Sekali lagi thx buat yg udah baca, please bgt vote dan commentnya =D Baca juga Fairy Tale ya ;)
*************************************************************
Hari mulai gelap, pesta penyambutan kedatangan Kenny pun usai. Para hadirin mulai kembali ke rumahnya masing-masing. Hanya Kenny dan Pak Tommy yang belum pulang, mereka masih asyik mengobrol bersama Pak Aldo dan Bu Nikita. Namun, Rachel tidak tampak dimanapun. Sepertinya, setelah turun ia kembali naik ke kamarnya.
Kenny benar-benar penasaran dengan sifat Rachel yang betul-betul aneh. Diam-diam ia pergi mencari Rachel, rasa penasarannya benar-benar tidak bisa ditahan. Setelah mencari ke hampir seluruh ruangan, Kenny mencoba melihat di balkon. Ternyata benar, Rachel ada di sana, termenung sambil menatap langit yang sudah tak lagi cerah. Dihampirinya Rachel.
“Ngeliatin langit lagi?” Rachel menoleh mendengar pertanyaan tersebut. Ditatapnya wajah Kenny dengan seksama, kemudian ia tersenyum.
“Ngapain lo senyam senyum ngeliatin gue? Naksir sama gue?” Rachel kontan merasa kaget mendengar ledekan Kenny.
“Ge-er banget,” Rachel membalas Kenny sambil tersenyum. “Lo tau gak, entah kenapa ya, tiap di deket lo perasaan gue nyaman banget… Gue ngerasa tiap ada lo, suasananya itu kaya tiap ada dia…” ujar Rachel perlahan, sambil kembali menatap langit.
“Dia..? Oh, orang itu? Masa sih?” Kenny merasa tidak percaya. Bagaimana mungkin orang yang berbeda, bisa membawakan suasana yang sama persis? Apalagi tidak saling mengenal.
“Iya… Pembawaan lo yang kadang iseng, kadang jail, tapi kadang baik, bener-bener persis…” Rachel kembali tersenyum senang, lantaran ia menjadi ingat masa-masa bersama Kevin, rasa-rasa yang sama saat seperti bersama Kevin. Benar-benar mirip…
“Sebenernya… lo itu orangnya ga pemurung kan? Lo itu sebenernya lebih cocok punya sifat yang ceria, lepas, dan bebas. Lo suka langit kan? Gue tau kenapa, karena langit itu melambangkan kebebasan, dan itu emang lo banget…” Ucapan Kenny terhenti sejenak, membuat Rachel mulai merenung. Pernyataan tersebut seperti tamparan yang sangat keras bagi Rachel. Benar-benar tepat sasaran.
“Kenapa harus maksain diri buat jadi orang yang pemurung kalau bisa terbuka..?” lanjut Kenny sambil menatap Rachel, berusaha mengalihkan pandangan Rachel dari langit ke matanya.
“Gue… gak bisa…” Rachel mulai merasakan air matanya turun satu persatu. Hatinya terasa sangat sakit.
Rachel tidak tahu apa penyebab kepiluan dalam hatinya tersebut. Bukan karena kata-kata yang baru saja diucapkan Kenny, bukan. Rasanya seperti sebuah penyesalan, penyesalan kesalahan yang tidak bisa ia lepaskan. Ia ingin lepas dari rasa bersalah tersebut, tapi tidak bisa, pikirannya menolak. Otaknya merasa bahwa jika ia melepaskan hal tersebut, ia akan kehilangan untuk selamanya.
“Gue gak bisa..! Gue gak bisa..!” Rachel berlutut, kepalanya terasa sakit, air matanya tidak mau berhenti mengalir. Kenny kaget melihat Rachel.
“Hel, sadar! Ini gue, Hel, Kenny! Hel!” Kenny berusaha membuat Rachel berdiri, namun Rachel tetap berlutut dan berteriak pada Kenny. Kenny terus-menerus mencoba membuat Rachel berdiri tetapi sia-sia. Akhirnya, tidak ada pilihan lain selain Kenny ikut-ikutan berlutut dan memeluk Rachel dengan hangat.
“Hel… Tenang ya… Gue mohon, tenang…” Pelukan Kenny membuat rasa sakit di kepala Rachel hilang. Tangisnya yang keras pun berubah menjadi pelan.
Rachel balas memeluk Kenny dengan erat. Ia merasa seperti tidak ingin kehilangan Kenny, entah kenapa. Mungkin karena Rachel merasakan perasaan yang sama seperti saat ia bersama Kevin…
***
Pagi ini, matahari terlihat sudah menampakkan senyumannya yang ramah, membuat semua orang merasa nyaman untuk bangun pada pagi hari. Semua orang, termasuk Rachel. Hari ini, entah kenapa, perasaan Rachel terasa sangat ringan. Saat ia membuka matanya setelah tidur semalaman, ia merasa semangat untuk pergi ke sekolah. Hal tersebut merupakan pertama kalinya, sejak kematian Kevin…
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Sky and You
Teen FictionDi bawah langit biru, Rachel jadian dengan cinta pertamanya... Di bawah langit biru pula ia harus kehilangan cinta pertamanya... "Aku terlalu takut untuk kehilangan dia, tapi aku juga terlalu takut untuk jatuh cinta padanya..."