ku melesat makin cepat, diikuti Toru dibelakangku. tidak ada yang kini dapat kupikirkan kecuali Nasib Fuji dan Narisa.
Hatiku sakit melihat yang telah terjadi, batinku menangis melebihi airmata yang ku keluarkan saat ini, walaupun aku tau, bukan hanya Fuji dan Narisa yang akan mengalami hal serupa. bila saja posisiku dan Toru ada di tempat Fuji, mungkin kami yang akan mati
tapi aku masih tidak bisa terima semua ini... aku tidak akan pernah rela Pixie dan Sarnax melakukan kekejaman itu lagi pada orang-orang yang berharga bagiku.
dalam hati aku bersumpah, saat melihat mereka nanti, akan kutebaskan pedangku ini di lehernya!
"jangan terburu-buru Lia" Toru memegang pundakku "kau jangan terbawa oleh emosi"
"aku..." bibirku tidak bisa mengucapkan banyak kata-kata. hanya air mata yang dapat keluar dari kelopak mataku. rasanya di tenggorkanku banyak sekali jarum yang menusuk hingga membuatku sakit bila berbicara, sesakit hatiku yang hancur.
"kau yakin? apa yang telah kau lihat itu benar terjadi?" Toru menatapku mencari tau
"ya... sangat jelas sekali...hiks" aku menyeka airmata dengan tangan.
Toru tidak melanjutkan pertanyaannya, dia hanya memperhatikanku yang terus saja menitikan air mata. walaupun aku ingin menghentikan air mata ku ini, tapi tidak bisa
Toru menggenggam tanganku dengan erat dan menjajarkan posisinya disampingku "kita akan menjemput mereka..." katanya pelan dan aku hanya bisa mengangguk pasrah
Toru melihat kembali pada alat pelacak yang dibawanya "sebentar lagi kita tiba di titik keberadaan pemancar milik Fuji"
aku mengangguk ringan "nanti kau jangan langsung menuju mereka, kita harus lihat situasi terlebih dahulu" lanjutnya
aku mengerti apa yang dimaksudkan oleh Toru, disana pasti masih ada Pixie dan Sarnax, kita tidak tau apa yang mereka rencanakan dan itu sangat berbahaya, karena itu lebih baik menunggu yang lain sampai di tempat kami terlebih dahulu setelah itu baru bergerak bersama-sama.
tidak lama, kami sampai di titik dimana radar menunjukan sinyal dari pelacak milik Fuji. Toru melesat maju mendahuluiku kemudian menghadangku melesat lebih jauh
"tunggu. itu mereka." rupanya Toru sudah melihat Pixie dan Sarnax dibawah sana, dengan segera Toru menarik tanganku melesat kearah salah satu pohon terbesar yang ada disana dan bersembunyi dibaliknya untuk mengamati mereka.
"itu naga yang sama dengan yang pernah menyerang Deepblue" dapat kulihat dua ekor naga hijau sedang berbaring santai di dekat Pixie dan Sarnax
bagus! hanya dengan keberadaan Pixie dan Sarnax saja sudah membuatku kembali tegang, ditambah dengan adanya makhluk itu sempurna sudah kecemasanku
mataku terus menatap sekeliling tempat Pixie dan Sarnax, mencari dimana dapat kulihat sosok Fuji dan Narisa betapa terkejutnya aku saat mataku melihat sepasang mayat yang tergeletak berlumuran darah tidak jauh dari tempat naga-naga itu tertidur, itu mereka!
Toru tidak sempat menghalangi, aku melesat turun dari pohon dan menuju arah dimana jasad Fuji dan Narisa tergeletak namun belum sampai satu meter jarakku dengan jasad mereka, Pixie dan Sarnax langsung berdiri dan menghadangku dengan wajah sinis mereka, aku langsung berhenti bergerak dan mendarat. senyuman merekah dari bibir Pixie menyambutku
"Lia!" toru berteriak ikut melesat turun di sampingku
"mencari sesuatu?" tanya Pixie dingin sambil melirik Jasad Fuji dan Narisa yang ada di sampingnya
"kalian...!!!" teriak Toru marah
mataku tidak lepas memandangi jasad teman-temanku itu, aku tidak memikirkan yang lain.. aku terpaku dengan kengerian yang terjadi pada teman-temanku itu. Pixie yang memperhatikanku itu langsung tersenyum senang
KAMU SEDANG MEMBACA
DeepBlue Kingdom
Fantasyini adalah kisah seorang gadis yang mencari jati dirinya, dan harus memilih dunianya untuk hidup, apakah dia lebih pantas di dunia manusia seperti sebelumnya, atau dia akan tianggal bersama teman-teman seperjuangannya di DeepBlue kingdom. mulai da...