Terjebak Masa Lalu

5.3K 439 26
                                    

"Prilly!" Teriakan dari seorang laki-laki menariknya kembali ke alam sadar, begitupun dengan Ali, dia tersentak kala ada suara pria memanggil nama Prilly.

"Prill, ... " Ali menatap pria di sampingnya itu dengan mangangkat alisnya heran, pasalnya dia tak pernah tau siapa pria yang tengah berada di sampingnya dan tersenyum girang ke arah Prilly tanpa peduli dengan sosok yang sedang menatapnya intens itu.

Pakaian pria itu sama sekali tak menunjukam jika salah satu murid SMPursand.

"Hah! Hito! Elo Hito kan?" Ali melihat wajah Prilly berbinar cerah. Seperti semburan air terjun yang turun saat senja berada tepat diatasnya.

Matanya menatap nyalang tak percaya kala Prilly tiba-tiba menghambur ke pelukan pria bernama Hito itu.

"Akh! Gue kangen, ..." Prilly sudah tak lagi memperhatikan Ali yang sudah tak bisa dijelaskan lagi bagaimana wajahnya.

"Gue juga kangen cil, loe kok masih segini aja sih?" Hito mengacak puncak kepala Prilly, membuat rambut gadis itu berantakan.

"Masih aja ya kebiasaan lama loe, eh! Kok loe bisa disini sih?"

"Sengaja, bunda yang minta gue kesini, dia bingung soalnya loe gak pulang-pulang, padahal rencananya gue itu mau kasih kejutan ke elo kalo gue udah balik, tapi bunda malah suruh jemput loe." Hito bercerita dengan semangat menggebu, membuat Prilly kembali memeluk sahabat lamanya itu.

"Jahat banget sih loe, ninggalin gue."

"Ehem..." merasa tak diperhatikan Ali bersuara, membuat Prilly ingat jika saat ini di sebelahnya masih ada satu manusia yang entah kenapa masih berada di tempat ini.

"Siapa Prill?"

"Bukan siapa-siapa kok, yaudah yuk pulang, gue udah laper banget." Prilly menarik tangan Hito menjauh, membuat Ali meradang seketika.

Sialan ni si kuper, udah gak nganggep gue dia, emangnya pesona gue udah luntur ya? Cih, cuma segitu doank perjuangannya buat dapetin gue, dasar cewek aneh.

Ali menggerutu dalam hati, jangan di tanya bagaimana perasaan Ali saat ini, dia sudah tidak tahu lagi, perasaan apa yang tiba-tiba membuat amarahnya membuncah kala melihat Prilly lebih peduli pada orang lain daripada dirinya.

"Prill, ada yang pingin elo ceritain ke gue gak? Gue kangen dengerin curhatan elo." Prilly yang semula menyandarkan kepalanya di kaca pintu, menegakkan tubuhnya, tersenyum sekilas ke arah Hito, kemudian menatap jalanan basah di depan sana, membuatnya semakin merasa sendu sedang melagu dihatinya.

"Elo kenapa sih? Ada gue bukannya seneng malah cembetut aja dari masuk mobil tadi? Eh.., Cowok tadi pacar loe ya?"

Prily terhenyak seketika saat Hito mengatakan kata 'pacar', pacar dari Hongkong, dianggap saja tidak, mimpi kalau sampai pemuda sebeku Ali menjadikannya pacar.

"Eh! Bukan, dia bukan pacar gue. Gue gakpapa kok To, cuma gak tahu nih badan gue rasanya sakit semua."

Prilly belum siap jika harus menceritakan luka hatinya pada Hito, karena ia tahu tabiat pria itu, pasti dia akan langsung ngomel dan mendadak garang sok-sok ngajak berantem padahal dia sendiri takut kalau udah ada orangnya di depan muka.

"Elo yakin? Soalnya gue lihat tadi kalian kayak di film-film romantis gitu, tatapan mata, terus dunia seakan berhenti, dan kalian jadi pusatnya, ..."

Plakk..

"Adwoh, masih aja ya loe suka ngemplang pala orang."

Prilly hanya bisa cekikikan saat dilihatnya pria 20an tahu itu mengelus kepala yang mungkin saja terasa berdenyut.

HARMONIZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang