Pantang Mundur

6.3K 385 2
                                    

Ku kejar kau mengitari lorong
Kutemui jejakmu dalam setiap mimpi
Bertarung bersama fakta
Memperjuangkan keterbatasan gerak
Dalam bayang semu kau ku lacak

"Serem gue baca tulisan lo." Komentar Beri. Sedangkan sang penulis hanya tersenyum singkat. Ia akui ia sedang gila saat ini. Karena sesuatu yang dia sebut cinta.
"Kayak obsesi gak kasampaian akhirnya gila gitu." Lanjutnya lagi.

Drrtttt.......
Carra mengambil ponselnya dan menemukan panggilan dari Deo. Sejak kemarin malam, Carra dan Deo menjadi akrab.
"Halo."

"Halo Car, lo harus jelasin ke gue."

"Jelasin apa?"

"Lo ngancem Devan ya?"

"Pelan-pelan ngomongnya." Bisik Carra, lalu menjauh dari ketiga sahabatnya. "Iya, gue emang ngancam dia. Dia gak masalah tu, kalo gue bisa ya gue rebut dia dari Kinan."

"Gue tahu lo itu terobsesi sama cowok dewasa. Tapi lo tahu justru karena mereka dewasa, mereka itu udah bisa milih cewek yang pantas buat mereka. Contohnya Devan, dia senang cewek sexy, hyperaktif, ceria, cantik, eksis macam Kinan. Bukan tipe-tipe kekanakan macam lo. Bukan maksud ngehina tapi itu kenyataan."

"Jadi gue gak sexy gitu?"

"Lo sexy kok menurut gue, lo orangnya asyik udah gitu baik. Gue suka. Tapi menurut Devan gak. Lo tahu sama kayak cewek yang beda selera dalam menilai seseorang, cowok juga gitu. Kita punya selera yang beda. Lo ngertikan?"

"Iya gue ngerti kok. Tapi gue udah terlanjur maju. Pantang buat gue mundur. Dan lo gak bisa komentar banyak. Biarin gue jalanin keinginan gue. Gue justru berharap lo mau bantu gue. Lo kan temen gue. Iyakan?"

"Terserah elo deh. Gue mah ikut-ikut aja."

"Oke, karena lo yang paling dekat sama Devan, lo yang harus bantuin gue. Gak nyampe sebulan, mereka harus putus."

"Iya princess."

"Oke, gue laper mau makan. Gue makan dulu ya, bye Deo."

"Bye Carra, salam buat yang lain." Yup Deo tahu bahwa ketiga sahabat Carra itu sedang menginap di rumahnya.

***
Devan tampak manis saat membuka pintu mobil untuk Kinan. Semua pasangan mata tertuju pada mereka begitupun juga Carra. Tak ingin ambil pusing, Carra melanjutkan jalannya ke arah kelas. Membiarkan pasangan itu bermesraan menuju kelas mereka.

"Itu ya cewek yang suka sama kak Devan."

"Itu mah penulis terkenalnya sekolah kita."

"Cantikan juga kak Kinan."

"Kak Kinan lebih sexy."

"Kak Devan gak bakalan pacaran sama anak kecil."

Bisikan-bisikan anak kelas sepuluh singgah di telinganya. Saat Carra berbalik, terlihat olehnya, beberapa anak yang tadi membicarakan dirinya kini sedang menatap kearah dua pasangan fenomenal dengan tatapan iri bercampur kagum.

Ia berdecak meremehkan anak-anak yang tadi membicarakan dirinya. Menggosip dan digosip sudah biasa baginya. Tapi sampai saat ini ia sadar hal itu sama sekali tak membawa pengaruh apa-apa bagi dirinya. Apalagi yang berkicau adalah anak-anak kecil seperti mereka.

Carra berpikir sejenak. Mungkin dengan menggosipkam namanya, mereka mendapat kebahagiaan. Jadi, bagaimana kalau ia membuat anak-anak itu mendapatkan gosip hangat yang menyenangkan untuk beberapa hari ke depan? Tentu saja kenapa tidak?

Carra berbalik menunggu pasangan fenomenal itu lebih mendekat kearahnya. Ia memasang senyum tulusnya.
"Hai Devan, lihat Deo gak?" Tanya Carra dihadiai tatapan malas Devan. Sedangkan Kinan malah mengeratkan gandengannya pada Devan, membuat tubuh atletis cowok itu lebih merapat padanya.

ADORE (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang