When The Problems Make Me Tears!

64 5 0
                                    

Ponselku berdering dengan sangat keras, sontak saja aku langsung meraih ponsel putih dibawah bantalku itu. Ponsel yang seharian ini tak kupegang sama sekali.

"Astaga 37 panggilan tak terjawab?"

"Hallo Nadine, ada apa?"

"Kau tidak mengatakannya, kau tidak bercerita padaku jika gadis yang bertunangan dengan pengeran adalah dirimu!"

"Maaf... aku hanya tak dapat menceritakannya!"

"Tapi kenapa...?"

"Iu sulit bagiku..."

Hening...
Sejenak kami berdua larut dalam emosi kami masing-masing hingga tanpa sadar kudengar suara tangisan dari sebrang sana.

"Nadine, mengapa kau menangis? Kau tidak suka jika aku bertunangan dengannya?"

"Leona... bagaimana aku dapat mnyukainya? Kau adalah tunangannya dan siang tadi kau bahkan melihat tunanganmu bersama kekasihnya, aku bahkan tak tau aku harus menangis atau marah jika menjadi dirimu!"

"Kau benar... menangis bukanlag seauatu yang tepat san marah adalah hal yang tak masuk akal! Aku justru merasa kesal pada diriku sendiri dan merasa malu karena telah membuat mereka tak dapat bersatu... kau tau bukan? Aku merasa seperti parasit yang merusak mereka berdua, aku bagaikan pedang yang memisahkan satu kertas putih yang tampak indah dan suci! Disini akulah yang jahat, Nadine"

Tanpa sadar airmata mengalir dari pelupuk mataku, menyimpan sejuta luka dan kesedihan dari sosoknya yang takkan ada disini.

Tak lama akupun mengakhiri panggilan kami dan menaruh ponselku dimeja dekat ranjangku sebelum kubaringkan tubuhku yang lelah diatas tempat tidur.

"Puteri mengapa menangis?"

"Tidak... aku hanya merindukan orangtuaku!"

"Puteri, saya tau ini tidak sopan akan tetapi untuk kali ini saja tolong anggap kami seperti kakak, seperti seorang saudara yang saling berbagi rasa sakit! Kami akan merasa sangat senang dan terhormat dapat mendengar cerita sedih puteri!"

"Aku hanya dalam mood yang buruk, mungkin aku harus menenangkan diriku! Aku inyin berjalan-jalan ditaman!"

Aku lantas bangkit dari tempat tidurku dan berjalan menuju beranda depan, memandangi kolam sembari duduk dikursi putih panjang.

Lama kelamaan waktu termakan malam hingga tanpa terasa kesadaranku mulai menghilang dan tergantikan oleh mimpi tentangnya.

Aku merasakan kehadirannya, dan ketika wajahnya mendekat kudengar sebuah desahan yang berbisik ditelingaku.

"Maaf... telah membuatmu terluka! Sejujurnya aku tak faham tentang perasaanku yang kini mulai menginginkan kehadiranmu didalam hidupku!"

Tepat setelah bisikan itu terhenti kusadari kedua tangan Nathan telah berjajar menopang tubuhku. Menggendong gaya bridal dan mengalungkan tanganku dilehernya, sejenak aku merasa semua ini benar-benar nyata, dan ketika telah berada ditempat tidur, aku merasakan kesamaian yang tiada tara.

Seolah dunia ini menelanku dalam sebuah tempat yang disebut surga. Perasaan hangat ketika aku merasakan seauatu yang lembut mengecup keningku sebelum semuanya menjadi benar-benar tenang.
.
.
.

Pagi ini aku bangun seperti biasa, melewati keseharian pagiku saat bersiap kesekolah.

Sejenak aku teringat akan mimpi konyolku tentang Nathan dan kembali menggeleng-gelengkan wajahku untuk meyakinkan jika semua itu tidak nyata sebab aku bahkan tak bertemu dengannya seyelah acara pers kemari.

Pagi ini aku berangkat berama Nathan, semobil dengannya benar-benar tidak nyaman terlebih karena kami hanya akan saling diam.

Tepat saat sampai diarea sekolah para siswa entah kenapa menjadi semakin banyak, tidak hanya para hadis tapi juga para lelaki yang bahkan diantaranya membawa foto dan posterku saat acara pers kemarin.

LOVE YOU PRINCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang