Sweet Enemy?!?

16.3K 1.2K 13
                                    

Hany PoV

"Pokoknya Om dan tante harus percaya sama kami. Sebelum Jack menghilang, Jack itu bersama Cita. Aku dan Melly saksi matanya ."ucapku berusaha meyakinkan kedua orangtua Jack.

"Kamu serius nak Hany? Lalu dimana sekarang anak bernama Cita itu?"tanya Om Juno,papa Jack.

"Itu dia om. Cita hariini gak ngampus. Mungkin dia ketakutan kalik om. Bayangkan harusnya hariini dia ngampus dong Om secara Cita itu anak beasiswa harusnya dia rajin dong ini malah ga datang. Om gak mikir apa, jangan-jangan hilangnya Jack ada sangkut pautnya dengan Cita."
Kulirik kearah Melly yang mengangguk-angguk meyakinkan mama Jack.

"Pa, kalau memang yang dikatakan Hany dan Melly itu benar, kita harus mencari tau tentang anak yang bernama Cita itu. Dan minta pertanggung jawabannya. Atau jangan-jangan dia tau Jack dimana."kata tante Yuna meyakinkan Om Juno.

"Iya om. Apa yang dibilang tante Yuna benar. Sebaiknya Om dan tante Yuna mencari tau tentang Cita. Kalau om dan tante butuh bantuan, aku sama Hany siap kok untuk bantuin tante dan Om." Kata Melly membantuku meyakinkan mereka.

Om Juno pun terlihat mengangguk-angguk dan segera menelvon bawahannya. Memerintahkan untuk mencari tau tentang Cita.
Aku dan Melly pun tersenyum puas, akhirnya Om Juno dan tante Yuna pun percaya pada kami.

***
"Lo gila Han. Lo bisa buat Om Juno percaya sama lo. Padahal Om Juno itukan susah untuk percaya sama orang lain. Gokil! Gilaaa..." Kata Melly begitu kami sampai di mobil.

"Hany gitu loh. Pokoknya tugas lo harus terus mempengaruhi tante Yuna. Kita kan tah sendiri tante Yuna sangat menyayangi Jack, berbeda dengan Om Juno yang lebih mementingkan kariernya . Jadi kita harus terus menghasut tante Yuna."
Mellypun tertawa sambil menganggukan kepalanya. Tampak dari raut wajahnya dia senang.
Tanpa Melly mintapun aku ingin sekali menghancurkan Cita.
Kesalahan Cita adalah muncul di hadapan gue setelah lama ga ketemu. jadi jangan salahkan gue yaa Cita. Tunggu aja permainan selanjutnya.

***
"Dari mana saja kamu?" Yap, ini dia wanita bipolar yang sangat kubenci sekaligus sangat kusayang. Mami.

"Biasa ma . Jalan sama Melly." Jawabku malas.

"Dasar anak tidak tau diuntung. Pergi pagi pulang larut malam. Mami itu harus bekerja pagi-siang-malam, belum lagi harus menjaga papi kamu itu dan kamu enak-enakan hangout bersama teman kamu." Yap dimulai lagi drama di malam hari.

"Gaada yang minta mami untuk merawat si bakotan tua itu. Apa sih yang mami harapin dari dia? Udah tua, sakit-sakitan. Ga guna mom. Tinggal ceraikan , selesai kan."

"Apa perlu mami selalu menjelaskan hal ini samamu. Kapan kamu ngertinya sih? Biar bakotan gitu aset kita ini semua masih atas namanya. Jangan lupa kamu?! Kamu mau hidup miskin?"

Akupun menghela napas  dan langsung masuk ke kamar. Tidak kuhiraukan panggilan mama yang meneriakkan namaku.

yaa memang benar. Semua aset ini milik papi tapi ingat papi tiriku. Karena saat daddy meninggal bunuh diri, papi tiriku lah yang membantu kehidupan kami.
Yaa, walaupun dengan cara menjual seluruh aset milik Cita.

Yaa, kalian sudah tau dong kalau papi tiri aku itu adalah paman Cita sekaligus teman SMA mami. Tapi saat itu mami lebih mencintai daddy daripada papi. Padahal mami tau kalau daddy sangat mencintai tante Ana, mamanya Cita.
Inilah alasan tambahan mengapa aku sangat membenci Cita.

Cita mendapatkan segalanya, kasih sayang, kekayaan, kepintaran, dan kecantikan. Lalu aku apa ? Aku bagaikan bayangan dari Cita. Karena aku selalu menjadi nomor 2. Apalagi saat aku suka sama seorang cowok pasti cowok itu suka sama Cita.
Puncaknya adalah dimana saat itu terdengar berita ke-2 orangtua Cita meninggal dunia akibat kecelakaan.
Pada saat itulah daddy sangat histeris karena wanita yang sangat dicintainya meninggal dunia. Selalu mabuk dan berjudi membuat keluarga kami diambang kebangkrutan.

SkakMAT(E)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang