'Kan Masih Ada

84 12 0
                                    

"Rasanya aku mau bunuh diri." Rio menyudahi makannya, padahal nasi di piringnya masih bersisa setengah. Begitu juga ikan tongkol goreng. Bahkan tempe goreng masih utuh.

"Ribut lagi sama Ria?" tanya Bondan dengan mulut penuh. Beberapa butir nasi melompat muncrat.

"Ria dilamar orang," jawab Rio. Bahunya merunduk seperti kerupuk keriting disiram kuah sayur bening.

Marni, putri pemilik warteg langganan para pengojek pangkalan itu menyorongkan segelas teh tawar.

"Ini, mas."

"Uhuk...uhuk..., terima kasih, cantik." Bondan yang tersedak langsung mereguk isi gelas sampai tandas.

Marni menatap Rio tajam.

"Mas, boleh aku ngomong?"

"Hah? Boleh aja. Siapa yang larang?"

"Mas, bunuh diri itu dosa. Neraka saja menolak arwah orang yang matinya menghabisi nyawa sendiri," kata Marni menasehati. Padahal sehari-harinya Marni jarang ngobrol sama pelanggan warung simboknya. Tapi mungkin karena ia tamatan Madrasah, keberaniannya timbul. Amar ma'ruf nahi munkar.

Rio diam tak bersuara.

"Memangnya wanita di dunia ini hanya Ria?" tanya Marni beretorika.

"Kami pacaran sudah setahun," jawab Rio tak bertenaga.

"Terus? Itu artinya kalian ndak jodoh! Jodoh itu Tuhan yang menentukan, mas!"

"Aku jarang bergaul dengan lawan jenis, Marni. Di mana akan kutemukan jodohku?"

"Kan masih ada aku, mas," jawab Marni tersipu-sipu. Tiba-tiba Marni teringat sesuatu. Ia menoleh ke simbok.

"Setuju 'kan, mbok?"


Bandung, 20 Maret 2016


Terinspirasi lagu Ya Sudahlah (Bondan Prakoso & Fade 2 Black)

 


Terdampar (telah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang