Akhirnya part ini bisa upload juga :"D Setelah lama stuck dan ga bisa nerusin, akhirnya terpikir juga kelanjutannya XD Oke, thanks for all readers, please vote and comment for my story!
************************************************************************************
Waktu telah menunjukkan pukul 14.30. Semua kegiatan belajar mengajar telah usai. Rachel yang berada di kelas XI IPS 1 masih sibuk mencatat di buku catatannya penjelasan Bu Ningsih, guru sejarahya. Bu Ningsih memang terkenal sebagai guru yang kalau materi pelajarannya hari itu belum selesai, walaupun bel sudah berbunyi, ia akan terus menjelaskan materi tersebut sampai selesai. Rachel yang kebetulan kemampuan mencatatnya agak lambat tentu saja kewalahan. Malah terkadang dipinjamnya catatan Wilma yang dari tadi sudah menyelesaikan mencatat.
“Oke, pelajaran hari ini sampai di sini. Silahkan siapa yang ingin bertanya?” Tentu saja tidak ada yang ingin bertanya. Semua anak kelas itu sudah kewalahan mencatat penjelasan Bu Ningsih yang tidak berhenti-berhenti.
“Baiklah kalau tidak ada yang ingin bertanya, sekarang kalian bersiap-siap untuk pulang dan berdoa. Baru setelah itu kalian boleh pulang.”
Setelah proses doa pulang selesai, Kenny yang sedari tadi sudah menunggu di depan kelas Rachel segera menghampiri tempat duduknya. Kenny memang sudah terbiasa mengantar jemput Rachel ke sekolah setiap Pak Aldo, papa Rachel, ada meeting di kantornya dan tidak bisa mengantar jemput Rachel. Kebetulan hari ini Pak Aldo sedang ada meeting, maka dari itu tugas antar jemput Rachel dialihkan ke tanga Kenny.
“Akhirnya kelas lo bubar juga, Hel. Lama banget gue nunggunya, keburu jamuran nih!” Seperti biasa, Kenny selalu santai dan sedikit iseng.
“Iya tuh Bu Ningsih, ngasih penjelasan gak kira-kira, panjang kali lebar. Ini aja gue ketinggalan melulu. Mending jelasinnya tulis di papan kek ato kasih fotocopy-an gtu, eh ini malah di dikte.” gerutu Rachel.
“Hel, catetan gue udah lo salin belom? Jangan ngobrol melulu, abis ini gue ada eskul.” Rachel menoleh ke sampingnya sambil tersenyum lebar memamerkan giginya.
“Sori, Wil. Gue juga eskul sih abis ini. Bentar deh, si Kenny sih ganggu.” Kemudian Rachel kembali menyalin catatan Wilma yang ada di hadapannya sekarang.
“Loh, lo eskul, Hel?” Masih sibuk dengan catatan yang harus disalinnya Rachel hanya mengangguk menanggapi pertanyaan Kenny.
“Yah, kalo gitu gue gak bisa anter lo pulang, Hel.” Rachel sontak menoleh ke arah Kenny.
“Loh kok gitu, Ken? Kan bokap gue gak bisa jemput gue, nanti gue pulang sama siapa???”
“Sori, Hel, gue bener-bener harus pulang cepet hari ini…” jelas Kenny dengan wajah memohon.
Yah terpaksa Rachel pun memperbolehkan Kenny untuk pulang cepat. Habis apa yang bisa ia lakukan? Toh memaksa Kenny tidak akan membuahkan hasil. Walaupun Kenny terkenal santai dan gak neko-neko, tapi dalam beberapa hal ia bisa keras kepala. Kalau mukanya sudah memohon seperti itu, artinya hal tersebut memang benar-benar penting.
“Yey, makasih Rachel! Lo emang baik banget! Besok gue traktir jajan di kantin!”
“Well, lagian emang kenapa lo harus pulang cepet? Oh thanks ya, Wil. Duluan aja.” tanya Rachel pada Kenny sambil mengembalikan buku catatan Wilma yang sudah selesai disalinnya.
“Gue mau ketemu sama temen gue, hehe… Katanya dia udah nyampe ke sini dari tadi jam 1, makanya gue mau cepet-cepet ketemu dia. Udah lama gak ketemu sih.” Kenny menjelaskan dengan wajah bersemangat. Melihat ekspresi Kenny, Rachel bertanya-tanya siapa yang akan ditemui Kenny.
“Nanti gue bakal kenalin ke lo, Hel! Orangnya baik, cantik, terus ramah lagi.” lanjut Kenny. Rachel yang mendengarkan hanya diam. Entah kenapa rasanya aneh saat Kenny menceritakan tentang temannya yang dari New York itu. Rasa yang aneh, benar-benar aneh, tapi Rachel merasa ia pernah merasakannya…
“Ah, gue harus eskul nih, Ken. Duluan ya.” Saat Rachel bangkit dari tempat duduknya dan akan segera meninggalkan ruang kelasnya itu, terdengar dering telepon masuk dari handphone-nya.
“Halo, mama? Apa? Pulang? Sekarang? Kenapa? Oh, oke deh.” Rachel segera menutup telepon dari mamanya itu. “Kenny, gue ikutan pulang cepet nih, nyokab bilang rumah gue kedatengan penghuni baru.”
“Lah, emang nyokab lo buka kos, Hel?” tanya Kenny dengan bingung.
“Tau tuh, beralih profesi kali. Udah yuk balik.”
***
“Ini loh, Hel, penghuni baru rumah kita. Elena namanya. Katanya kalian berdua dulu udah saling kenal waktu SD. Apa iya? Kok mama gak tau?” Berbagai macam pertanyaan keluar dari mulut Bu Nikita. Namun tak satupun terpikir untuk dijawab oleh Rachel. Kaget. Itu yang ada dalam benaknya sekarang. Ia benar-benar kaget melihat siapa gadis yang akan menempati rumahnya mulai hari ini. Elena. Well, atau lebih tepatnya Celine.
Ya, Celine. Nama lengkapnya adalah Elena Celine Alexander. Waktu SD Elena biasa dipanggil Celine, namun entah kenapa sekarang ia dipanggil Elena. Oh, mungkin Rachel lupa bilang, kalau Elena merupakan blasteran Indo-Amerika. Ayahnya yang merupakan keturunan Amerika menikah dengan ibunya yang merupakan keturunan Indo asli.
Elena memang gadis yang cantik. Kecantikannya diturunkan dari ibunya yang memang juga cantik. Rambut ikal coklat sepinggang yang ia dapat dari ibunya dibelah tengah tanpa poni, membuatnya terlihat semakin dewasa. Matanya yang lumayan besar berwarna coklat terang yang ia dapat dari ayahnya dengan bulu mata lentik membuatnya makin terlihat cantik.
“Elena??? What are you doing here???” Sebuah suara memecahkan lamunan Rachel. Kenny? Kenal Elena??
“Kenny??? You’re here too?” Elena juga sama kagetnya dengan Rachel. Ia tidak menyangka kalau Kenny mengenal Rachel.
******************************************************************
Jeng jeng jeng jeng! Kembali menggantung! Kenapa author demen banget ngegantungin readers? Biar seru hehe.. XD Thanks yang udah baca jangan kapok baca ya :p
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Sky and You
Novela JuvenilDi bawah langit biru, Rachel jadian dengan cinta pertamanya... Di bawah langit biru pula ia harus kehilangan cinta pertamanya... "Aku terlalu takut untuk kehilangan dia, tapi aku juga terlalu takut untuk jatuh cinta padanya..."