"Gila, otaknya di dengkul kayaknya tu cowok, apa jangan-jangan dia gak punya otak? Sok ganteng banget, seenak jidatnya jadiin gue pacarnya,...." Yuki tak berhenti menggerutu, drama yang baru saja berakhir itu membuatnya merasa kesal dan aneh secara bersamaan.
Terlalu asyik dengan apa yang disesalinya, Yuki lupa bagaimana cara berjalan dengan baik dan benar hingga tanpa ia sadari tubuhnya menubruk seseorang yang entah sejak kapan berjalan ke arahnya.
Brukk...
"Aduh,....!" Pantatnya sukses mencium lantai keramik, menimbulkan rasa nyeri yang cukup membuat gadis itu meringis sakit.
"Sori, gak sengaja, loe gakpapa kan?"
Yuki mematung di tempatnya, entah kenapa tiba-tiba saja ia merasakan sengatan listrik yang dengan kejamnya mengonyak jantungnya, hingga menimbulkan rasa nyeri yang cukup membuat nafasnya tercekat.
"Heii, haloo... " Pria itu masih berusaha menyadarkan Yuki dari kebekuannya, hingga akhirnya ia menyadari sesuatu.
Flashback on
Yuki dan Sarah sudah bersiap akan pergi, malam minggu ini mereka akan pergi bertemu dengan Esa dan temannya, sesuai dengan janji Yuki yang akan mengenalkan kakaknya pada teman Esa yang katanya anak kota itu.
"Ki, harus ya pakai baju gini, rok pendek gini gak enak kalau buat naik motor." Sarah sejak tadi tak berhenti mengeluh, ia memperhatikan penampilannya yang membuatnya tak nyaman, padahal Sarah hanya memakai mini dres 5 cm diatas lutut, dipadukan dengan cardigan lengan panjang menutupi pantat, tapi tetap saja, yang namanya tak nyamam, gimana sih? Ya gak enak aja mau diapa-apain juga.
"Haduh mbak, udah deh, mbak tu cantik, mau dipakein apa aja juga cantik, mbak Sarah tadi kan juga pakai celana to jadi gak akan ganggu, percaya sama aku mbak."
Sarah hanya bisa menghela nafas panjang mendengar pernyataan adiknya itu,ll kalau masalah cantik ia tahu, tapi ini bukan masalah cantik tapi masalah nyaman atau tidak?!
Sarah bergidik, saat dirinya dan Yuki tiba di sebuah restoran sederhana di pinggir jalan yang memiliki penerangan sedikit redup.
"Haii sayang...." Sarah membulatkan matanya saat melihat Yuki bercipika cipiki dengan Esa, sungguh pemandangan yang sama sekali tidak enak untuk dilihat.
Sarah, memang memiliki pemikiran yang kolot, berbeda dengan Yuki yang sudah tercemari oleh pergaulan anak zaman sekarang.
"Ini kakak aku, namanya Sarah." Yuki menggandeng lengan Sarah.
Sarah menjabat tangan Esa dan temannya hanya dengan gerak tangan yang kaku.
"Kalian mirip banget ya, kembar?" Yuki tertawa menanggapi pertanyaan teman Esa yang belum ia ketahui namanya itu.
"Banyak yang bilang gitu, kami cuma mirip, mbak Sarah satu tahun di atas aku."
"Eh, kirain kembar."
Malam minggu ini mereka habiskan dengan mengobrol di restoran itu dengan Yuki dan Esa yang lebih banyak bicara, sedang teman Esa dan Sarah hanya bercakap seadanya.
Sarah bukannya seorang pemalu, hanya saja saat dia akan bertemu dengan orang baru, dia selalu butuh penyesuaian.
Flashback off.
Yuki berlari meninggalkan seseorang yang menabraknya itu sebelum orang itu menyadari bahwa mereka saling mengenal satu sama lain.
Ternyata perasaannya yang tak enak itu adalah karena 'ini', seseorang dimasa lalu kembali, dan Yuki selalu berharap orang itu tak lagi akan menghancurkan masa depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARMONIZE
FanfictionSelalu ada nada dalam cinta, meskipun terkadang nada cinta tak selamanya terdengar syahdu di telinga. Casting : 1. Aliando Syarief as Aliant Dei Dirgantara 2. Al Ghazali Kohler as Alfred Juno Dirgantara 3. Prilly Latuconsina as Prilly Secioria Jilli...