Chapter 7 : Serangan Pertama

562 15 2
                                    

malam ini sangat indah, langit dihiasi oleh bulan sabit yang melengkung dan dilengkapi oleh taburan bintang. ku berjalan menuju beranda kamar untuk menikmatinya dengan lebih jelas, melihatnya tanpa ada halangan benda apapun seperti ini, aku merasa seperti ada di luar angkasa.

saat aku menatap langit yang begitu memukau, mataku menangkap bayangan atap kamarku. aku berfikir "melihatnya dari atap sepertinya lebih indah" dengan tersenyum, aku angkat sedikit baju tidurku yang seperti daster berwarna putih dengan bahan yang sangat halus dan aku menaiki pembatas beranda yang terbuat dari kayu Jati berwarna coklat, ku mencoba berdiri dengan hati-hati aku berkonsentrasi untuk menggunakan hasil latihanku untuk bergerak di udara dan berhasil, tubuhku melayang dan aku menatap ke arah atap serta mengentakan kakiku sedikit agar aku melesat ke atas, dengan sekali hentakan aku sampai di atap dengan pendaratan mulus. ku memutar rubuhku ke arah pinggir atap dan mulai menatap kembali ke arah langit.

pemandangan yang benar-benar indah. ku dudukan diriku di atap yang berdebu dan ku condongkan badanku sedikit ke belakang dengan kedua tanganku menahannya, ku angkat wajahku ke atas dan terlihatlah langit yang begitu luas. bintang dimana-mana dan sebua bulan sabit bersinar dengan indahnya. ku tutup mataku dengan perlahan ku diam sejenak dan menikmati hembusan angin malam dikulitku dan melambaikan setiap helai rambutku, terasa nyaman sekali...

rasanya seperti berada di atas langit seorang diri diiring bintang-bintang di sekitarku. suara desiran ombakdari pantai yang tidak jauh dari kastil pun dapat ku dengar, sangat merdu seperti alunan musik alam dan suara gemersik pepohonan yang tertiup angin seperti melengkapi alunan ombak. sangatlah serasi.

perlahan ku membuka mataku dan kembali ku menatap bintang yang ada di atas sana.. sanatlah sunyi.. terlalu sunyi.. aku tidak terbiasa dengan kesunyian seperti ini, untuk beberapa waktu aku terbawa oleh lamunanku sendiri dan perasaanku menjadi hampa, diriku teringat kembali akan SHirotabi dan kejadian belum lama ini, hingga menyebabkan sayapku terluka dan kini belum pulih benar. ku angkat tubuh ini menjadi duduk dan ku rentangkan sedikit sayapku lalu ku tekuk kakiku dan ku peluklutut kakiku hingga dapat ku cium dan ku gerakan sayapku kdepan menutupi semua permukaan tubuhku menjadi seperti telur yang terbungkus oleh bulu tebal.

"Tabi...." ku mengerutkan alisku saat mengucapkannya dan air mata menggenang di kelopak mataku tapi tidak sampai meluap keluar menetes di pipi, lalu aku merasakan ada yang mengganjal di dadaku, benda keras yang ada di sana, ku rentangkan kembali sayapku dan  ku  raba sekitar dada lalu aku memegang kalung liontin yang selalu kupakai itu. kenapa aku lupa? selama ini aku tidak sendiri, ada Matatabi yang menemaniku. kugenggam erat liontin berwarna merah muda itu dan kusebut namanya "Matatabi..." Liontin itu bersinar, segera ku buka genggaman tanganku dan cahayanya melesat keluar menjelma menjadi seekor burung Phoenix yang besar sedang melayang mengepakkan sayapnya di depanku.

tubuhnya sangat terang berwarna merah seperti api yang sedang membara namun tidaklah panas, melainkan hangat yang kurasa walau jarak ku dengannya hanya satu  meter saja. ku  ulurkan tanganku untuk menggapai kepalanya, di condongkanlah kepala Matatabi ke tanganku agar aku bisa menyentuhnya, dan bulunya sangatlah lembut seperti sebuah kapas.

"Matatabi... bolehkah aku memintamu menemaniku malam ini?" tanyaku padanya dengan mata yang berkaca-kaca menahan tangis "tentu saja.. akupun mengharapkannya... dan aku ingin selalu menemanimu..." jawabnya padaku

Matatabi mendaratkan tubuhnya tepat di sampingku dan menurunkan badannya seperti seekor burung yang sedang mengerami telurnya. ku beranikan diri untuk bertanya padanya mengenai Shirotabi, karena aku tau jika aku menanyakan hal itu  pasti dia akan sedih "kau merindukannya?" tanyaku sambil menatap matanya yang hitam bergaris tengah merah "......" dia hanya diam dan ku perjelas pertanyaanku kembali "apa kau merindukan Shirotabi?" aku memalingkan wajahku dan menatap ke langit dengan pandangan kosong.

DeepBlue KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang