VIXX and EXO (Ficlet and Oneshoot)

Kenangan

Cast :- Jung Leo
-Kim Ran

"Bukan rumahnya, tapi kenangan yang terkumpul dan terbingkai manis di dalamnya".

Gadis cantik itu bergumam pelan menatap coffe moca di depannya tangannya memutar mutar sendok searah jarum jam. tatapannya kosong.

Kejadian tadi pagi membuatnya Down hari ini. Iya sih itu hanya rumah kosong yang sudah tak berpenghuni. Setiap sudut rumah itu sudah rapuh jadi wajar saja rumah di ujung desa itu ambruk ketika tadi malam angin dan hujan deras menghantam bumi.

Tapi tetap saja dulu ada yang tinggal di sana. Setiap sudut ruangan pasti ada memori yang tersimpan.

"Sudah melihat kondisinya ?" Lelaki di sebrang meja menatapnya tajam dengan mata sipitnya. Ada sedikit raut khawatir di wajahnya.

Ran menggeleng lemah. di jatuhkannya kepala berkuncir satu itu di depan meja. Kepalanya sedikit pusing . Bukan, bukan karena terlalu keras menghantam meja tapi memikirkan sebuah kenangan yang mungkin akan lenyap perlahan di otaknya. karena objek yang tersimpan sekarang sudah runtuh tak berbentuk.

Matanya terpejam memori waktu dia kecil tiba-tiba muncul menyeruak ke dalam ingatannya.
Sebuah genggaman hangat menggandeng tangannya.

Ran kecil tersenyum pada sosok tegap di sampingnya. sambil memeluk boneka kelinci pink dia bernyanyi gembira.

"Kami pulang ?" Suara berat yang menggandeng tangannya bergumam di setiap sudut rumah. Ran kecil berlari masuk ke kamarnya menaruh boneka kelinci yang baru dia beli bersama sang ayah. Menaruhnya di bawah tempat tidur takut sang Ibu mengetahuinya. Karena dia pasti marah.

"Ran , makan ?"

"Iya" kaki kecilnya berlari pelan ke arah meja mekan melihat sang ibu dan ayah juga kakaknya sudah duduk manis.

"Aku mau nasi goreng buatan Ayah" Ia bergumam kecil. tapi masih bisa terdengar.

Sang ayah bangkit lalu membuatkannya.
Ran kecil tersenyum senang. Sedangkan Ibu hanya menggeleng lemah. Dan sang kakak hanya makan dalam diam.

"Jangan memanjakannya." Suara ibu terdengar jelas oleh Ran yang sekarang sedang di kamar memainkan boneka kelinci. Ran mengintik di balik celah pintu kamarnya yang ia buka sedikit melihat ibu yang sedang mencuci piring dan ayah yang sedang menonton TV.

"Hanya sebuah boneka apa salahnya, Dia bilang teman-temannya punya semua".

Ran tersenyum pelan baginya ayahnya lah yang terbaik.

"Ayah" Tanpa sadar Ran menangis. Leo Menundukan wajahnya melihat apakah Ran tertidur atau tidak. Tapi yang di lihatnya malah ada air mata yang mengalir di pipi gadisnya.

Leo mendesah pelan. dia berdiri dari duduknya. Menimbukkan suara kursi bergeser membuat Ran mengangkat kepalanya lalu menatap sang pacar yang di depannya.

"Mau kemana ? " tanyanya. "Oh apa aku mengangis ?" di usapnya sedikit air mata yang menempel di pipinya. sepertinya ketika memikirkan Keluarganya dia terbawa suasana.

"Maaf Leo, Kau marah ?" tanyanya lagi. Yang di tanya hanya diam menatapnya tanpa arti.

Di tariknya tangan Ran untuk berdiri dan mengikutinya.

"Kita mau kemana ?" Ran bertannya ketika Leo membawanys ke stasiun bis .

"Talong tiket ke Busan Dua ?" Leo berbicara pada kasir di depannya sedangkan Ran hanya menatapnya antara bingung dan tak percaya.

"Leo kita tidak harus ke sana ?" Setelah mendapatkan tiket di tangan Leo menggenggam tangan Ran lagi dan menuju Bis yang akan membawa mereka ke Busan. Kampung halaman Ran.

"Setidaknya kau harus melihatnya kan, Walaupun Benda yang kita kenang sudah tidak ada tapi percayalah bahwa setiap kenangan yang terukir di dalamnya entah itu senang ataupun sedih jika itu benar-benar sangat berharga tidak akan pernah hilang di memori kita Ran. Otak kita tidak sebodoh itu untuk melupakan sesuatu ?". Suara halus milik Leo membuyarkan lamunan Ran yang tadi hanya diam menatap jendela bis yang membawa mereka. Ran tersenyum menyandarkan kepalanya di lengan Leo. Di luar sedang hujan deras tapi terasa hangat di sini.

"Terimakasih Jung Leo"

FIN

Hanya ingin mengingat sesuatu yang udah ga ada.

Salam rindu untuk Ayah di sana.