Sama Dengan Mati

94 14 0
                                    

"Hallo, Tren."

"Halo, Luv. Apa kabar?"

"Sehat. Bagaimana kabarmu?"

"Aku baik-baik saja."

"Bagaimana dengan pekerjaanmu?"

"Baik."

"Kamu masih kerja di kantor yang dulu?"

"Tentu."

"Tren, kita putus baik-baik, kan?"

"Mmm—"

"Aku bilang, masalahnya ada di aku, kan?"

"Ya."

"Terus aku bilang, kalau aku doakan kamu dapat yang lebih baik dari aku...."

"Trims."

"Sudah dapat penggantiku?"

"Belum."

"Usaha dong, Tren. Atau kamu mau aku carikan pengganti diriku?"

"Nggak usah, Luv. Aku bisa nyari sendiri, kok."

"Sungguh?"

"Sungguh!"

"Kamu marah padaku?"

"Tidak."

"Kamu membenciku?"

"Tidak!"

"Tren, dua hari yang lalu aku ketemu Luna di salon."

"Luna siapa?"

"Tetangga sebelah rumahmu. Kebetulan ia sedang mengunjungi adiknya di kotaku."

"Oh... Luna yang itu."

"Iya, Luna yang itu. Hari Minggu aku ketemu Iomi di acara perkawinan sepupuku."

"Apa hubungan Iomi dengan sepupumu?"

"Mereka teman sekelas di SMA. Dunia sungguh kecil."

"Kalau menurutmu begitu."

"Dan kamu tau mengapa aku menelponmu? Nadia kemarin menghubungiku."

"Nadia siapa?"

"Teman sekantormu, yang dulu naksir kamu."

"Oh, Nadia itu."

"Lucu, kata Nadia kamu sudah sebulan tak masuk kerja."

"Aku pindah kantor."

"Kamu tahu apa yang aku dengar dari Luna dan Iomi? Kamu bilang aku tewas ditabrak kereta api."

"Oooh..., itu! Waktu kamu putusin aku, Luv, aku anggap kamu sudah mati."


Bandung, 16 Maret 2016


terinspirasi lagu

50 Ways to Say Goodbye by Train

Terdampar (telah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang