Bravo!! Hehe, sekali update 2 part! :D Yah, soalnya emang part sebelumnya kedikitan sih, jadi kasih senang buat readers ! wkwk So, update part ini barengan sama part sebelumnya! Dan please vote and comment! Don't be a silent reader! Love you readers, so much, really much! :*:*:*
*****************************************************************************************
“Anak-anak, ini dia, murid baru kita. Silahkan perkenalkan nama kamu.” ujar Bu Ningsih –yang juga merangkap sebagai wali kelas XI IPS 1— kepada Elena yang sekarang sedang berdiri di depan kelas.
“Nama saya Elena Celine Alexander. Mohon bantuannya.” Elena memperkenalkan diri di hadapan anak-anak kelas XI IPS 1.
Mereka menjadi ramai melihat anak baru yang akan menempati kelas mereka. Ada yang berbisik-bisik membicarakannya (pastinya cewek), ada juga yang menggodanya (dan yang ini cowok), dan ada juga yang tetap sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Rachel yang cukup kaget melihat Elena akan satu kelas dengannya masuk ke golongan ketiga. Ia tidak peduli apa yang terjadi di depan kelas, ataupun reaksi Elena.
“Wah, anak barunya cakep juga ya, Hel.” Seseorang berbisik di kuping Rachel. Wilma. Seperti biasa, Wilma yang bawel dan centil, tentunya tidak ingin ketinggalan gosip terhangat baru.
“Biasa aja tuh.” jawab Rachel dingin. Wilma mengerutkan dahinya.
“Kenapa lo, Hel? Tumben pasif. Eh by the way tangan lo di dalem laci gitu lagi ngapain tuh?” tanya Wilma sambil melihat ke arah tangan Rachel. Rachel juga mengikuti arah pandang Wilma.
“Wah, lo baca komik diem-diem ya??? Kok gak ajak-ajak gue???” Teriakan heboh Wilma, sontak saja membuat hening suasana kelas. Setiap anak di kelas memandang ke arah Wilma dengan wajah penuh tanya. Termasuk juga, Bu Ningsih.
“Ada apa nak Wilma? Sepertinya kamu ribut sekali.” Keringat dingin meluncur di sekujur tubuh Wilma, begitu Bu Ningsih berjalan mendekati tempat duduknya dan Rachel. Dipandangnya Rachel dengan tatapan buruan-sembunyiin-tuh-komik. Sebelum Rachel menangkap apa yang dimaksudkan Wilma, komik yang berada di dalam laci mejanya itu segera dirampas dengan paksa oleh Bu Ningsih.
“Pintar, nak Rachel, nak Wilma.” Ucapan Bu Ningsih terdengar menyindir. Rachel dan Wilma hanya bisa saling berpandangan dan menelan ludah.
“NANTI PULANG SEKOLAH KALIAN KE RUANG IBU!” bentak Bu Ningsih dengan tegas, sambil kemudian kembali duduk di meja guru.
“Oh, iya, Elena. Kamu silahkan duduk di sebelah Rachel,” Wilma yang mengetahui bahwa tempat duduknya akan dipindah segera memprotes. Tapi apa daya, Bu Ningsih sudah membulatkan keputusannya.
“Tidak ada cerita protes-protesan! Elena, silahkan kamu duduk. Nak Wilma… kamu sebaiknya duduk di sebelah Joni.” jelas Bu Ningsih, lalu ia segera memulai pelajarannya yang kebetulan juga adalah jam pertama. Wilma yang dipindahkan duduk di sebelah Joni yang menurutnya sangat culun, kutu buku, dan gak banget pokoknya, hanya bisa menghela nafas tanda tidak puas.
***
“Hai Rachel… Loh? Kok kamu di sini, Na?” Elena yang merasa namanya disebutkan oleh seseorang segera mencari-cari asal suara tersebut. Ternyata Kenny. Cowok itu sedang duduk di tempatnya sekarang, yaitu di sebelah Rachel tentunya. Elena yang kebetulan bertugas piket hari itu harus membersihkan papan tulis terlebih dahulu sebelum menikmati jam istirahat.
“Iya.” jawab Elena sambil tersenyum. Elena sungguh senang bisa melihat Kenny lagi. Sudah hampir 1 tahun ia tidak melihat Kenny dikarenakan kepindahan Kenny yang tiba-tiba ke Indonesia.
“Wah, lo duduk di samping Elena, Hel? Kasian dia, di sebelahnya ada ibu beruang,” canda Kenny pada Rachel.
“Apa maksud lo, ngatain gue ibu beruang?! Maksud lo gue galak?!” omel Rachel sambil mencubit lengan Kenny dengan kukunya. Kontan saja Kenny langsung berteriak kesakitan sambil membentuk lambang peace dengan jarinya.
Elena yang sedari tadi memperhatikan tingkah laku mereka berdua, hanya bisa menarik nafas panjang. Rasanya dadanya begitu sakit. Ia merasakan ada suatu atmosfer yang aneh di antara Rachel dan Kenny. Atau… mungkinkah… mereka saling jatuh cinta…?, pikir Elena. Gak, gak, gak mungkin… Elena berusaha membubarkan prasangkanya. Ia takut, benar-benar takut kalau-kalau nanti prasangkanya benar-benar menjadi kenyataan.
“Kamu bengong, Na?” Kenny yang melihat Elena sedari tadi melamun segera menyadarkannya.
“Gak kok, Ken.” ujar Elena sambil menggelengkan lembut kepalanya.
Setelah mendengar jawaban Elena, Kenny kembali bercanda dengan Rachel. Elena yang merasa rasa penasaran pada dirinya harus dihilangkan, segera berinisiatif untuk bertanya mengenai hal tersebut pada Rachel, dan Kenny tentunya. Tapi pertama-tama harus Rachel, karena kalau memang Rachel benar-benar sedang jatuh cinta pada Kenny, Elena akan mempunyai saingan berat.
“Rachel, aku boleh ngomong sesuatu sama kamu..?” Rachel yang sedang asik bersenda gurau dengan Kenny, segera menoleh ke arah Elena sambil memasang raut wajah bingung.
“Sebentar aja. Gak di sini tapinya… Aku mau kita ngomong di tempat yang gak seramai ini.” pinta Elena dengan wajah serius. Rachel yang melihatnya segera menganggukan kepalanya dan berjalan keluar kelas.
***
Ruang UKS. Entah kenapa selalu tempat ini yang Rachel pilih untuk disinggahi. Dulu waktu ia menangis karena masih kehilangan Kevin, ia sering datang ke UKS. Tapi sekarang mungkin sudah tidak sesering dulu. Sekarang sudah ada yang membangkitkan senyumnya. Namun, ia masih terkadang datang ke UKS untuk melihat langit, berhubung inilah satu-satunya tempat terdekat ke langit di sekolah itu (dan juga teraman, karena banyak anak yang bolos pelajaran dan dateng ke situ, dan gak ketahuan).
“Mau ngomong apa ya?” Rachel segera bertanya to the point pada Elena.
“Buat aku, Kenny itu matahari, dan aku manusianya. Tanpa matahari manusia gak bisa hidup. Sama, tanpa Kenny, aku juga gak berniat buat hidup…” ucap Elena memulai percakapannya.
“Hah!?” Raut wajah Rachel berubah menjadi semakin bingung. Ia tidak mengerti maksud dan arah tujuan pembicaraan Elena. Namun suasana menjadi canggung, dan aneh.
“Jadi aku mohon, bisa gak kamu jangan terlalu dekat sama Kenny..?” Permohonan Elena membuat Rachel tersentak. Ia benar-benar kaget. Sejak Elena meminta untuk berbicara dengannya di tempat yang sepi, firasatnya sudah tidak enak. Ternyata benar, Elena memintanya melakukan sesuatu yang konyol.
“Apa?! Maksudnya itu apa sih!?” ujar Rachel kesal.
“Rachel, aku gak mungkin gak tau kalo kalian itu saling sayang. Dan rasa sayang kalian berdua lebih dari temen. Aku kenal sama kamu dan Kenny gak sebentar, Hel.”
“Aduh, apa sih!? Gue gak ngerti apa yang lo ngomongin! Denger ya, gue sama Kenny cuma sebatas sahabat kali. Kalo lo emang suka dia ya suka aja, gak usah pake ngancem gue segala, gue gak bakal ganggu lo kok. Tenang aja, sekarang gue gak akan berebutan cowok sama lo, cukup dulu aja.” Setelah Rachel mengutarakan semua isi hatinya, yang semakin kesal karena apa yang dikatakan Elena, ia segera keluar dari ruangan UKS dan kembali ke kelas. Dan saat itu juga bel tanda selesainya waktu istirahat berbunyi.
“Apa… aku bisa percaya sama kamu, Hel..?” gumam Elena pelan. Dirinya tidak yakin akan apa yang baru saja diucapkan Rachel. Entah apa yang mengganggunya, namun ia merasa Rachel tidak akan menepati ucapannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Sky and You
Novela JuvenilDi bawah langit biru, Rachel jadian dengan cinta pertamanya... Di bawah langit biru pula ia harus kehilangan cinta pertamanya... "Aku terlalu takut untuk kehilangan dia, tapi aku juga terlalu takut untuk jatuh cinta padanya..."