mereka tidak menyadari kalau sebenarnya, mereka telah menghapuskan empat kata di dalam hidu...