Al menatap nanar langit hitam diatas sana, warnanya yang kelam seakan menggambarkan suasana hatinya saat ini. Bahkan bintang serasa enggan untuk menampakkan keindahannya, dan cahaya bulan sebesar piring itu redup.
Saat ini dia berada dirumahnya, rumah bak istana yang selalu sepi, menambah rasa haru di hatinya.
Pemuda Itu menatap grand piano yang terletak disudut ruangan, perlahan ia menghampirinya, membuka penutup piano itu dan meletakkan jemarinya disana.
Do you? - Yiruma
Yuki, sebuah nama yang selalu membuatku merasa bahagia saat mendengarnya, gadis yang cantik dengan sifat yang selalu berubah, kadang menyenangkan kadang menyebalkan.
Aku masih ingat betul saat pertama kali aku melihatnya, saat itu, pendaftaran sekolah, dan kebetulan aku sedang berada di sekolah. Aku melihat gadis itu berjalan sendiri dengan penampilan yang berbeda dari kebanyakan gadis. Dia sungguh sederhana, rambutnya yang panjang ia kuncir kuda, saat berjalan rambutnya bergerak lucu seirama dengan gerakan tubuhnya.
Aku tersenyum, merasa jika sebelumnya kita pernah bertemu, dan entah kenapa, setiap melihat Yuki aku selalu teringat Sarah, gadis lusuh yang tanpa sengaja menarik perhatianku beberapa tahun yang lalu. Akh... aku tak tahu apa hubungan mereka, tapi yang pasti mereka adalah orang yang berbeda.
Sejak semester awal di tingkat kedua, aku sudah mengamati Yuki yang merupakan adik kelasku dan memiliki umur yang sama denganku. Diam-diam tanpa sepengetahuannya aku selalu menjadi penguntitnya, memandang dari jauh apapun yang ia lakukan.
Waktu Itu, mengaguminya dalam diam sudah membuatku merasa bahagia, akh... melihat wajahnya saja sudah menjadi penyemangat tersendiri buatku.
Pernah, suatu kali aku melihat dia sedang membaca buku di taman, wajahnya terlihat begitu teduh. Bibirnya yang terkatup dan kepalanya yang bergerak mengikuti alur bacaannya membuatku terpesona, akh... kenapa Tuhan begitu luar biasa? Menciptakan mahkluk yang begitu sempurna dengan sangat indah.
Jujur, waktu itu ingin aku mendekatinya, tapi aku malu, tak siap. Aku lebih suka melihatnya dari jauh. Karena dengan begitu aku bisa mengamati semua gerak tubuhnya dengan tanpa gangguan.
Hingga kejadian naas itu terjadi, Ali pernah ingin menampar wajahnya dulu, dan jujur aku marah, makanya aku menghalangi tangan kekarnya itu, aku tak sanggup melihat tangan Ali menyentuh pipi Yuki dengan kasar, gadis itu tak berhak diperlakukan kasar, karena seharusnya dia diperlakukan dengan istimewa.
Buku Yuki yang kotor itu masih aku simpan hingga sekarang, kalau kalian mau tahu? Buku itu tersimpan rapi di peti kaca yang aku buat sendiri. Itu... ada dikamarku, saat aku rindu, biasanya aku melihat buku itu. Membayangkan wajah Yuki saat sedang membaca buku itu.
Entahlah, apa mungkin perasaanku ini layak disebut cinta pada pandangan pertama? Karena mulai saat pertama kali aku bertemu dengannya hingga hari ini, perasaanku makin besar padanya.
Perasaan dimana rasanya pusat hidupku ada padanya, saat dia bahagia aku ikut bahagia, saat dia sedih aku ikut sedih, bahkan saat dia menangis ingin rasanya aku menariknya dalam rengkuhanku. Cintakah ini namanya? Entahlah, aku tak tahu.
Kalau jika memang benar perasaan ini bernama cinta, berarti benar aku jatuh cinta, jatuh cinta pada dia, gadis cantik berambut kecoklatan dengan lesung pipit kecil di bibir samping kanannya. Hal itu akan terlihat jika ia sedang tersenyum. Akh... itukah yang pernah Bibi Millicent katakan tentang Hidden Kiss? Yang bisa menyelamatkan Peter Pan dari kekalahannya? Mungkinkah Yuki seperti Wendy yang mempunyai ciuman tersembunyi yang nanti bisa menyelematkanku?
KAMU SEDANG MEMBACA
HARMONIZE
FanfictionSelalu ada nada dalam cinta, meskipun terkadang nada cinta tak selamanya terdengar syahdu di telinga. Casting : 1. Aliando Syarief as Aliant Dei Dirgantara 2. Al Ghazali Kohler as Alfred Juno Dirgantara 3. Prilly Latuconsina as Prilly Secioria Jilli...