Over Protective

10K 463 11
                                    

Tok..tok..tok..

Devan mengetuk pintu rumah kekasihnya. Berharap segera dibuka karena selain ia merindukan Carra, dia juga merindukan masakan Carra.
Ceklek!

"Pagi Carra. Nih aku bawa mawar buat kamu." Carra mengambil mawar itu dan menciumnya. Belum sempat Carra mengucapkan makasih, Devan sudah menyerobot masuk. Sontak membuat tubuh Carra tergeser ke samping.

Mata Carra membulat karena marah.
"Eh ini rumah gue! Gue belum nyuruh lo masuk!" Carra berlari kecil agar dapat berdiri di belakang Devan.
"Sekali lagi kamu pake "lo gue," aku cium kamu!" Devan berbalik menatap mata Carra.

"Nah calon istri yang baik, suami kamu kelaparan ni! Sekarang juga siapin makan." Devan duduk di meja makan bundar milik Carra.

"Uh apa-apain sih dateng-dateng minta makan." Omel Carra membuat Devan tersenyum kecil. Carra berlalu ke meja pantry mengambil sarapan pagi yang tadi ia buat.

Walaupun masih kesal, Carra tetap membagi dua nasi goreng yang tadi ia buat. Dengan cengiran kasnya Devan langsung menyantap nasi goreng tersebut.

"Kamu gak sibuk?" Tanya Carra mengingat Devan sedang berkuliah di kampus favoritnya di Bandung. Sedangkan Carra tetap melanjutkan pendidikannya di Jakarta.

"Gak tuh!" Jawab Devan santai.

"Seharusnya kamu gak usah-usah capek-capek balik ke Jakarta. Aku gak suka kamu balik kesini. Kamu anak kuliahan sekarang, harus bisa lebih dewasa dong. Apa gunanya kamu tinggal jauh dari orang tua kalau kamu gak bisa belajar mandiri, menghargai uang, dan tahu gimana rasanya susah."

"Aku cuma susah kalau gak ketemu kamu." Balas Devan santai.
"Kamu tu diajakin serius juga!"
"Aku juga serius sayang." Devan masih tak mengubris perkataan Carra.

"Udahlah malas ngobrol sama kamu." Carra meraih piring Devan yang baru saja kosong dengan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya menyodorkan air ke wajah Devan.

"Minum air dulu, habis itu baru minum susu." Carra mendekatkan segelas susu yang tadi sengaja dia buat untuk menemani sarapannya. Namun mengingat Devan yang kelelahan memacu mobil dari Bandung ke Jakarta membuat Carra merelakan segelas susu miliknya untuk Devan.

"Pokoknya kamu harus rajin belajar, jangan ingat pulang ke rumah terus. Aku gak akan mau ketemu kamu kalau bukan pada waktu yang aku tentuin." Niat Carra melarang Devan agar cowok itu fokus pada kuliahnya. Jangan ada lagi kebiasaan buruk bolak balik Jakarta untuk menemui Carra.

Carra bukan seorang istri yang mengikat Devan dalam tanggung jawab untuk selalu pulang ke rumahnya saat weekend. Sebagai seorang pacar, Carra percaya Devan akan setia padanya. Ia tak mau larangannya agar Devan menjauhi makhluk berjenis kelamin cewek malah membuat Devan tertekan. Carra hanya ingin ia dan Devan lebih bertanggung jawab terhadap kuliah yang mereka jalani.

Melihat kekasih hatinya nampak sibuk di dapur setelah selesai makan membuat Devan tersenyum tipis. Tak ingin mengganggu Carra, Devan segera beranjak menuju sofa coklat yang depannya terdapat sebuah TV. Devan menyalakan televisi dan mulai mencari chanel-chanel yang berkenan dihatinya.

Saat sedang serius menonton, Devan mendengar teriakan dari balkon lantai dua. Dengan penuh kepanikan Devan berlari ke arah teriakan tersebut.

"Apa yang terjadi? Kamu kenapa?" Tanya Devan khawatir.
"Aku mau ngegantung spreiku tapi gak kesampaian. Jadinya jatuh deh." Jawab Carra dengan wajah innocentnya.

"Kenapa kamu gak panggil aku? Udah tahu pendek."
"Aku kan masih marah sama kamu karena sembarangan dateng ke rumahku." Balas Carra sambil berusaha berdiri. Menolak tangan Devan yang hendak menarik tubuhnya berdiri.

ADORE (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang