WOUND

8.2K 509 3
                                    

Berteman gelap hingga berpapasan pagi
Di tepi cahaya bulan terjangkau
Ku toreh luka tak tersentuh
Kau balas duka melebur
Mengusik nyanyian malam yang bahagia

Carra mengunyah cokelat kismisnya. Membayangkan kejadian tadi membuat wajahnya memerah. Ada rasa kesal tapi sedikit. Ia ingin menebak seperti perasaan apa Jo, tapi justru ia ketakutan sendiri. Ia masih bisa mendengar semua teriakan Jo, tapi ia malu untuk berbalik. Apalagi ada Devan dan Kinan yang juga menertawakannya. Carra tidak ingin membohongi dirinya sendiri. Dua orang itu tampak saling menyayangi dengan dua tangan mereka yang saling menggenggam. Benar kata Dara, Devan itu banyak antriannya setelah putus dari Alis. Bayangan tentang prinsipnya dalam memilih pasangan berputar-putar dikepala. Jika Devan dan Kinan jadian, ia tak akan bisa mengejar Devan lagi karena prinsip yang sudah ia tetapkan sebelumnya. Tidak boleh menjadi orang ketiga dalam hubungan orang lain.

Dering ponsel mengagetkan seluruh lamunan Carra.
"Halo."
"Carra, ini gue Jo."
"Oh hai Jo."
"Carra, lo sibuk gak sebentar sore?"
"Enggak sih." Ucap Carra sambil menggaruk hidungnya yang tidak gagal.
"Gue mau ajakin lo jalan, sekalian jelasin yang tadi siang. Bisa gak? Lo gak marah sama gue kan?"
"Bisa sih, gak kok gue gak marah, tenang aja."
"Oke gue jemput jam 4 ya?"
"Smsin aja alamatnya, kita ketemuan disana. Oke?"
"Oke."

***
Carra berjalan ke meja paling ujung. Disana ada Jo yang sudah menunggu.

"Udah lama nunggu? Sory ya?"
"Gak apa-apa gue yang terlalu bersemangat. Belum jam 4 kok. Pesan makan dulu."
"Lo udah pesan?" Jo menggeleng.
"Mbak saya pesan lasagna beef sama lemon float."
"Samain sama punya elo." Setelah mencatat pesanan, waitress itu pergi dari hadapan mereka.

"Carra, gue suka sama lo. Tadi maksud gue, gue mau ngungkapin perasaan gue secara romantis, tapi lonya udah nolak duluan." Ucapnya sambil tersenyum miris.
"Maafin gue, gue udah hancurin rencana lo." Ucap Carra penuh penyesalan.
"Lo maukan jadi teman dekat gue, anggap gue seperti lo nganggap Dara, Beri dan May. Sayang sama gue seperti lo sayang sama mereka. Lo tenang aja gue bakal ada untuk lo kapanpun lo mau."
"Tanpa lo mintapun gue udah jadiin lo temen dekat gue. Oke, mulai sekarang gue akan anggap lo seperti Dara, Beri dan May. Lo pasti bisa dapet yang lebih dari gue."
"Makasih Carra, gue tahu lo itu cewek baik kok."

"Gue boleh nanya gak?"
"Boleh."
"Kenapa sih lo suka sama tulisan gue?" Makanan yang mereka pesan datang.
"Ibu gue juga suka nulis sama kayak lo. Dia seorang sastrawan. Tapi sayang dia udah gak ada."
"Eh jangan sedih dong, gue gak maksud."
"Gue gak sedih, gue udah relain dia pergi. Ngelihat tulisan lo gue selalu banyangin ibu gue lagi seumuran kita."
"Pasti keren ya karyanya, kapan -kapan gue mau baca dong."
"Iya nanti gue bawain."
"Janji."
"Janji."

Mereka berdua mengobrol layaknya sahabat dekat. Ini dia sisi humoris dan easy going dari Jo yang jarang Carra lihat tapi sering diceritakan teman-teman sekelasnya yang menyukai Jo. Apa Carra adalah orang asing bagi Jo sehingga selama ini Jo tidak menunjukan sifat aslinya saat berbicara dengan Carra.
Hari mulai menjelang malam. Jo dan Carra berjalan menuju parkiran mengambil kendaraannya masing-masing.

"Selama ini gue selalu dengar sifat lo dari orang lain. Lo gak pernah nunjukin ke gue sifat lo yang kayak gini. Asyik diajak ngobrol."
"Gue emang selalu canggung di depan orang yang gue suka, apalagi teman-teman lo suka godain gue. Gue jadinya malu." Ucap Jo dengan senyum tertahan.
"Itu bukan malu Jo, yang gue lihat lo bersikap dingin tahu gak. Gue aja kadang-kadang bingung. Tapi gue seneng bisa sedekat ini sama lo."
"Gue lebih senang Carr." Carra memberi senyum terbaiknya.
"Itu mobil gue, bye Jo." Carra masuk ke mobilnya lalu segera pergi dari hadapan Jo.

***

"Carra gue dateng!" Teriak Dara di depan rumah Carra. Tanpa menunggu jawaban, Dara masuk ke dalam rumahnya. Seperti yang Dara duga, teman baiknya itu sedang tidur. Mungkin kecapekan karena sudah tiga hari ia sibuk mendapat bimbingan untuk lomba menulis beritanya. Akibatnya banyak materi pelajaran maupun ulangan yang ia lewati. Itulah mengapa Carra menolak mendapat tugas membeli bahan-bahan atau apapun terkait pesta barbeque yang akan mereka adakan di rumah Naya bersama teman-teman sekelasnya sore ini.

ADORE (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang