Tak ada yang salah dalam cinta, karena dia bisa datang kapan saja dan dengan siapa saja, termasuk pada dia yang menghambakan cinta tapi tak bisa menghargai perasaan hati.
Sesak, itulah yang dirasakan Prilly saat ini, tapi bagaimana pun dia tak bisa menyalahkan cinta. Dia yang memilih, jadi mau tak mau harus mau menerima resiko apapun dari cinta.
Rasa benci yang seharusnya muncul justru tambah menguatkan perasaannya, ia ingin Ali merasakan bagaimana rasanya dicintai, agar ia tak harus mengejar cinta yang tak jelas bahkan membuat salah satu diantaranya merasa tidak bahagia.
"Prilly kan?" Suara seorang wanita membuat Prilly segera menghapus air matanya, tak ingin orang lain tahu bahwa dia sedang dalam kondisi tidak baik.
"Iya" ada senyum disana, senyum paksa yang mungkin bisa membuatnya merasa kuat.
Senyum itu memudar berganti tatapan mata sayu dengan kerongkongan yang tiba-tiba kering, Prilly menelan salivanya saat yang terlihat di depannya adalah seorang wanita dengan wajah oriental yang sempat membuat Ali marah hingga berujung kotak bekal terbuang di tempat sampah.
"Boleh duduk?" Prilly mengangguk kaku, dan kembali menatap tali sepatunya yang entah kenapa jauh lebih cantik dari wajah Nikita.
"Ali itu sebenarnya baik kok, jangan tanggepin serius apa yang dibilang tadi ya?" Mendengar ada nama Ali disebut Prilly merasakan degup jantung yang tiba-tiba tak beraturan, tapi sekuat tenaga Prilly tak mendongakkan wajahnya.
"Hemm, tabiat Ali kan emang gitu kalau sama aku" Prilly menunjukkan senyumnya, palsu.
"Kamu, mau tahu? Kenapa Ali bisa ngejar saya kayak gitu?"
Prilly menaikkan sebelah alisnya, sambil menatap heran ke arah Niki yang tersenyum, cantik. Dan, mencoba untuk mendengarkan dongeng yang sebentar lagi akan dia filmkan dalam otaknya
"Ali itu cuma kasihan sama saya, saya punya masa lalu yang buruk soal cinta. Dan, Ali datang untuk membuat saya merasa bahagia, mungkin. Untuk melupakan setiap rasa sakit yang saya rasakan di masa lalu" Niki menarik nafas sejenak, meresapi setiap kejadian di masa lalu yang ternyata membuatnya serapuh ini.
Tak ada komentar dari Prilly, gadis itu hanya menyimak, setiap kalimat yang keluar dari bibir tipis Niki.
"Saya tahu Ali sayang sama saya, tapi saya gak tahu kenapa saya susah sekali untuk move on dari masa lalu saya"
"Harusnya kamu bisa buka hati buat orang lain yang mau kasih kamu masa depan yang baru, mungkin" Prilly mencoba untuk menetralkan detak jantungnya dengan memberi tanggapan.
"kamu gadis yang baik, saya yakin kamu bisa mendapatkan cinta Ali, asalkan kamu mau berjuang dengan cinta kamu"
Niki beranjak dari tempatnya kemudian pergi meninggalkan Prilly yang mematung dengan kalimat terakhir yang keluar dari bibir Niki.
"Woy!" Hentakan di pundak Prilly membuat gadis itu terlonjak kaget,
"Yuki akh, kaget tau guenya"
"Lha loe ngapain ngelamun gitu? Kesambet baru tahu!" Yuki menjatuhkan pantatnya di kursi samping Prilly.
"Gue gak tau nih, yuk akh ke kelas, bentar lagi masuk" Prilly menarik Yuki dan meninggalkan tempat itu menuju kelasnya.
Di tengah perjalanan mereka berpapasan dengan Al dan Ali yang juga hendak menuju ke kelas mereka.
Yuki dan Prilly sama-sama bingung harus bertingkah seperti apa, Yuki mengingat kejadian semalam yang masih membekas jelas di otaknya. Sedang Prilly takut, Ali akan memarahinya lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
HARMONIZE
FanfictionSelalu ada nada dalam cinta, meskipun terkadang nada cinta tak selamanya terdengar syahdu di telinga. Casting : 1. Aliando Syarief as Aliant Dei Dirgantara 2. Al Ghazali Kohler as Alfred Juno Dirgantara 3. Prilly Latuconsina as Prilly Secioria Jilli...