"Nama?" tanya opsir muda di seberang meja. Dia menyebutkan namanya. Ah...polisi yang masih belia itu tak mengenalnya. Mungkin dua puluh tahun yang lalu dia masih duduk di bangku sekolah dasar.
Sederet pertanyaan standar berlanjut yang dijawabnya dengan suara lirih.
"Siapa bandar Anda?"
Dia diam membisu.
Meskipun dia telah memukul jatuh beberapa juara tinju dunia selama karirnya, ia lebih takut kepada pemilik barang dagangannya. Memberikan nama boss tersebut sama saja dengan menggali kuburnya sendiri. Bahkan mungkin lebih buruk lagi dari mati.
"Braaaak!"
Dia terlompat kaget dari kursinya oleh kerasnya suara meja digebrak.
"Jawab pertanyaan saya! Siapa nama orangnya yang memberikan Anda pil-pil itu?" tanya polisi itu geram.
Teringat dia saat Presiden menasehatinya untuk tetap rendah hati. Betapa murah harga jam emas pemberian Presiden sehingga tak cukup menghapus hutang-hutangnya.
Tangannya bergetar. Bukan karena takut, tapi akibat akumulasi pukulan di kepala yang diterimanya bertahun-tahun.
"Dulu aku pahlawan," gumamnya.
"Namun aku tetap perlu makan...."
Bandung, 10 November 2015
*terinspirasi dari kisah Ellyas Pical, juara tinju dunia pertama dari Indonesia.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terdampar (telah terbit)
Cerita PendekKumpulan flash fiction dengan berbagai rasa ini diterbitkan oleh Peniti Media berisi 45 flashfiction. Softcover, 125 pages (108+vii) Published September 16th 2016 by Peniti Media ISBN: 978-602-74796-1-6 Foto sampul hak cipta Ra Benlantara. Bebera...