Fight

5.8K 384 2
                                    


Carra bersorak gembira. Tangannya merengkuh Devan seadanya lalu kembali meloncat kegirangan. Pasalnya, artikel yang ia buat tentang sekolah tercintaanya itu tertempel manis di papan pengumuman. Hal tersebut berarti ia lulus seleksi untuk mengikuti perlombaan karya ilmiah bergengsi yang hadiahnya tidak bisa disebut sedikit.

Pasalnya hanya siswa ekstrakurikuler Karya Ilmiah saja yang diperbolehkan mengikuti lomba itu. Tapi Carra dengan penuh perjuangan mengajukan diri untuk menjadi salah satu diantara tiga orang yang akan diutus untuk mengikuti lomba.

Sempat terjadi konflik karena beberapa pihak ingin menyertakan Carra dalam lomba itu tapi guru lain tidak menyetujuinya. Sehingga keputusan akhirpun ditetapkan. Beberapa dari mereka akhirnya diseleksi untuk menentukan siapa yang pantas mengikuti lomba itu. Semua peserta seleksi adalah anak-anak berekstrakurikuler Karya Ilmiah terkecuali Carra. Jangankan belajar tentang tumbuhan, menyentuh lab Biologi saja hanya ia lakukan jika ada praktek pada pelajaran biologi.

Namun tidak sia-sia ia belajar semua hal tentang karya ilmiah selama beberapa minggu ini. Buktinya ia tinggal menunggu panggilan dari kepala sekolah saja dan seluruh impiannya menjadi penulis remaja dapat terwujud.

Tidak hanya itu, saran Carra tentang kegiatan-kegiatan sekolah yang ia ajukan dalam tulisannya pun mendapat respon baik dari kepala sekolah bersama jajarannya. Dalam tulisa itu, Carra ibaratkan seorang anggota OSIS yang menyampaikan misinya untuk kemajuan sekolah dengan melihat dari berbagai sudut pandang yang ia ketahui.

Kinan berjalan dengan penuh emosi kearah Devan dan Carra. Ia lalu mendorong Carra dan berdiri diantara mereka. Ia bertindak sebagai sang pemisah bagi dua insan itu.
"Ngapain lo tarik-tarik pacar gue? Sama Deo ya, Deo aja! Pake acara peluk-peluk lagi."
"Kok jadi lo yang sewot. Pacar lo aja gak marah atau nolak waktu gue tarik-tarik, gue peluk-peluk."
"Sayang kok kamu mau aja ditarik? Kamu bilang dia lagi deket sama Deo, tapi kok aku rasa dia malah nempelin kamu terus?" Kini Kinan beralih ke pacarnya. Ia merajuk dengan seperti anak kecil.

"Kinan, dia itu juga sahabat Devan. Mungkin dia refleks narik Devan." Jelas Deo dengan suara pelan dan tenang. Ia ingin mempercerah suasana kusut diantara mereka.
"Jangan-jangan lo sama Devan ada hubungan?" Mata Kinan melotot kearahku.

"Gak mungkinlah sayang. Kamu lihat aku, gak mungkin banget kan aku suka sama cewek kayak gini. Udah jangan cemburu lagi ya, aku sayang sama kamu. Bener kata Deo, Carra sekarang sahabat kita juga, gebetannya Deo, wajar dong dia deket-deket sama kita." Jelas Devan dengan penuh kelembutan pada Kinan. Membuat Carra tersadar betapa cowok itu mencintai kekasihnya.

"Cewek kayak dia itu gak pantas dapetin siapapun. Terlalu murahan untuk dijadiin berharga." Ujar Kinan pedas.
"Kalau gitu lo apa sialan? Lebih dari murahan hah?" Teriak Carra membuat Deo sigap membekap mulutnya dan menyeret tubuh mungil itu pergi disaksikan banyak siswa-siswi.

"Udah cukup, sekarang lo pulang." Ucap Deo saat ia berhasil menarik Carra menuju mobilnya.
"Iya, gue nungguin Dara sama yang lain."
"Lo nunggu di dalam mobil aja, sekarang. "
"Gak mau ah, pengap!"
"Ini perintah gue, orang yang bantuin lo jalanin rencana lo. Lo mau gue hancurin rencana lo?"
"Galak banget sih, kayak om gue." Carra memasuki mobilnya.
"Btw, thanks for helping me."
"Iya princess." Carra memberikan senyum termanisnya bersamaan dengan Deo yang pergi meninggalkannya.

***

"Gila, followers lo bertambah banyak di instagram." Ucap Beri pada Carra yang sedang duduk berhadapan dengannya di tempat tidur.
"Gue gak peduli." Balas Carra datar.
"Kayaknya bentar lagi lo jadi anak eksis deh." Kali ini Beri mengubah posisinya menjadi berbaring.

"Gak lah, gak mungkin. Tapi kalau pengen jadi kayak gue, gampang kok, targetin aja cowok yang mau lo deketin. Terus berusaha dapetin dia deh. Biar nama lo laris manis digosipin." Mendengar saran itu Beri hanya mengangguk.

ADORE (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang