Seventeen - Last Part

1.3K 47 8
                                    

Oke, sori di sini ceritanya harus abis huhuhuhu T^T  Dan juga sori kalo misalnya endingnya gak memuaskan ato jelek :D hehe Oh iya di part ini Rachelnya jadi agresif, ckck wanita yang menyeramkan . Tapi abis ini bakal saya bikinin epilog dan itu POV nya Elena. Jadi keep read comment and vote ! XD Love all my readers, thx buat yang udah vote dan comment ! Vote sama comment kalian saya tunggu banget lohhh ;;)

*******************************************************************************************

Sudah 1 minggu semenjak Rachel mengacuhkan Kenny. Setiap Kenny berusaha menghubunginya, Rachel tidak pernah berniat menjawab. Di sekolah pun Rachel selalu menghindar dari Kenny. Bahkan saat Kenny menghampiri Rachel di kelas, Wilma segera menahan Kenny untuk masuk ke kelas. Dan kali ini Kenny lagi-lagi berusaha untuk masuk ke kelas Rachel.

“Kenny! Gue udah bilang lo gak boleh masuk sini!” bentak Wilma. Tetapi bentakan Wilma tidak membuat Kenny gentar.

“Wil, ada yang harus gue jelasin sama Rachel. Dia itu cuma salah paham. Gue minta lo jangan ikut campur.” jelas Kenny dengan tatapan serius. Sayangnya, Wilma masih tetap kekeuh berdiri menghalangi pintu.

“Gak ada yang perlu lo jelasin lagi. Dan Wilma berhak ikut campur. Udah yuk, gue mau makan, laper.” ujar seseorang dari belakang Wilma. Rachel. Nadanya yang dingin membuat Kenny tertegun sejenak. Wilma segera mengikuti Rachel untuk pergi ke kantin. Tetapi langkahnya terhenti saat Kenny menahan tangan Rachel.

“Tunggu, Hel.” Kali ini gantian Rachel yang tertegun, namun ia segera kembali sadar dan kembali berjalan ke kantin. Ia kaget, betapa Kenny begitu tegas. Ck, sadar Rachel, sadar! Rachel mencoba menyadarkan dirinya sendiri untuk tidak jatuh pada Kenny lagi.

***

“Lo tau udah berapa lama lo cuekin si Kenny, Hel?” tanya Wilma tiba-tiba saat Rachel dan dirinya sedang makan di kantin.

“Hmm, 1 minggu lebih sehari?” jawab Rachel asal.

“1 minggu lebih??? Dan lo masih bisa nyantai??” tanya Wilma tak percaya.

“Tau ah, gue lagi males ngebahas.” ujar Rachel sambil terus melahap bakso yang ada di hadapannya.

“Ckck. Hel, hel. Ada ya orang kayak lo?? By the way lo bilang si Elena bakal balik pas sabtu kemaren, kok buktinya dia gak balik-balik??” Rachel hanya mengangkat kedua bahunya.

“Kenny pasti tau deh. Gimana kalo kita—” Sebelum Wilma menyelesaikan kalimatnya, Rachel sudah memelototinya terlebih dulu. Wilma cengengesan.

“Aduh, telinga si nyonya satu ini sensitif amat. Tapi gue penasaran loh.”

“Penasaran apa?” tanya Rachel dengan begitu cuek.

“Kenapa ya, Kenny hari ini gak keliatan??” Mendengar apa yang ditanyakan Wilma membuat Rachel cemberut seketika. Mood-nya turun drastis.

“Gue udah bilang jangan ngomongin dia, Wil.” tegur Rachel dengan nada ketus. Kadang-kadang Rachel sebal juga dengan sikap Wilma yang terlalu cablak.

“Hehe, iya sori, Hel. Refleks. Tapi gue serius penasaran loh.” Rachel memutar bola matanya sebal. Terlalu cablak, sampai-sampai gembok di mulutnya rusak semua.

“Ya udah kalo lo penasaran nanya aja sama si Kenny langsung. Telepon kek, apa kek. Gak usah nanya sama gue.” ucap Rachel sewot.

“Wow,wow, wow! Sewot amat, buu! Nyantai, Hel. Eh itu ada si Jacky, gue tanyain bentar.” ujar Wilma yang kemudian memanggil si Jacky tersebut. Jacky adalah ketua kelas di kelas Kenny. Sudah pasti Jacky tahu tentang Kenny sekarang. Rachel pura-pura tidak mendengar, tentu saja karena ia gengsi.

Blue Sky and YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang