Seven - Strange feeling

1.1K 39 8
                                    

Oke, akhirnya berhasil update! Setelah lama ngestuck dan males update akhirnya setelah dipaksa update sama @pricila_407, dan inilah! :D Walaupun ini dikit sih... Btw jangan lupa vote and commentnya ya, thx for read! XD

******************************************************************************************

Kenapa dia mesti ada di sini?! Kenapa??!, rutuk Rachel dengan kesal sambil mengacak-ngacak rambutnya sendiri. Ya, saat ini Rachel sedang benar-benar bingung, kesal, sekaligus marah. Bagaimana tidak, orang yang selama ini sudah menghantui hidupnya sekarang harus tinggal bersamanya, sekolah di tempat yang sama, dan mengenal dekat orang yang baru saja menjadi sahabatnya.

            Sudah bertahun-tahun Rachel dihantui bayangan Elena, atau tepatnya Celine. Karena kejadian waktu SD dulu, Rachel jadi trauma berteman dekat dengan orang lain. Memang, dulu bukan Elena teman dekat Rachel tetapi, semua teman dekat Rachel menjauhinya karena gosip yang timbul antara dirinya dan Henry, pacar Elena waktu SD. Bahkan ia sempat ditindas oleh teman dekatnya sendiri. Dan sekarang saat Rachel mulai mempunyai sahabat yang bisa ia percayai, Elena datang lagi ke kehidupannya.

“Rachel, kamu di dalam?” Terdengar suara ketukan dari luar pintu kamar Rachel. Tutur kata yang lembut dan santun. Sudah bisa ditebak itu adalah suara Elena. Rachel tidak menjawab.

“Maaf, boleh gak aku masuk?” Lagi-lagi Rachel tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan Elena. Setelah beberapa saat tak terdengar ketukan lagi, akhirnya Rachel pergi untuk melihat apakah Elena masih ada di luar kamarnya. Ternyata…

“Oh, sudah ku duga kamu ada di dalam. Begini, aku…” Brak! Pintu kamar Rachel dibanting dengan keras. Di dalam kamarnya Rachel kembali menghela nafas. Ngapain sih si Elena masih di sini, pulang kek ke mana kek! Saat Rachel sedang sibuk menggerutu, terdengar bunyi ringtone ada telepon masuk dari handphone-nya. Nama yang tertera di layarnya tak lain adalah Kenny.

“Rachel, ada apa sih?” Begitu kata yang pertama kali keluar dari mulut sang penelepon.

“Ada apa apanya?!” tanya Rachel pada Kenny setengah kesal.

“Wow, Rachel, kok marah? Gue kan cuma nanya, Hel.”

“Lo gak perlu tau. Gak penting juga lagian.” Kenny terdiam sejenak mendengar jawaban Rachel atas pertanyaannya.

“Oke. Oh iya, by the way gue mau nanya, kok lo bisa kenal sama Elena sih? Kenal di mana? Kok dia gak pernah cerita sama gue???” lanjut Kenny mengalihkan pembicaraan.

“Itu yang gak penting dan lo gak perlu tau. Dan juga, justru harusnya gue yang nanya sama lo.”

“Nanya? Tentang apa?”

“Lo gimana bisa kenal si Elena?” Pertanyaan Rachel membuat Kenny kembali terdiam.

“Yeh, gak adil ih! Lo mau tau gimana ceritanya gue bisa kenal sama Elena, tapi gue gak boleh tau gimana caranya lo ketemu dia.” Nada jawaban Kenny membuat Rachel sedikit tersenyum. Kenny memang seorang penghibur yang baik.

“Cerita dong, Hel.” Kembali Kenny menanyakan pertanyaan tersebut.

“Gue… sama Elena… pernah saling kenal waktu SD…” jawab Rachel dengan lirih. Ia benar-benar tidak ingin lagi mengingat masa-masa SD itu.

“Cuma itu..?”

“Ya…”

“Tapi kok tadi pas lo langsung masuk ke kamar lo waktu ngeliat ada Elena, gue gak boleh nyusul lo..? Sori, tadinya gue takut lo bakal nangis sendirian lagi kaya waktu kelas X dulu makanya  gue mau nyusul lo. Eh, gue malah diusir Elena, katanya ini masalah lo sama dia…”

“Oke, gue udah cerita, sekarang giliran lo.” Lagi-lagi ia diingatkan mengenai masalah itu. Benar-benar rasanya saat itu juga ia ingin menyudahi pembicaraan tersebut.

“Apa ini, main ngalihin pembicaraan aja. Tapi okelah. Gue sama Elena satu SMP di New York.”

“Kalian deket..? Banget?”

“Itu sih bisa dibilang kami berdua bagaikan sendok dan garpu saking deketnya.”  jawab Kenny dengan santai dan rileks.

Mendengar jawaban Kenny, tiba-tiba Rachel merasakan sakit di dadanya. Rasa sakit yang aneh. Semakin Rachel memikirkan jawaban Kenny semakin sakit dadanya. Apalagi Rachel mendengar Kenny menjawab dengan santai, seakan-akan itu hal yang biasa. Tunggu… Rasanya... Gak mungkin… Masa gue, masa…

***

Matahari telah muncul dari tempat persembunyiannya. Membangunkan para mahkluk hidup yang sedang tertidur. Tak terkecuali Rachel. Dengan matanya yang membengkak karena semalaman tidak bisa tidur memikirkan apa yang ia rasakan. Rasa sakit di dadanya yang ia rasakan saat mendengar jawaban Kenny semalam…

“Itu sih bisa dibilang kami berdua bagaikan sendok dan garpu saking deketnya”

            Hhh… Emangnya kenapa sih kalo dia jawabnya kaya gitu!?, gerutu Rachel dalam hati. Ditepuknya kedua pipinya untuk menyadarkan ia dari lamunannya.

“Pokoknya gue harus berhenti mikirin kaya ginian!” Rachel pun segera turun dari kasurnya dan berjalan keluar kamarnya untuk pergi ke kamar mandi. Saat dibukanya pintu kamar, betapa kagetnya Rachel ternyata Elena sedang berdiri tepat di depannya.

“Ah… Maaf…”

“Apa?” Hanya itulah kata yang dikeluarkan Rachel. Hari ini ia sedang malas bertengkar dengan siapapun.

“Maaf…” Elena kembali mengucapkan kata maaf.

“Buat apa?”

“Maaf untuk yang waktu itu… Maaf ini semua karena aku… Maaf aku…” Mendengar apa yang akan disampaikan Elena, Rachel segera memotongnya.

“Gak perlu minta maaf, jujur kemaren juga gue harusnya gak gitu sama lo…Gue minta maaf…”  ujar Rachel pelan sambil memalingkan mukanya. Kemudian ia segera berjalan melewati Elena menuju kamar mandi.

Blue Sky and YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang