Kisah Baru

35 4 0
                                    

Setelah tiba dikerajaan Greendy aku justru langsung menuju istana, alasannya adalah untuk bertemu kakakku.

Yah aku belum mengatakan memang jika sebenarnya Louis itu adalah kakak sepupuku, dia adalah putera raja terdahulu dengan selirnya sebab sang ratu tidak memiliki seorang putera dan hanya melahirkan 3 anak perempuan.

Dan selir yang kumaksud adalah bibi. Sivi yang merupakan kakak dari ibuku dan satu hal lagi sejak kecil aku biasa tinggal disini dan alasan aku mengenal Carnia juga karena dulu Louis sering mengajakku kesana untuk sekedar membeli rotinya yang enak itu.

Sebenarnya usiaku dan Louis hanya berbeda 2 tahun dan setelah menjadi raja dia masih berada dalam kehidupan dinginnya, bisa dibilang ia adalah lelaki yang amat tampan.

Matanya biru dengan rambut coklat yang menawan, tubuhnya tegap dan tinggi, kami memiliki hobby yang sama yakni berkuda dan memanah meski sudah lama memang kami tak pernah melakukannya lagi.

Ketika sudah memasuki ruangan pribadi istana aku langsung duduk disofa sementara Louis nampak memandangiku heran.

"Kau itu benar benar diasingkan atau melarikan diri?"

"Yah mungkin keduanya..."

"Huh itulah alasan mengapa aku meminta orangtuamu untuk menolak perjanjian itu!" Ucap Louis lagi.

"Apa? Jadi kaupun tidak menyetujuinya, hemmm kufikir ini semua karma!" Ucapku asal dan sedetik kemudian sebuah bantal mendarat diwajahku.

"Kakak... kau ini!"

"Kau memang tak akan pernah berubah, perbaiki sikapmu karena jika tidak kerajaan itu benar benar akan mengusirmu! Dan kau ini, memanggilku kakak lalu kau...
Aku ini seorang raja!" Keluhnya.

"Aku tak peduli...

Bahkan jika mereka memblacklist semua aku akan lebih memilih disini, ada kau, Carnia dan lainnya, aku juga yakin kau tak keberatan jika orangtuaku juga pindah kesini!" Ucapku datar.

"Terserahmu...

Pilihlah jalan yang dapat membuatmu bahagia!" Ucap Louis hangat lalu beranjak meninggalkanku.

Ya... seharusnya memang begitu adanya, tapi semua jalan yang didepanku sepertinya takkan memberi sebuah kebahagiaan.

Aku berkeliling istana, betapa sepinya bangunan ini. Bagaimana tidak disebuah istana yang besar hanya ada seorang lelaki muda yang meminpin negerinya tanpa seorang pendamping sudah berulang kali aku menyuruhnya segera menikah namun jawabannya selalu sama.

'Gadis itu merepotkan bahkan jauh lebih merepotkan dari yang sepertimu!'

Ya begitulah Louis, dimatanya hanya ada beberapa gadis yang ia kenal dan ia percayai. Ibunya, aku dan ibuku. Ia bahkan tak secara penuh mempercayai  ke 3 kakaknya yang telah hidup bersama pendamping mereka masing masing, dan hanya keistana ketika ada hal penting seperti pesta kerajaan atau undangan tamu lainnya.

Louis tidak terlalu menyukai wanita, tidak. Bukan berarti ia tidak normal, bukan juga akibat trauma dan lainnya. Ia tidak bisa mempercayai seorang wanita dan penyebabnya adalah sesuatu yang bahkan aku sendiri tak mengetahuinya.

Aku menatap keluar jendela kamarku, dari kamarku berhadapan langsung pada area rose and iris garden, sedangkan sebelah timur terdapat air mancur yang indah. Disebuah pondok kecil tepi kolam kulihat seorang lelaki tengah memandangi kedalam permukaan kolam, menatap kosong pantulan wajahnya yang tak bergeming.

"Apakah semua itu masih karena diriku, Louis?" Lirihku sambil meremas pinggiran gorden satin berwarna emas disampingku.

Kau bertanya apa aku terluka melihatnya? Iya, aku sangat terluka hingga aku sanggup untuk membunuh diriku, akan tetapi aku tak menyadari jika yang kulakukan dulu rupanya akan membuatnya membenci gadis sepanjang hidupnya.

Kuakui wanita adalah sosok yang rumit dan menyebalkan, mereka cenderung lemah dan selalu membawa perasaan. Jika menjadi seorang laki lakipun aku mungkin akan berfikir untuk tidak mencintai mereka ataupun berdekatan, akan tetapi lain halnya jika seperti Louis.

Cintanya dulu... itu bukanlah sebuah kesalahan jika dia tidak memiliki hal seperti itu, baik aku dan dirinya. Kami saling melengkapi meski itu sulit, kami saling berbagi meski kebahagiaan itu kecil. Akan tetapi tak kusangka jika keputusanku untuk mengambil sebuah jalan yang berbeda darinya telah membuatnya tersesat dan pulang sebagai sosok yang berbeda.

"Louis!"

Kupanggil namanya sambil berjalan mendekat sementara ia menatapku dari jauh sana, mata indahnya berbinar ditemani senyuman ringan yang hangat, lelaki ini...
Bagaimana bisa kau membuatnya menyedihkan seperti ini, Leona..?

Aku duduk dikursi yang berada dibawah pondok sementara Louis masih menatap pantulan dirinya diair kolam.

"Kau terlalu kesepian untuk seorang raja dinegeri ini!" Ucapku dan lelaki itu berjalan kearahku sambil tersenyum.

"Yah kurasa memang begitu!"

"Kenapa tidak mencari seseorang? Seorang pendamping mungkin?" Ucapku santai namun ternyata ucapanku itu berhasil merubah air mukanya, pandangannya kosong dan binar dimatanya menghilang. Aku tau ia benci kata itu namun jangan menyalahkanku sebab memang inilah tujuanku.

"Lupakan itu Louis...

Kau tau bukan tak semua wanita seperti Teressa...

Aku, mama dan bibi, kau bisa mencari wanita seperti itu! Percayalah jika itu orang yang mencintaimu ia tak mungkin menyakitiku!" Ucapku sambil menatap irisnya yang bening.

Ia tetap diam, diam dalam fikirannya. Entah bagaimana lagi aku harus meyakinkan jika ada banyak gadis yang baik dan tak hanya akan mencintainya melainkan juga aku dan keluarga Louis, namun ia tak mengindahkannya. Kurasa bayangan tentang Teressa selalu menghantuinya akan bagaimana sifat wanita yang mampu membunuh untuk cintanya dan ia tak bisa melupakan itu, tidak bisa...
Melupakan seorang gadis yang hampir saja membunuh gadis kesayangannya, tidak akan...

Perlahan kugenggam sebelah tangan Louis, ia menatapku tiba tiba sementara aku tetap memandang kedepan dengan tenang.

"Bagaimanapun bukan tidak mungkin menemukan seseorang yang dapat mencintaimu secara utuh, kelebihan, kekurangan, aku, dan yang lainnya, hati wanita tak terlalu sempit untuk mencintai banyak hal dan tak terlalu serakah untuk meminta cintamu seutuhnya!" Ucapku sambil menutup kedua mataku.

Dapat kurasakan getaran tubuhnya, entahlah kufikir ia tengah menangis kini, menangis dalam kebisuannya yang menyakitiku.

"Melihatmu seperti ini sungguh membuatku terluka, berjanjilah padaku untuk tidak tambah menyakitiku Louis...

Berjanjilah!!!" Ucapku yang tanpa sadar airmata juga telah mengalir dari sudut mataku, membasahi pipiku tanpa pernah kuingin.

Padahal kini aku tidak sedang menatapnya tapi kenapa aku tetap menangis seperti seorang lemah begini..?

Perlahan kurasakan telapak hangatnya meraihku kedalam dekap hangatnya, menyandarkanku dalam pelukannya yang nyaman dan membiarkanku menangis disana, didalam pelukan seorang Louis, kakak sepupuku yang kucintai.

Jika kau berfikir betapa keterlaluannya diriku yang mencintai kakak sepupuku, maka kuakui itu. Aku brengsek, kurang ajar dan apalah mungkin itu juga alasan mengapa Nathan tak pernah mencintaiku sebab aku juga tak pernah mencintai seseorang dengan tulus, aku tak bisa menyerahkan segala cintaku pada satu orang saja dan malah membaginya pada seseorang dari masa laluku.

Kuakui itu dan salah satunya adalah dirinya, Louis adalah bagian penting dalam masa laluku yang tak akan terlupakan...

Tidak akan!

.
..
...

Although I'm loving someone, I never  forget him...
Although the reason to loving was lose and gone, I never stoped for him...
And although I can move one with my new love, I just loving with my specialy heart...
But sometimes I think that felt its only the reason to remember, if I never been forgetting...

Sumpah yg ini absurd bgt tapi...
Writer sempet kasian malah sama Leona, sebenarnya dia itu bukan playgirl atau apalah, dia cuma jadi pelarian org" yg dia suka makanya dia gak bisa bener" jatuh cinta😢😭

LOVE YOU PRINCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang