Berhentilah bersikap begini. Aku sudah berhenti sejak dulu, lalu kenapa kau melakoninya lagi? No Name
Tak ada alasan atas apa yang menimpa Jo dan Devan. Semuanya bisu, batu, dan kehilangan arah. Bahkan sekarang tak hanya aku yang ditatap Devan tajam, Jo pun ikut mendapat tatapan mengerikan itu.
"Kak Carra," Mawar menyapaku saat aku keluar dari kelas ingin menuju ke kantin.
"Hai."
"Kak kata kak Devan, hari ini batas terakhir ngambil bekal makan kakak di rumahnya kak Devan. Kalau hari lain, kak Devan gak ngijinin lagi." Ucap Mawar dengan mata berbinar-binar. Dia menyatukan dua tangannya lalu dengan wajah memelas dia berkata, "tapi harus sore kak, kalo pulang sekolah aku keberatan, aku sibuk.""Gimana ya, sebentar aku ada janji mau jalan sama temen. Kayaknya sore gue gak bisa deh." Balasku.
"Ya gimana dong kak, cuma itu aja dikasih waktunya."
"Dikasih waktunya?"
"Iya, soalnya pas pulang ada kerjaan gitu deh kak."
"Yaudah deh, aku usahain." Dia menghempaskan tanganya, lalu memandangku.
"Aku harap kakak dateng. Bye, kak!" Carra hanya melambai singkat membiarkan tubuh mungil Mawar pergi dari hadapannya.***
Kini Carra berdiri di depan rumah Devan. Dia melihat keadaan sekitar lalu berjalan menuju gerbang rumah Devan.
"Hai kak, ayo kak masuk!" Ucap Mawar sambil menarik tangan Carra memasuki gerbang itu.
"Mari non, mobilnya saya parkirin." Ucap salah seorang satpam disana. Carra menyodorkan kunci mobil miliknya sambil bergumam terimakasih."Bapak, kenalin ini teman kak Devan, namanya kak Carra." Satpam paruh baya itu tampak tersenyum sopan dan mengangguk-ngangguk.
"Saya Parman, bapaknya Mawar." Carra membalas senyum itu.
"Bapak, Mawar ke dalam dulu ya." Mawar pada bapaknya."Mawar, ingat, jangan cari masalah sama Nak Devan, dia itu majikan kamu. Jangan buat susah bapak. Kalau kita dipecat bgaimana. Bapak malu sama Nak Devan karena kelakuan kamu."
"Iya bapak tenang aja, Mawar gak bakal ganggu Devan lagi kok."
"Kak Devan, Mawar, kak Devan, bukan cuma Devan. Bila perlu panggil Devan dengan sebutan tuan.""Iya bapak, tenang aja. Pokoknya beres deh."
Mawar menarik tangan Carra memasuki rumah mewah itu. Tinggal beberapa meter menuju pintu utama, Carra mendengar deru mesin mobil di belakangnya. Carra tahu betul itu adalah mobil milik Devan. Mobil itu melewatinya. Perlahan tubuh Carra menjadi gugup. Ia takut Devan akan marah mendapati dirinya disini.Di luar perkiraan Carra, di dalam mobil Devan sedang tersenyum setan. Dia berhasil menggagalkan acara kencan Carra dan Jo. Buktinya di jam seperti ini, Carra malah berkunjung ke rumahnya. Seharusnya di jam seperti ini Carra sementara berdandan untuk acara kencanya dengan Jo hari ini.
Mobil Devan berhenti diikuti tubuhnya mulai nampak keluar dari mobil. Carra terus memandang ke arah Devan sambil berdoa semoga Devan tidak mengusirnya pulang. Devan berjalan masuk ke dalam rumahnya tanpa sekalipun menoleh ke arah Carra. Cowok itu terlihat menarik dengan celana basket dan hoddie yang melekat di tubuhnya.
"Gak apa-apa kak, gak usah takut. Anggap aja rumah sendiri." Carra hanya mengangguk patuh.
Mereka masuk kedalam rumah mewah itu. Mawar membimbing Carra menuju kamarnya. Sesampainya di dalam kamar, Mawar segera menyalakan speakernya. Lagu-lagu Selena Gomez mengalun indah di pendengaran mereka. Cewek itu mengambil laptopnya lalu duduk di depan Carra.
"Nih kak, coba diedit, apa yang kurang." Carra mengangguk kemudian mencoba membaca tulisan Mawar." Oh ya, Mawar baru dibeliin novel baru, itu disana kalau kakak mau baca." Tawar Mawar padanya. "Boleh." Carra sibuk dengan jari-jarinya pada laptop sedangkan Mawar seperti tampak mengutak-atik ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADORE (Complete)
Teen Fiction(Follow aku dulu yaa) Carra suka Devan. Cowok perfeksionis yang pilih-pilih pacar. Mantan Devan semuanya minimal cantik dan punya banyak prestasi. Carra melakukan kesalahan besar karena perasaannya pada Devan semakin menjadi saat Devan pacaran denga...