Anak Kecil

10.4K 583 5
                                    

angin berhembus sampai ke ujung malam
Menerpa keinginan bunga yang tak sampai mekarnya
Kala melihat lebah tak tertarik
Meneguk manis hasil keanggunan ciptaan kedua
Dalam bentangan hari yang tak bersela

Carra membanting bulpen kesayangannya. Lagu 'Sampai kau jadi milikku' milik Judika kini terganti dengan 'stressed out' dari twenty one pilots di playlist musiknya. Kepalanya mengangguk mengikuti irama. Carra sedikit mengangkat kepalanya lalu dilihatnya bintang jatuh dengan embel-embel cahaya panjang dibelakangnya. Carra menutup mata sejenak lalu menopang dagu dengan kedua tangannya. Ia berusaha setenang mungkin mencari jawaban. Mendeteksi hatinya. Ia akan tetap maju karena ia sudah terlanjur nampak di hadapan pria itu dengan perasaannya. Ia akan mencoba, setidaknya sampai ada sedikit celah. Walaupun cowok itu menolak, hubungan sexy seperti persahabatan mungkin cocok untuk mereka. Ia tersenyum membenarkan argumennya. Ia melanjutkan mengerjakan PR. Bila agak letih, ia akan menyempatkan diri untuk menulis. Menulis apa saja agar semangatnya bertambah lagi.

***
Dengan senyum penuh Carra berjalan ke arah kelasnya.
"Carr, gue mau minta tulisan lo." Desy salah satu editor di sekolahnya meminta tulisan Carra agar bisa dinilai dan diedit untuk merealisasikan eksistensi mereka sebagai jurnalis. Entah mading, majalah sekolah, majalah IT, radio sekolah atau dikirim ke media massa dan keperluan lainnya.

Memang tak semua tulisan Carra di terima oleh tim jurnalis sekolah, tapi ia tak pernah berhenti semangat menulis. Apapun topik yang di berikan oleh tim jurnalis selalu diolahnya menjadi tulisan menarik yang membuat mereka enggan untuk menolak. Ia hanya tak pernah berhenti untuk menulis. Lebih tepatnya tak bisa berhenti menulis.

"Eh PR mandarinku belum selesai. Mana bukunya aku mau nyalin!" Carra menerima buku tugas Dara bersamaan dengan bell tanda masuk yang berbunyi nyaring.
"Aduh mati!" Seru Carra panik.
"Makanya kalau mau nyalin pr, datengnya pagi. Udah gak ngerjain pr, telat lagi datangnya."
"Bawel!" Balas Carra ketus.
"Oh ya, kemarin gue lihat Kinan sama Devan berduaan di mall. Sikap mereka bisa dibilang mesra gitu."
"Ah palingan itu juga paksaan Kinan. Gue dan Kinan itu satu tipe yang sama. Kalau Kinan bisa jadian sama dia, gue juga pasti bisa." Balas Carra penuh percaya diri.
"Kinan itu lebih sexy, pergaulannya luas-, ya cukup eksis juga. Jangan samain sama elo. Devan itu milih-milih kalau kencan sama cewek."
"Lo sahabat gue bukan sih?" Rengek Carra pada Dara sambil terus menyalin walaupun sudah ada guru Sejarah yang masuk dan mengabsen nama.
"Justru karena gue sahabat lo, gue mau ngingetin lo. Kita udah diskusi dan hasilnya kita melarang lo suka sama cowok itu, apalagi ngejar-ngejar dia."
"Tapi gue belum nyoba dekat sama dia. Biarin gue usaha dulu."
"Ck, ni anak dibilangin juga. Yaudah deh terserah. Paling kalo lo sakit hati ujung-ujungnya ke kita juga, kita yang kesel bareng-bareng." Carra tidak sempat membalas ucapan Dara karena pelajaran sudah di mulai.

***

Pelajaran olahraga yang dinanti-nanti Carra pun tiba. Ia sudah menyiapkan satu rencana untuk lebih dekat dengan Devan. Walaupun ia benci materi yang akan mereka pelajari, tapi ia tetap semangat mengikuti olahraga. Yang ia tahu Devan termasuk dalam anak cowok yang sangat hobi bermain basket. Terlihat dari setiap gerakan Devan yang apik layaknya tim sekolah yang biasa berlaga di berbagai daerah.

"Hai Devan," sapa Carra saat cowok itu bersama sahabat-sahabatnya akan menuju lapangan basket. Carra berdiri di depan mereka semua dengan sambil memasang senyum semenarik mungkin. Carra memang sengaja menghalangi jalan mereka, agar perhatian Devan teralih padanya. Namum usahanya nampak sia-sia. Ia hanya bisa mematung karena tak ada yang membalas sapaannya.
"Hai Carra." Balas Deo akhirnya. Semua cowok menatap Carra aneh, Jo hanya menggeleng sedangkan Devan tidak berubah dengan tatapan datarnya. Devan maju beberapa langkah sampai mendekati Carra.
"Minggir lo," tangan Devan menepis tubuh Carra yang kini bengong. Semua orang mengikuti langkah Devan. Deo mengeluarkan tawa mengejeknya. Jo menunggu semua teman-temannya pergi. Tangannya terulur menarik Carra, agar mau jalan dengannya menuju lapangan basket.

ADORE (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang