Thx for all readers yg udah baca cerita ini =D Ini cerita sebenernya udah lama saya bikin, cuma baru diupload aja! XD Mohon vote dan commentnya , thx.
***************************************************************
Siang itu, seorang gadis SMA Bangsa kelas X B sedang duduk merenung di pinggir lapangan basket. Ia hanya diam di sana, sendirian. Tiba-tiba datanglah seorang gadis lainnya menghampiri dan menyapanya.
“Hai, Rachel! Lagi bengong ya?” sapa gadis tersebut dengan ramah.
Rachel hanya menatapnya dengan pandangan kosong tanpa berbicara sedikitpun. Cukup lama mereka saling bertatapan satu sama lain dan berdiam diri. Akhirnya, keheningan dipecahkan oleh suara peluit sang guru olahraga, Bu Lou. Guru olahraga yang lahir di Hongkong dengan nama lengkap Mei Huang Lou tersebut, segera memanggil anak-anak kelas X B berkumpul untuk doa bersama. Semua anak segera berkumpul untuk doa bersama, kecuali Rachel. Ya, kecuali gadis itu. Ia tetap duduk di tempatnya tanpa bergerak sedikit pun, masih dengan pandangan kosong. Sampai akhirnya Bu Lou sendiri harus menyeretnya masuk ke barisan untuk ikut doa bersama.
“Rachel! Segera ikut berkumpul untuk melakukan doa bersama!” Bu Lou sudah kehabisan akal untuk membuat anak itu berpindah dari tempatnya sekarang. Tetapi, setelah beberapa detik selang, anak itu tetap berdiam di tempatnya sekarang.
“RACHEL! BISAKAH KAMU MENURUTI PERINTAH IBU SEKARANG?” Bu Lou mulai merasa emosi. Tangannya dikepalkan kuat-kuat walau tidak ditunjukkannya betapa kesalnya ia. Masih juga Rachel tidak memerdulikannya.
Akhirnya, dengan perasaan emosi, Bu Lou segera mengangkat tangannya untuk menampar pipi kanan Rachel. Pada awalnya ia tidak ingin melakukan hal tersebut, tetapi ia sudah muak dengan sikap anak didiknya yang satu ini. Namun, baru saja diayukannya tangannya untuk menampar pipi kanan Rachel, tiba-tiba saja Rachel menangis. Kontan Bu Lou dan anak lain langsung merasa kaget dan shock.
“Kevin…” ujar Rachel lirih sambil tersendat-sendat.
“Ka…kamu…barusan menyebut nama siapa?” Dengan agak takut Bu Lou bertanya.
“Ke…Kevin…” ujar Rachel sekali lagi.
Bu Lou hanya terdiam. Kevin… seorang anak laki-laki yang manis dan baik hati, membuat siapapun yg melihatnya jatuh hati. Sayangnya 2 hari yang lalu ia baru saja mengalami kecelakaan dan meninggal di tempat…
“Kevin… Kevin… Kevin…” Rachel terus menerus menyebut namanya. Hatinya masih pilu.
Baru saja 1 minggu ia dan Kevin jadian, merasakan indahnya jatuh cinta, tapi itu semua tidak lama diakibatkan kecelakaan tersebut. Bu Lou akhirnya menyuruh semua murid untuk olahraga bebas. Dengan tenang, ia duduk di sebelah Rachel dan mengusap punggungnya.
“Rachel… Ibu mengerti apa yang kamu rasakan… Tapi itu semua sudah berlalu, kita harus terus menatap ke depan, jangan menengok ke masa lalu terus…” Rachel tidak memedulikan ucapan gurunya tersebut. Ia kembali menatap kosong. Bu Lou tidak tahu apa yg harus dia lakukan, ia hanya meninggalkan Rachel dalam diam.
***
Aku masih sangat mengingat hari itu, hari di mana Kevin menyatakan cintanya padaku. Masih kuingat dengan jelas kata-katanya yang tulus…
“Rachel… Gue mau ngomong sesuatu…”
“Hm? Kenapa, Vin??”
“Gue mungkin gak bisa ngegombal kayak cowok lain, tapi gue bakal langsung ngomong to the point.”
“Kenapa sih, Vin? Ngomong aja.”
“Gue… udah lama naksir sama lo, pertama-tamanya memang cuma karena penasaran tapi lama-lama jadi sayang…” Kevin mengucapkan kata-kata tersebut dengan muka memerah. Hati gadis mana yang tidak luluh mendengar ucapan tersebut.
“Vin, lo kalo bercanda ga lucu deh, haha…”
“Gue serius, Hel. Gue sayang sama lo, tapi kalo misalnya lo memang ga ada perasaan sama gue bilang aja, gue akan langsung mundur kok…”
“Vin, lo serius??? Gue itu gak menarik loh, dan gue juga biasa-biasa aja, masih banyak kan cewek-cewek cantik yang naksir sama lo?”
“Gue gak peduli, lo juga manis kok, apalagi lo baik.”
“Vin, pikir baik-baik deh, nanti lo nyesel loh sama gue…” Tak disangka, Kevin langsung memegang tanganku dan menaruhnya di dadanya.
“Gue gak pernah menyesal sama apa yg udah gue pilih!” Tanpa kusadari, kuanggukan kepalaku. Dari awal, aku memang sudah menyukainya, hanya saja aku merasa tak mungkin rasa ini berbalas…
***
Bel sekolah telah berbunyi, menandakan pelajaran telah usai. Semua murid segera pulang dengan gembira, betapa bahagianya mereka, dikarenakan besok adalah hari Sabtu. Namun, Rachel masih tetap duduk di bangkunya tanpa bergeming sedikitpun. Di tangannya terdapat selembar foto, yang ia dan Kevin ambil di photobox saat kencan pertama mereka. Air matanya mengalir, Rachel sangat suka foto itu, tak henti-hentinya dipandangi Rachel senyum manis pacarnya itu.
“Seandainya… Seandainya saja… Aku yang mengalami kecelakaan tersebut… Pasti akan lebih mudah bagiku, Vin…” ujar Rachel dengan lirih. Air matanya terus menetes, ia terus menangis dalam diam…
***
Di depan sebuah rumah besar berwarna kuning, tampaklah suasana yang amat sangat ramai. Sepertinya rumah tersebut sedang dilanda duka. Terlihat banyak papan besar berisi ucapan duka.
‘TURUT BERDUKA CITA ATAS BERPULANGNYA SAUDARA KEVIN GERALD PRAMATA KE RUMAH BAPA… PT. GusvaPramata’
“Saya turut berduka cita ya, Pak, Bu, atas meninggalnya anak bapak dan ibu…” ucap seorang bapak-bapak.
“Iya, terima kasih ya, Pak, sudah datang untuk mengunjungi kami.” Bu Renatha — mama Kevin — membalas ucapan bapak tersebut dengan senyum yang sangat lebar, padahal sebenarnya hatinya sangatlah pilu.
Ingin ia menangis sekeras-kerasnya, namun ia menyadari bahwa itu semua tidak akan merubah keadaan yang sekarang. Bagaimana tidak, anaknya yang paling ia sayangi, buah hatinya, darah dagingnya sendiri, harus lebih dulu mengalami kematian dibanding dirinya.
“Mama, barang-barangnya Kevin mau ditaro di mana?” Pertanyaan tersebut menyadarkan Bu Renatha dari lamunannya.
Segera ia keluarkan senyum terlebarnya begitu melihat siapa yang bertanya. Kenny, adik kembar Kevin yang sedang menutut ilmu di negeri Paman Sam dan tinggal bersama Pak Tommy, papa mereka. Betapa bahagianya Bu Renatha saat ia mengetahui bahwa putra yang sekarang tinggal satu-satunya itu, tinggal bersamanya di Indonesia. Sayangnya, begitu upacara pemakaman selesai, Pak Tommy harus segera kembali ke Amerika karena tuntutan pekerjaan.
“Ma… Barang-barangnya Kevin gimana..?” Pertanyaan tersebut kembali diulang.
“Hm? Jangan dipindahin dulu ya, Ken… Mama masih ingin mengenang kenangan-kenangan bersama Kevin…” jawab Bu Renatha lirih. Ia tahu, cepat atau lambat ia harus merelakan Kevin pergi. Tapi, hal tersebut sangatlah berat, bahkan kedatangan Kenny pun tidak bisa membuatnya merelakan Kevin.
“Mom… Don’t be like this... Kevin udah tiada… Kita harus relain Kevin, Mom…”
“Mama tau, mama tau! Mama hanya… Mama…” Suara Bu Renatha mulai bergetar, air matanya perlahan-lahan mulai turun dan tangisnya tak dapat ia bendung lagi. Perlahan, terasa punggungnya ditepuk pelan oleh anaknya. Nyaman rasanya, seperti ada Kevin di sini…
****************************************************************
Please don't be a silent reader! ;3

KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Sky and You
Teen FictionDi bawah langit biru, Rachel jadian dengan cinta pertamanya... Di bawah langit biru pula ia harus kehilangan cinta pertamanya... "Aku terlalu takut untuk kehilangan dia, tapi aku juga terlalu takut untuk jatuh cinta padanya..."