Go Away

5K 374 10
                                    

Halo semua aku balik lagi. Hope you like it ya.

Menangis? Sudah kulakukan
Ketika matahari setengah merekah
Berlari? Nyatanya ku biarkan dia berputar
Menyentuh pusat rasa berada
Diantara cerita yang menggantung

"Kak mau main ke kamar kak Devan gak?" Tanya Mawar padaku. "Ah kamu mau nyari mati."
"Bener kak. Kakak tenang aja, kak Devan gak bakal dateng secepat itu. Dia kalau di rumah Kinan pasti lama."
"Gak deh, aku takut."
"Aku jagain kak, pas dia dateng, langsung aku telepon kakak. Gimana?"
"Aman gak ni?" Aku mulai tertarik dengan penawarannya.
"Aman kak, dijamin. Biar kakak ada kenang-kenangan dikitlah."
"Hm, bener katamu. Beberapa hari kedepan mungkin gue bakal sibuk sama lomba gue."

"Jadi gimana kak? Mau sekarang aja?" Tanya Mawar.
"Ayo, siapa takut?"

Dia menuntunku keluar dari kamarnya lalu menuju lantai dua. Sepanjang jalan, banyak pelayan-pelayan yang lalu lalang disekitar rumah.
"Kok lo bohong sama gue, katanya cuma lo, Devan sama orang tua lo yang ada di rumah ini."
"Iya kak, maafin, itu cara aku biar kakak mau dateng ke sini."
"Huhh dasar!"

Kami berhenti diujung tangga. Mawar menunjukan sebuah pintu diujung ruangan.
"Itu kamarnya Devan, kakak masuk aja. Gak bakal diapa-apain pokoknya."

Aku mengendap-ngendap menuju ruangan itu. Jari telunjuk dan jempol milik Mawar menyatu membentuk tanda oke. Tangannya mengibas-ngibas menyuruhku segera masuk. Saat memasuki kamar Devan, gelap yang kurasa. Seluruh jendela kamarnya ditutupi gorden coklat dan tak ada penerangan di dalamnya. Bau khas Devan memasuki indra penciumanku saat aku sudah masuk sempurna ke dalam kamarnya. Rasanya aku ingin menghabiskan tidur siangku disini. Aku melangkah menuju lemarinya.

Kubuka lemari yang tak dikunci itu. Kameja dan jas-jas mahal tergantung di dalamnya seolah menyambutku. Aku beralih ke lemari satunya. Kudapati kaos-kaos yang tak kutahu apa merknya berjajar dengan warna-warna yang tertata rapi. Begitupun celana-celananya.

Di meja dekat jendela terdapat banyak barang-barang elektronik. Seperti komputer, laptop, ipad, ponsel, bold, powerbank, dan kabel-kabel rumit yang tak kutahu apa namanya. Aku duduk di tepi tempat tidurnya, yang berhadapan dengan sebuah meja kecil. Ada sebuah bunga mawar berwarna kuning di dalam vas kaca. Aku mengambil bunga itu lalu mencium harumnya dalam-dalam. Aroma mawar tersebut sudah bercampur dengan bau khas tubuh Devan. Benar-benar menarik. Aku bertanya dalam hati, bolehkah mawar ini kucuri?

Kulihat ada sebuah pintu disamping lemari. Saat aku ingin menghampiri pintu itu, aku justru dikejutkan dengan pintu di belakangku yang terbuka.
"Ngapain lo di kamar gue hah?" Aku terkejut dan menabrak kotak sampah kecil sehingga isinya berhamburan keluar. Dengan penuh ketakutan aku berbalik kearahnya.Di depan pintu sana, terlihat Devan berdiri tegak sambil melipat tangannya di dada. Walaupun dalam keremangan tapi aku bisa melihat ekspresi marah pada wajahnya.

"Asal lo tahu, gue paling benci ada orang asing masuk kamar gue. Keluar lo!" Aku menghampirinya dengan tubuh gemetaran.
"Maaf." Ucapku saat sudah tiba dihadapannya.
"Keluar!" Aku melewatinya keluar dari kamar itu. Mana Mawar. Kenapa dia tak menjagaku.

Aku melongokan kepalaku ke bawah dan kudapati Mawar sedang bertelpon dengan seseorang menggunakan telepon rumah. Tampak wajahnya yang merona malu-malu saat berbicara. Ada apa ini sebenarnya.

"Apa Mawar yang udah ngijinin lo masuk kamar gue?" Tanyanya padaku. Aku tak dapat berbicara apa-apa. Mulutku terkatup.
"Jadi bener dia yang udah ijinin lo. Dia harus dapat pelajaran karena hal ini."
"Jangan! Bukan dia, bukan Mawar. Gue yang ngotot buat masuk ke kamar lo. Sumpah gue gak bohong."
"Lo udah lakuin kesalahan besar sama gue. Pergi lo dari rumah gue sekarang. Jangan pernah lo tunjukin muka lo sama gue lagi. Lo buat gue makin benci sama lo. Kapan sih lo hilang dari hidup gue."

ADORE (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang